Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Dampak Bilang 'Jangan Keluar Malam, Nanti Diculik Hantu' ke Anak

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Sabtu, 21 Apr 2018 18:00 WIB

Jangan keluar malam-malam, nanti diculik wewe gombel lho, Nak.
Dampak Bilang 'Jangan Keluar Malam, Nanti Diculik Hantu' ke Anak/ Foto: Joko Supriyanto
Jakarta - Duh, anak dilarang keluar malam kok nggak nurut. Kadang nih, Bun, ada yang berusaha menakuti anak supaya mereka nggak keluar malam. Salah satunya dengan bilang, "Jangan keluar malam-malam nanti diculik hantu wewe gombel,".

Ini sering dilakukan kakak sepupu saya, Bun. Anaknya yang umur 8 tahun sering banget dibuat nurut dengan ditakuti kayak gitu. Memang sih, cara ini ampuh. Ya, keponakan saya itu jadi nggak berani keluar rumah di malam hari karena katanya takut diculik wewe gombel. Melihat ini, saya pun berpikir apa ya efeknya kalau kita sering membohongi anak kayak gitu?

Kebetulan saya ketemu sama psikolog anak dari Tiga Generasi, Chitra Annisya, dan saya tanyakan aja perihal ini, Bun. Menurut Chitra, pada prinsipnya kalau kita menjelaskan sesuatu yang nggak bener, bisa timbul kecemasan yang nggak pas, apalagi pada anak. Chitra bilang gimana kalau ketakutan keluar malam nanti bakal diculik wewe gombel bakal tertanam di pikirannya terus sampai besar nanti.



"Padahal nggak benar kan itu. Apalagi ketika besar dia ada keperluan, dia nggak berani. Tadinya maksudnya anak supaya nggak keluar malam tapi malah timbul risiko cemas berlebihan dan nggak mau keluar kalau nggak ditemani," kata Chitra ditemui usai peluncuran buku 'Anti Panik Menjalani Kehamilan' yang disusun tim Tiga Generasi.

Untuk itu, Chitra menekankan supaya kita para orang tua mengajarkan konsep yang betul, Bun, ke anak. Kalau keluar malam bahayanya bukan bakal diculik hantu tapi bisa sulit dicari karena nggak kelihatan. Atau, anak bisa dijahatin oleh orang lain. Menurut Chitra, itu adalah ketakutan yang benar karena emang bisa terjadi kan.

Dengan begitu, anak bisa berpikir logis engan lebih baik dan nggak terjerumus dalam kecemasan yang salah. Chitra berpesan jangan tanamkan ketakutan berlebihan untuk konsep yang salah karena anak cenderung berpikir konkret, Bun. Kayak yang kakak sepupu saya lakukan nih, pernyataan kalau keluar malam bisa diculik wewe gombel, anak juga nggak bisa paham wewe gombel sebenrrnya nggak ada dan kalau keluar malam asal ditemani orang dewasa pun aman.



Terus, apa sih efeknya kalau anak keseringan ditakuti kayak gini dan saat besar dia tahu yang sebenarnya? "Kepercayaan terhadap orang tua menurun. Itu bisa sangat mungkin terjadi. Jadi anak mikir bunda sama ayahnya nakutin aja, cuma menakuti dan belum tentu terbukti," tambah Chitra.

Nah, kalau soal membohongi anak misalnya terkait perayaan Natal. Kan ada hadiah Natal tuh, Bun, dan kita kasih tahu ke anak kalau hadiah itu dari Santa Claus. Padahal, hadiah itu dari kita orang tuanya. Terkait hal ini, Chitra bilang kalau orang tua nggak melakukan kebohongan lain di kehidupan sehari-harinya atau dengan kata lain soal Santa Claus aja, anak bisa berpikir kok kalau itu kebohongan yang baik.

"Anak juga bisa berpikir itu bagian dari adat, kultur dan suatu perayaan. Tapi beda lagi kalau orang tua cenderung berbohong di hal lain bisa jadi efeknya nggak baik. Bukan karena Santa Claus-nya tapi berbohongnya orang tua di segala aspek kehidupan lain menimbulan rasa nggak percaya pada orang tua di diri anak," kata Chitra. (rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda