Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Video Anak Main Basket Ini Buktikan Perbedaan Itu Indah

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Minggu, 27 May 2018 07:10 WIB

Indahnya ketika perbedaan fisik nggak menghalangi anak-anak untuk main bareng.
Video Anak Main Basket Ini Buktikan Perbedaan Itu Indah/ Foto: Facebook Christy Lee
Oklahoma - Saat anak kita memiliki warna kulit beda dengan mayoritas anak lain bisa jadi ada kekhawatiran anak bakal didiskriminasi. Tapi, akan jadi sesuatu yang indah ketika anak kita bisa diterima oleh anak lain.

Ya, perasaan bahagia itu dialami seorang ibu bernama Christy Lee Rowden. Jadi, Christy mengadopsi dua anak asal Uganda yaitu Asher (7) dan Mercy (5) sejak mereka berumur 2 dan 3 tahun. Karena tinggal di Oklahoma, kebanyakan anak-anak di sana berkulit putih. Sebagai ibu, Christy sempat memiliki kekhawatiran anaknya nggak akan ditemani anak lain.

Tapi ternyata Christy salah, Bun. Tanggal 21 Mei lalu, dia dan Asher serta Mercy pergi ke Oologah City Park dan di sana ada anak kelas 5 SD bermain basket. Diakui Chisty Asher adalah anak yang slow to warm up. Artinya kalau bertemu orang baru dia perlu waktu untuk bisa beradaptasi dan akrab.

"Asher hanya berdiri di sisi lapangan dan melihat anak itu bermain. Tapi tiba-tiba anak yang lebih tua menghampirinya, berkenalan dan dia mengajak Asher main basket. Asher dengan senang hati pun ikutan bermain. Saat dia berhasil memasukkan bola ke ring, anak-anak itu bersorak dan memuji Asher bahkan mereka melakukan high five," kata Christy kepada Babble.



Nggak cuma itu, Bun. Mercy yang ikutan menyaksikan aksi kakaknya itu ikutan senang lho. Terlebih Asher memang diperlakukan dengan baik oleh anak-anak itu. Selama ini, Christy memang mempersilakan Asher main dengan siapapun meskipun dia agak khawatir Asher diperlakukan kurang baik oleh anak-anak yang belum dikenalnya.

"Mereka menyambut Asher dengan baik seakan Asher adalah yeman setimnya. Itu bikin hati saya terenyuh. Saya ingin membagi pengalaman ini supaya orang tua anak-anak tersebut tahu apa hal berarti yang udah dilakukan anak-anaknya. Terlebih ketika video ini viral saya shock banget," papar Christy.

Di halaman Facebook-nya, Christy meminta kalau ada orang yang kenal dengan guru atau orang tua anak-anak kelas 5 SD itu untuk mentag-nya di Facebook. Christy berharap anak-anak itu bisa mendapat apresiasi dari apa yang sudah dia lakukan.



Kata psikolog klinis, Christina Tedja yang akrab disapa Tina, pada dasarnya nggak ada anak yang rasis, semua hanya belajar dan input informasi dari sekitar. Makanya, Tina berpesan hal yang perlu dihindari saat bicara dengan anak adalah ketidaksengajaan menggiring anak pada opini publik terkait perbedaan agama. Dengan kata lain cara tersimpel mengajarkan anak untuk menerima perbedaan antar agama, suku, dan etnis dimulai dari si orang tua sendiri.

"Termasuk penilaian sehari-hari terhadap orang yang beda etnis dan agama. Dengan merespons baik segala perbedaan yang ada, anak akan meniru. Sebaliknya apabila kita melihat perbedaan saja, lalu ngomel terkait kejadian itu atau protes, anak akan membentuk pola pikir yang sama," tutur Tina.







(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda