Jakarta -
Body image atau citra tubuh selama ini sering dianggap jadi masalah untuk orang dewasa atau remaja. Namun, nyatanya masalah body image ini juga bisa dialami anak praremaja bahkan saat usia mereka masih 8-9 tahun lho.
Adalah sebuah studi yang dilakukan Murdoch Children's Research Institute. Ditemukan ada hubungan tingkat hormon dengan kepuasan tubuh pada anak-anak praremaja untuk pertama kalinya. Ketua studi, Dr Elizabeth Hughes bilang anak praremaja umur 8 dan 9 tahun saja sudah memiliki body image yang buruk dan kepuasan tubuh yang kurang. Kondisi ini terkait dengan tingkat hormon yang berhubungan dengan masa pubertas.
"Makin tinggi hormon tersebut, makin nggak bahagia anak-anak dengan ukuran tubuhnya. Padahal seperti kita tahu body image negatif yang dimiliki anak bisa berpengaruh pada risiko mereka menerapkan gaya hidup dan diet tidak sehat bahkan gangguan makan," kata Elizabeth dikutip dari news.com.au.
Untuk studi ini, ada 1.100 anak usia 8 dan 9 tahun yang dianalisis tingkat hormon dan persepsinya terhadap citra tubuh atau body image. Kepuasan akan tubuh diukur dengan alat yang menunjukkan siluet plus bentuk tubuh berbeda. Dari studi ini Elizabeth berharap komunitas, masyarakat dan sekolah bisa memberi program edukasi tentang
body image yang sehat kepada anak-anak sebelum masa pubertas.
Sebelumnya, Professor Susan Paxton from La Trobe University's School of Psychology and Public Health menggarisbawahi media sosial bisa memengaruhi body image remaja bahkan anak. Apalagi saat ini anak juga sudah banyak yang bermain medsos. Kata Susan, medsos sangat visual dan interaktif sehingga tampilan di medsos bisa jadi pusat kesuksesan.
"Medsos bisa jadi toksik untuk body image. Mendapatkan follower atau likes dianggap sebuah prestasi," ujar Susan.
Kepada CNN, Seeta Pai, vice president of research untuk Common Sense Media mengatakan promosi gaya hidup sehat baiknya nggak cuma ditargetkan sejak masa remaja tapi praremaja. Soalnya, anak-anak usia sekolah saat ini pun udah paham dengan diet bahkan bukan nggak mungkin pandangan terhadap body image membuat mereka coba-coba menerapkan pola makan nggak sehat.
"Jadi kita nggak perlu menunggu sampai anak remaja untuk membicarakan soal
body image sebab isu ini pun sudah terjadi pada anak praremaja," kata Seeta.
(rdn)