HaiBunda

PARENTING

Apa Efeknya Jika Tiap Hari Anak Hanya Sama Kakek dan Neneknya?

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Kamis, 22 Mar 2018 08:05 WIB
Ilustrasi cucu dan kakek nenek (Foto: Instagram/@ivetteivens)
Jakarta - Bisa jadi hal yang lumrah ketika si kecil dirawat oleh kakek dan neneknya. Tapi, ketika anak beranjak besar yakni saat usianya sudah satu tahun, bukan nggak mungkin timbul pertanyaan apa ya efeknya ketika tiap hari si kecil cuma 'bergaul' dengan kakek dan neneknya?

Seperti yang dialami bunda satu anak bernama Fera. Putranya kini berumur 14 bulan, Bun, dan kebetulan tiap hari diasuh kakek dan neneknya. Di lingkungan rumah Fera, jarang ada anak sebaya putranya. Kata Fera, paling-paling si kecil bertemu dengan anak sebaya atau yang umurnya lebih tua sedikit ketika ada saudara yang berkunjung atau saat Fera mengajak si kecil ke taman dekat rumahnya.

"Tiap hari anak saya cuma sama kakek dan neneknya. Paling ada sepupu yang main itu pun udah dewasa. Tetangga depan rumah yang kadang ngajak anak saya main juga orang dewasa. Kadang saya suka mikir sih ada efeknya nggak ya kalau anak saya tiap hari kayak gitu," tutur Fera.


Menanggapi hal ini, psikolog anak dari Tiga Generasi Fathya Artha Utami bilang untuk anak 1 tahun belum berpengaruh banyak, Bun, ketika tiap hari dia hanya bergaul sama kakek dan neneknya atau bisa dibilang bergaul sama orang dewasa aja. Tapi, kata Fathya seiring bertambahnya usia, anak membutuhkan teman sebaya untuk bermain bersama.



"Tujuannya agar ia bisa melatih dan mengembangkan kemampuan sosialnya. Nah, terdapat tahapan bermain pada anak yang memengaruhi kemampuan anak berinteraksi," ujar Fathya waktu berbincang sama HaiBunda.

Di umur 0-2 tahun anak berada di tahapan solitary play. Pada tahap ini anak masih senang bermain sendiri. Nah, beranjak ke umur 2-2,5 tahun anak memasuki tahap spectator play di mana pada tahap ini anak mulai memperhatikan anak lain bermain. Lanjut di umur 2,5-3 tahun anak masuk tahap parallel play. Pada tahap ini anak mulai bermain bersebelahan dengan anak lain tetapi masih belum banyak interaksi. Jadi masih main sendiri-sendiri namun berdekatan, Bun/

"Di umur 3-4 tahun anak memasuki tahap associate play yaitu anak mulai bisa bermain permainan bersama, walaupun masih sulit untuk bekerjasama. Nah di umur 4-6 tahun anak sudah memasuki tahap cooperative play, pada tahap ini anak mulai bisa bekerjasama untuk menyelesaikan atau memainkan suatu permainan," tutur Fathya.

Nah, dilihat dari tahapan tersebut menurut Fathya penting bagi anak untuk memiliki teman sebaya yang beragam. Kenapa? untuk membantu dia belajar dan mengasah kemampuan sosialnya, Bun. Misalnya berbagi, menunggu giliran, meminta dengan sopan, meminjamkan barang, bekerja sama, sampai berempati.

"Hal tersebut bisa saja menjadi sulit tercapai ketika anak hanya berinteraksi dengan orang dewasa," ujar Fathya.



(rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

7 Artis Perempuan Indonesia Berprestasi di Bidang Akademik, Sekolah hingga S3

Mom's Life Annisa Karnesyia

Benarkah Minuman Isotonik Bisa Memicu Kontraksi Jelang Persalinan?

Kehamilan Ajeng Pratiwi & Sutan Muhammad Aqil

12 Cara Baru Mendiagnosis dan Mengobati Kanker, Termasuk Payudara

Menyusui Annisa Aulia Rahim

10 Resep Masakan untuk Anak 2 Tahun yang Susah Makan

Parenting Asri Ediyati

11 Penyebab Telat Haid Selain Hamil, Perhatikan Kenaikan Berat Badan Bun

Kehamilan Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

73 Lagu Rohani Kristen Terbaik dan Terpopuler, Penyembahan & Pujian Syukur

Menkes Berencana Ubah Rujukan BPJS dari Faskes Bisa Langsung ke RS Tipe A

30 Inspirasi Nama Anak Sulung Laki-laki dari Artis Indonesia dan Artinya

Benarkah Minuman Isotonik Bisa Memicu Kontraksi Jelang Persalinan?

7 Artis Perempuan Indonesia Berprestasi di Bidang Akademik, Sekolah hingga S3

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK