parenting
Ini Sebabnya Anak Cenderung 'Nempel' ke Ibu Ketimbang Ayah
Jumat, 20 Jul 2018 18:54 WIB
Jakarta -
Pernah nggak, Bun, merasa anak cenderung lebih senang dekat-dekat alias 'nempel' ke ibu ketimbang ayahnya. Sampai-sampai bunda pengen banget deh sesekali si kecil sama ayahnya. He-he-he.
Terkait fenomena anak lebih dekat ke sang bunda ada penjelasannya kok, Bun. Dalam American Journal of Perinatology, disebutkan awal-awal kehidupan anak merupakan masa kritis yang membentuk bonding ibu dan anak. Karena ibu adalah pengasuh utama anak dan cenderung menghabiskan waktu lebih banyak dengan si kecil, maka di otaknya anak memiliki preferensi pada sang ibu.
"Tapi ini bukan berarti anak nggak bisa dekat dengan ayahnya. Hanya saja anak memiliki eksposur yang lebih besar dari ibunya ketimbang orang tua lain atau dalam hal ini ayah," kata salah satu peneliti dalam laporannya seperti dikutip dari Romper.
Dalam jurnal PlosOne, hubungan anak dan ibunya yang cenderung lebih dekat disebut dengan sinkroni yang terbentuk karena perilaku partner yang familiar dengan ritme berulang. Kemuidan, hubungan ibu dan anak merupakan contoh pertukaran interpersonal yang terpisah dari keseharian. Artinya, bonding antara ibu dan anak membuat keduanya memiliki hubungan yang amat dekat sehingga diibaratkan jiwa ibu dan anak bisa saling bertukar atau bahkan melengkapi.
"Itulah kenapa anak bisa lebih memilih bersama ibunya yang sedang di sofa ketimbang bergabung dengan ayahnya yang sedang di tempat tidur. Ya, karena ada hubungan yang cukup rumit tersebut," ujar peneliti.
Di Journal of Child and Family, Bun, disebutkan ada perilaku prososial atau perilaku yang membantu. Nah, perilaku anak terhadap ibunya dimasukkan dalam perilaku prososial yang berperan membantu tumbuh kembang anak. Di sini, ada hubungan positif antara pengasuh dengan anak.
Jika pengasuh dalam hal ini orang tua atau baby sitter menunjukkan sifat peduli dan berbagi, anak akan menirunya. Walaupun anak cenderung dekat dengan salah satu orang tua, bukan berarti mereka nggak sayang kok, Bun, dengan orang tua lainnya. Seperti kata psikolog anak dan remaja dari RaQQi Human Development and Learning Centre Ratih Zulhaqqi, dekat atau nggaknya anak dengan orang tua juga dipengaruhi kenyamanan mereka.
"Jadi bukan berarti anak nggak sayang. Anak bisa memilih mana yang membuat dia nyaman. Misalnya kalau ngomong sama ayahnya dicuekin atau ayahnya jarang mau diajak main tapi sama ibunya ketika anak ngomong dia ditanggapi dengan tepat, didengarkan, anak pasti akan lebih nyaman dengan ibunya," kata Ratih dalam wawancara dengan detikHealth.
(rdn)
Terkait fenomena anak lebih dekat ke sang bunda ada penjelasannya kok, Bun. Dalam American Journal of Perinatology, disebutkan awal-awal kehidupan anak merupakan masa kritis yang membentuk bonding ibu dan anak. Karena ibu adalah pengasuh utama anak dan cenderung menghabiskan waktu lebih banyak dengan si kecil, maka di otaknya anak memiliki preferensi pada sang ibu.
"Tapi ini bukan berarti anak nggak bisa dekat dengan ayahnya. Hanya saja anak memiliki eksposur yang lebih besar dari ibunya ketimbang orang tua lain atau dalam hal ini ayah," kata salah satu peneliti dalam laporannya seperti dikutip dari Romper.
Dalam jurnal PlosOne, hubungan anak dan ibunya yang cenderung lebih dekat disebut dengan sinkroni yang terbentuk karena perilaku partner yang familiar dengan ritme berulang. Kemuidan, hubungan ibu dan anak merupakan contoh pertukaran interpersonal yang terpisah dari keseharian. Artinya, bonding antara ibu dan anak membuat keduanya memiliki hubungan yang amat dekat sehingga diibaratkan jiwa ibu dan anak bisa saling bertukar atau bahkan melengkapi.
![]() |
"Itulah kenapa anak bisa lebih memilih bersama ibunya yang sedang di sofa ketimbang bergabung dengan ayahnya yang sedang di tempat tidur. Ya, karena ada hubungan yang cukup rumit tersebut," ujar peneliti.
Di Journal of Child and Family, Bun, disebutkan ada perilaku prososial atau perilaku yang membantu. Nah, perilaku anak terhadap ibunya dimasukkan dalam perilaku prososial yang berperan membantu tumbuh kembang anak. Di sini, ada hubungan positif antara pengasuh dengan anak.
Jika pengasuh dalam hal ini orang tua atau baby sitter menunjukkan sifat peduli dan berbagi, anak akan menirunya. Walaupun anak cenderung dekat dengan salah satu orang tua, bukan berarti mereka nggak sayang kok, Bun, dengan orang tua lainnya. Seperti kata psikolog anak dan remaja dari RaQQi Human Development and Learning Centre Ratih Zulhaqqi, dekat atau nggaknya anak dengan orang tua juga dipengaruhi kenyamanan mereka.
"Jadi bukan berarti anak nggak sayang. Anak bisa memilih mana yang membuat dia nyaman. Misalnya kalau ngomong sama ayahnya dicuekin atau ayahnya jarang mau diajak main tapi sama ibunya ketika anak ngomong dia ditanggapi dengan tepat, didengarkan, anak pasti akan lebih nyaman dengan ibunya," kata Ratih dalam wawancara dengan detikHealth.