HaiBunda

PARENTING

Yuk Kita Ingat Hal Ini Saat akan Berteriak pada Anak

Melly Febrida   |   HaiBunda

Minggu, 01 Apr 2018 19:04 WIB
Yuk Kita Ingat Hal Ini Saat akan Berteriak pada Anak/ Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Capek, pekerjaan rumah atau kantor yang nggak ada habisnya, belum lagi saat ada orang-orang yang tingkahnya mengesalkan rasanya bikin diri ini gampang meledak. Alhasil niat untuk nggak bicara dengan nada tinggi dan teriak pada anak hanya berhenti di niat semata.

Sejumlah artikel ilmiah yang beredar menuliskan berteriak atau memarahi anak malah membuat mereka lebih agresif dan lebih cemas. Sebenarnya kita bisa sih, Bun, mengantisipasi mengurangi teriakan pada anak.

Dr Laura Markham, pendiri Aha! Parenting dan penulis Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting, menuturkan kurang tidur bisa bikin mood berantakan. Iya, misalnya hanya tidur tiga jam saja di malam hari, saat anak bertingkah nggak sesuai dengan yang diharapkan, kita akan jadi lebih mudah merespons dengan teriakan.


Nah, Bun, kita perlu banget menanamkan dalam pikiran kita bahwa kalau kita terus-terusan bicara dengan nada tinggi pada anak, saat mereka SD atau di masa remaja jadi lebih berani berbicara dengan nada tinggi kepada orang tuanya. Laura bilang ketika orang tua berteriak, tidak merusak otak anak-anak, tapi akan mengubahnya.

"Katakanlah selama menerima pengalaman diteriaki, respons neurotransmitter mengirimkan biokimia, dan itulah saat seorang anak membangun jalur saraf untuk menenangkan diri," lanjut Laura.

Oke, sekarang, saat si kecil balita, mungkin teriakan bisa menenangkan kita sesaat dan membuat si kecil berhenti melakukan sesuatu yang nggak kita kehendaki. Tapi ketika seorang balita dengan korteks prefrontal yang belum berkembang dan tidak banyak menjalankan fungsi eksekutifnya, menerima teriakan justru akan mengubah mereka jadi kebalikannya.

"Anak itu melepaskan biokimia yang mengatakan bertarung, berlari, atau diam. Mereka mungkin memukul Anda. Mereka mungkin melarikan diri. Atau mereka diam dan terlihat seperti rusa di depan lampu. Tapi tidak ada yang bagus untuk pembentukan otak," ucap Laura seperti dilansir Fatherly.

Sebelum berteriak kepada anak, kita harus ingat-ingat hal ini, Bun.



1. Berteriak Bukan Berkomunikasi

Tidak masalah jika seseorang menaikkan suaranya ketika ada di ruang rapat atau ruang bermain, tapi kata-kata mereka bisa menurunkan kredibilitas. Yang perlu diingat, tidak ada orang gang suka diteriaki. Lalu mengapa melakukannya ke anak-anak?

"Ketika orang tua berteriak, anak-anak hanya patuh di luar, tetapi anak tidak lebih terbuka,"jelas Laura.

Anak-anak yang lebih kecil mungkin menangis, sedangkan anak-anak yang lebih besar akan terlihat cuek saat kita berteriak. Tapi mereka punya satu persamaan: keduanya menutup kuping dan bukannya mendengarkan.

2. Fokus untuk Berdialog, Bukan Saling Teriak

KIta teriak karena nggak suka dengan perilaku anak. Sedangkan anak yang nggak suka diteriaki balas berteriak. Duh, ketenangan seolah-olah raib dari muka Bumi ini.

Ya, penelitian menemukan berteriak terus menerus pada usia dini bisa menyebabkan saling berteriak yang berkepanjangan ketika anak sudah remaja. Karena itu, uk kita kendalikan diri, Bun, sebelum berbicara dengan teriakan.

Mungkin ada baiknya kita lari sebentar ke kamar, meninju bantal atau lari-lari untuk melepaskan energi negatif. Setelah itu, kembalilah ke hadapan anak, dan kita harus fokus untuk terlibat dalam dialog yang tenang.

Berteriak akan mematikan semua bentuk komunikasi antara orang tua dan anak. Selain itu teriakan juga sering kali gagal membuat anak belajar tentang kedisiplinan.

Yuk Kita Ingat Hal Ini Saat akan Berteriak pada Anak/ Foto: Ilustrasi/ Thinkstock


3. Tumbuh Menjadi Penakut

Kekuatan orang tua mengendalikan anak-anak kecil itu mutlak lho, Bun. Bagi anak-anak, orang-tua adalah manusia yang ukurannya dua kali dari mereka yang menyediakan hal-hal yang mereka butuhkan untuk hidup seperti makanan, tempat tinggal, dan cinta.

Ketika orang yang anak-anak percaya secara implisit menakut-nakuti mereka, otomatis hal itu mengguncang rasa aman mereka. Dan ya, teriakan-teriakan benar-benar menakutkan bagi seorang anak. Amit-amit ya, Bun, anak yang kita cintai, yang kita lahirkan dengan penuh perjuangan, justru tanpa sadar kita takut-takuti dengan teriakan kita sehingga mereka jadi penakut.

Oh ya, coba deh, Bun, minta orang lain untuk merekam saat kita marah sama anak. Lalu saat kita sudah tenang, lihatlah video tersebut. Mungkin kita baru sadar begitu menakutkannya ekspresi kita saat marah dan berteriak-teriak pada anak. Lalu lihatlah wajah si kecil, begitu kecil, lemah, dan ketakutan.

Kadang kita lupa bahwa kita sedang berbicara dengan anak keci yang umurnya baru beberapa tahun. Jadi nggak mungkin banget kita memperlakukan mereka seperti orang dewasa yang akan langsung paham dan bisa bersikap seperti yang seharusnya. Kita harus ingat, mereka sedang belajar.

4. Anak-anak Belajar Berteriak dari Teriakan yang Diterima

Kalau kita berteriak-teriak setiap hari dan sepanjang waktu, anak akan belajar bahwa perilaku bicara dengan teriak-teriak itu normal. Mereka akan beradaptasi dengan teriakan dan kemarahan.

Karena itu, sebaiknya orang tua menjadi model pengaturan diri terlebih dahulu. Intinya, agar anak-anak berperilaku dengan benar, orang dewasa harus lebih dulu melakukannya.

Yuk Kita Ingat Hal Ini Saat akan Berteriak pada Anak/ Foto: Ilustrasi ibu depresi (thinkstock)


5. Teriakan Hanya akan Bikin Anak Berhenti Sebentar

Orang tua biasanya memberitahu ke anaknya kalau lagi kesal dengan berteriak. Saat itu orang tua mungkin berpikir sedang menegakkan disiplin. Padahal, cara itu malah memperburuk keadaan.

Ketika menakut-nakuti seorang anak dengan teriakan, saat itu mungkin membuat mereka terpuruk dengan apa yang mereka lakukan. Alhasil bisa mengikis kepercayaan dalam hubungan.

6. Kapan Harus Berteriak?

Sebagian besar berteriak memang nggak bagus untuk anak, tapi kata Laura ada saatnya orang tua meninggikan suaranya. Kapan itu?

"Ketika anak-anak saling memukul atau ada bahaya nyata," ujar Laura.

Apabila cara mengejutkan anak dengan suara tinggi berhasil sehingga anak sudah memperhatikan kita, cobalah menurunkan suara. Di sini, berteriak untuk memperingatkan saja, tetapi saat menjelaskan sesuatu tetap gunakan nada yang biasa ya, Bun.

(Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Turun BB 25 Kg dalam 4 Bulan, Ini 4 Cara Ampuh Menurut Pakar Bun!

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Randu Gede

5 Potret Lamaran Brisia Jodie & Jonathan Alden, Kompak Pakai Kebaya dan Beskap Warna Hijau

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Keren! 5 Potret Sada Anak Fitri Tropica Ikut Lomba Ice Skating di Malaysia, Jadi Princess Belle

Parenting Nadhifa Fitrina

60 Ucapan Khitanan Anak Lengkap dari Singkat, Islami hingga Bahasa Inggris Penuh Doa & Rasa Syukur

Parenting ZAHARA ARRAHMA

Daun Bawang Ternyata Bisa Membantu Penyembuhan 8 Penyakit Ini, Termasuk Penurun Gula Darah

Mom's Life Arina Yulistara

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

6 Tips Menabung ala Jepang agar Uang Cepat Terkumpul

Keren! 5 Potret Sada Anak Fitri Tropica Ikut Lomba Ice Skating di Malaysia, Jadi Princess Belle

Turun BB 25 Kg dalam 4 Bulan, Ini 4 Cara Ampuh Menurut Pakar Bun!

Intip 5 Momen Hengky Kurniawan Bareng Putranya Bintang yang Tak Kalah Tampan Bun

Bunda yang Keguguran juga Bisa Alami Postpartum Depression, Simak Gejala & Cara Mengatasinya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK