Jakarta -
Ketika anak menjadi korban sebuah peristiwa, misalnya ledakan bom fisik anak bisa terluka. Selain itu, bukan nggak mungkin psikis mereka juga bakal terluka. Ya, anak-anak yang jadi korban ledakan
bom bisa mengalami trauma.
Seperti pada peristiwa ledakan bom sebuah rumah kontrakan di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur yang terjadi Kamis (5/7) kemarin nih, Bun. Seorang anak berumur 2,5 tahun menjadi korban. Duh, dengar apa yang terjadi pada anak ini saya nggak tega membayangkannya.
Dilansir detikNews, Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin mengatakan, si bocah mengalami luka bakar di wajah dan luka robek di beberapa bagian kakinya. Saat dijenguk, si bocah menangis kesakitan. Hiks. Luka fisik sudah pasti dialami bocah ini. Lantas, gimana dengan trauma yang bisa dia alami?
Menurut psikolog anak, Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto anak-anak akan mengalami trauma selain luka fisik. Nah, traumanya berupa anak menjadi kurang percaya diri pada lingkungan. Apalagi pada kasus ledakan
bom di Pasuruan, anak yang menjadi korban merupakan anak pemilik bom Pasuruan.
Kak Seto menambahkan, anak-anak juga akan trauma terhadap peristiwa ledakan bom. Karena itu, anak akan enggan berbicara saat ditanya tentang kejadian yang menyebabkan dirinya terluka. Bahkan, ke depannya anak bisa jadi lebih emosional akibat peristiwa itu, Bun.
"Memang yang paling utama, traumanya anak jadi kurang percaya diri pada lingkungan. Anak jadi suka marah-marah dan uring-uringan," kata Kak Seto saat berbincang dengan HaiBunda.
Menurut Kak Seto, anak korban ledakan bom harus segera mendapat terapi psikologis. Tentunya pemerintah harus segera turun tangan akan hal ini. Nah, lama terapinya tergantung kondisi tiap anak. Selian itu, tergantung juga pada seberapa sensitif anak pada ledakan bom tersebut serta dahsyatnya trauma yang anak hadapi.
Kak Seto menambahkan biasanya anak-anak korban ledakan bom bisa kembali ceria sekitar 1-2 bulan pasca kejadian. Hal ini berdasarkan pemantauan yang dilakukan Kak Seto pada anak-anak korban ledakan bom sebelumnya.
"Anak-anak korban ledakan bom lainnya sudah ceria dan bisa bermain lagi. Bahkan cita-citanya ada yang mau jadi polisi," tutur Kak Seto.
Rencananya, Kak Seto akan mengunjungi anak korban bom Pasuruan tersebut tapi belum bisa dipastikan kapan waktunya. Dikutip dari detikHealth, Dr Michael Craig Miller dari Harvard Mental Health Letter mengatakan tanda pertama dari post-traumatic stress disorder (PTSD) yang bisa dialami salah satunya akibat peristiwa ledakan bom adalah hyperarousal. Kondisi hyperarousal membuat seseorang jadi selalu waspada, gampang terkejut, mudah marah, dan terus-menerus mengalami stres kronis.
Tanda berikutnya yakni selalu dihantui oleh kenangan traumatis. Ia bisa merasakan sedang berada di lokasi kejadian bom secara berulang meski hal tersebut sebetulnya sudah lama terjadi. Terakhir orang dengan PTSD akan jadi sulit untuk bergaul. Karena terus diganggu oleh trauma dan rasa takut dirinya mungkin saja jadi mengisolasi diri agar kenangan buruk tersebut tidak kembali.
(nwy/rdn)