Jakarta -
Sebagai ibu tiga anak,
membedong bayi tentu bukan hal yang baru bagi saya. Tapi sering kali saat membedong si bayi, nggak lama lengan mungilnya sudah keluar lagi. Ternyata membedong bayi bukan perkara mudah bagi saya, he-he.
Kalau memasangnya dengan benar,
bedong tentu bisa membantu menenangkan bayi. Bahkan bedong bisamembuat bayi lebih mudah tertidur. Bahkan dulu di rumah sakit pernah digelar latihan memandikan sekaligus membedong bayi.
Kata Emily Smith, co-founder Doulas of Capitol Hill, pada tiga bulan pertama kehidupan bayi sering disebut sebagai trimester keempat. Saat itulah bayi bertransisi dari ruang tertutup di rahim ke dunia yang terbuka lebar. Nah, karena itu bedong bisa membantu bayi merasa aman dan nyaman.
"Ini menciptakan lingkungan yang dekat dan aman," kata Emily.
Selain itu, bedong membantu mengurangi rangsangan neurologis ketika tubuh dan otak anak masih belum matang. Michelle Cohen, instruktur kelahiran dan postpartum yang juga doula sependapat dengan hal ini, Bun.
"Ketika Anda membedong, Anda menciptakan kepompong yang nyaman. Ketika di dalam rahim, mereka menendang dan mendorong dalam ruang terbatas. Terlalu banyak ruang terasa sangat membingungkan bagi mereka," tutur Michelle.
Kalau Bunda tak bisa membedong dengan kain khusus, kata Michelle selimut juga bisa berfungsi. Banyak orang tua tertarik pada selimut muslin, yakni kain yang besarnya 119 cm persegi, lebih besar dari flannel, tapi lebih mudah untuk membungkus bayi dengan baik. Selain itu, kain ini juga dapat digunakan sebagai penutup saat kita menyusui atau jadi kerai pada kereta dorong.
Zaman sekarang juga ada bedong siap pakai Bun. Jadi kain bedong sudah dibentuk sedemikian rupa dan dilengkapi dengan pengencang velcro atau ritsleting.
Setelah bayi berusia sekitar 3 bulan dan bergerak sendiri, kita bisa mempertimbangkan menggunakan kantong tidur. Kantong semacam itu bisa membuatnya merasa nyaman dan aman, dan tidak perlu khawatir dengan selimut yang menutupi wajahnya.
Michelle membagikan instruksi tentang cara membedong nih, Bun, seperti dilansir WashingtonPost:
1. Tempatkan selimut atau kain bedong pada permukaan yang rata, kemudian balikkan sehingga berbentuk belah ketupat. Lipat bagian bawah pojok untuk menciptakan tepi rata.
2. Posisikan bayi di atas kain bedong sedemikian rupa sehingga bahunya pas dengan lipatan, kemudian lipat ke sisi lain.
3. Luruskan salah satu lengan bayi di sampingnya dengan lembut, ambil sisi kiri selimut dan bungkus mengelilingi tubuh bayi dengan pas, tapi biarkan sedikit kendur, kemudian selipkan di bawah tubuh bayi hingga ujung, lalu lipat bahan yang berlebih di bawah bayinya.
4. Selanjutnya luruskan sudut bawah dan lipat atas, sisakan sedikit ruang bagi bayi untuk menendang dan bergoyang sedikit di bagian bawah. Emily menyebutnya "kaki-kaki froggy", merupakan posisi alami bayi selama minggu-minggu pertama mereka, saat mereka menyesuaikan untuk keluar dari rahim.
5. Membedong harus lebih ketat di bahu daripada di pinggul, juga lebih ketat di pinggul daripada di kaki. Selanjutnya selipkan ujung bawah selimut ke tepi yang kita buat sebelumnya di dada bayi.
Kemudian ambil sisi kanan selimut, (yang ditata seperti segitiga setelah dua lipatan pertama selesai), tarik sedikit untuk menghilangkan kendur dan bungkus di sekitar bayi. Tergantung pada ukuran selimut dan bayi, mungkin bisa dilakukan sekitar sekali atau dua kali. Jika ada kelebihan bahan, masukkan ke depan.
Michelle mengingatkan jangan pernah meninggalkan bayi tanpa pendamping ketika bersiap-siap untuk membedong. Bahkan jika Bunda berpikir dia terlalu kecil untuk berguling dari tempat tidur.
Kata sebagian orang, bayi itu nggak boleh dibedong, Bun. Tapi, menurut dr Luh Karunia SpKFR dari RS Bunda Jakarta, membedong bayu boleh-boleh aja, namun caranya mesti benar, misalnya nggak terlalu ketat.
Jadi, Bunda nggak perlu meluruskan kaki si kecil sebelum membedongnya. Karena, kata dr Luh untuk anak umur 0 sampai 3 bulan, fungsi bedong sendiri lebih ke menghangatkan si kecil.
(Nurvita Indarini)