Jakarta -
Keinginan sederhana kita sebagai orang tua adalah anak menurut pada apa yang kita katakan ya, Bun. Tapi nyatanya nggak selalu seperti yang kita harapkan.
Ya, anak seperti nggak mendengar apa yang kita katakan meski kita sudah bicara sampai berbusa-busa. Padahal kalau dari kacamata kita, ucapan kita itu solusi dari apa yang dia keluhkan. Kata-kata dari orang berpengalaman seperti kita harus dipercaya agar anak nggak mendapat hal buruk di kemudian hari.
Sayangnya mungkin saat bicara pada anak, kita nggak berusaha memahami perasaan mereka, Bun. Mungkin saat bicara dengan mereka, kita seolah-olah sedang berbicara dengan orang dewasa yang sama-sama punya banyak pengalaman. Padahal mungkin anak nggak butuh rentetan nasihat saat mereka punya masalah.
Saya juga nih, Bun, seringnya menganggap anak itu sudah besar sehingga memaksanya mengerti dengan apa yang saya mau. Apalagi kalau anak lagi marah, sedih, atau kesal. Komentar salah dari saya sebagai bundanya malah membuatnya makin kesal. Ujung-ujungnya kami pun berargumentasi. Hiks.
Psikolog Adele Faber dan Elaine Mazlish mengatakan ada empat cara yang bisa orang tua lakukan saat anak sedih. Pertama, cobalah orang tua mendengarkan dengan penuh perhatian. Kedua, kenali perasaan anak dengan sebuah kata. Ketiga, memberikan nama ke perasaan tersebut, dan keempat berandai-andai dengan berfantasi untuk keinginannya.
"Tapi, yang lebih penting dari kata yang kita gunakan adalah sikap kita. Jika sikap kita nggak mendukung, apapun yang kita katakan akan dianggap anak bohong. Ketika kata-kata kita diterima sebagai perasaan sebenarnya atau empati, maka anak akan berbicara langsung dari hatinya," tulis Adele dan Elaine dalam buku berjudul How To Talk So Kids Will Listen and Listen So Kids Will Talk.
Dari keempat cara di atas, hal yang paling sulit adalah mendengarkan emosi anak dan memberikan nama ke perasaan tersebut Bun. "Ini membutuhkan praktik dan konsentrasi agar bisa memahami apa yang anak katakan dibandingkan mengidentifikasi perasaannya. Yang terpenting kita memberikan anak kata-kata yang sebenarnya untuk perasaannya," sambungnya.
Cara Agar Anak Mau Mendengar Apa yang Orang Tua Katakan/ Foto: thinkstock |
Lantas, kenapa orang tua begitu sulit membuat anak merasa bahwa orang tuanya mengerti perasaannya? Itu karena kebanyakan orang tua menyampaikannya tidak secara alami, Bun. Seharusnya orang tua mencoba seperti ini, "Nak, kamu kelihatannya marah" atau "Pasti kamu kecewa banget ya" atau "Oh, itu pasti sungguh bikin frustrasi".
Pernyataan seperti itu bisa membuat anak nyaman lho, Bun, sehingga mereka bisa memulai berkompromi dengan masalahnya. Kata Adele dan Elaine, saat anak bercerita, orang tua sebaiknya menahan diri untuk langsung memberi nasihat atau solusi.
"Saya tahu betapa ingin membantu masalah anak dengan solusi segera seperti saat anak bilang 'Ma, aku capek,' maka direspons dengan 'Tidurlah dan istirahat'. Atau 'Aku lapar' dan dijawab 'Makanlah sesuatu'," papar Adele dan Elaine.
Daripada memberikan nasihat, Adele mengatakan sebaiknya cobalah menerima dan merefleksikan perasaan anak. Cara tersebut akan sangat membantu anak untuk mendengarkan dan memahami perasaannya.
Ini contoh kasus nih, Bun, sebut saja Tommy bercerita ke ayahnya bahwa ia ingin memencet hidung temannya. Sang ayah bukannya bertanya kenapa atau menyalahkan anak yang bersalah, melainkan menjawabnya seperti ini, "Nak, Kamu sepertinya marah".
Tommy akhirnya melanjutkan ceritanya, "Aku ingin mendorong wajahnya yang gemuk itu, Yah". Sang ayah berusaha tak memberi solusi melainkan menamai perasaan anak. "Kamu begitu marah dengannya ya,".
Tommy melanjutkannya, "Ayah tahu kan apa itu bully? Dia mengambil notebookku di halte bus dan melemparnya tanpa alasan,".
Sang ayah hanya berujar singkat,"Hmmm.." kemudian percakapan pun berlanjut terus tanpa bertengkar mulut. Ya, nggak ada penghakiman, nggak ada interogasi, tapi anak bisa leluasa bertutur, dan dengan sendirinya Tommy mendapat solusi atas masalahnya.
(Nurvita Indarini)