HaiBunda

PARENTING

Strategi Atasi Anak yang Cuma Mau Makan Junk Food

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Senin, 22 Oct 2018 19:10 WIB
Strategi Atasi Anak yang Cuma Mau Makan Junk Food/ Foto: iStock
Jakarta - Bagi sebagian anak, makanan di luar terutama junk food terlihat seperti 'harta karun'. Junk food seakan jadi makanan paling lezat. Nah, masalahnya bagaimana jika anak cuma mau makan junk food, sementara makanan lainnya ditolak?

Soal ini Prof Dr dr Rini Sekartini SpA(K) bilang, anak termasuk selektif, misalnya hanya suka junk food. Orang tua nggak perlu khawatir berlebihan. Hal ini karena sebenarnya dalam junk food kandungan gizinya masih ada, namun nggak seimbang dan rendah. Harus diimbangi dengan makan sayur dan buah.

"Masih kurang sayur dan buah. Untuk itu, sayur dan buah bisa kita siasati, misalnya membuat jus. Yang optimal itu jusnya yang fresh tapi kalau nggak ada ya boleh-boleh saja minum kemasan tapi nggak setiap hari," kata Prof Rini di Health Talk Press Conference 'Siasati Pemberian Makan Anak untuk Tumbuh Kembang Optimal', di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, baru-baru ini.


Kata Prof Rini, yang sulit itu kalau anak nggak mau makan protein, karena anak itu butuh protein untuk pertumbuhannya. "Kalau anak masih belum bisa terima makanan sumber protein lain, coba optimalkan dengan susu. Yang penting sambil kita coba-coba dulu untuk beri asupan protein," sambung Prof Rini.
Strategi Atasi Anak yang Cuma Mau Makan Junk Food/ Foto: iStock




Lalu, bagaimana jika anak sampai tantrum saat tak diizinkan makan junk food? Psikolog Tari Sandjojo menjelaskan, tantrum adalah salah satu perkembangan kognisi, anak pun tahu dia belajar mendapatkan sesuatu.

"Anak akan belajar 'Kalau saya tantrum saya dapat yang saya mau'. Anak yang tantrum dia tahu di situasi mana yang dia bisa lakukan, misal tantrum di depan toko mainan, restoran junk food. Di saat seperti ini kebanyakan orang tua, 'oke ini saya diamkan atau saya kasih, kalau diamkan saja semua orang tertuju pada saya terus saya harus gimana'" kata Tari di kesempatan yang sama.

Kebanyakan orang tua bingung ketika anaknya tantrum. Tari bilang kalau orang tua konsisten dan tegas bilang tidak, kemudian berjalan atau pergi. Lama-lama anak jadi belajar bahwa tantrum itu bukan strategi yang tepat utuk mendapatkan apa yang dia mau.

"Kalau tantrumnya sudah parah banget biasanya orang tua perlu kenali situasi-situasi di mana anak kemungkinan tantrum besar dan jangan datang ke situ. Jangan lewati tempat itu, tantrum kan biasanya terjadi karena kita lewat tempat yang disukai anak dan kita lewati terus," pungkas Tari.

(aci/nwy)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Parenting ZAHARA ARRAHMA

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Menyusui Amrikh Palupi

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

Cara Diet Aktor Korea Yoon Si Yoon untuk Turunkan BB 5 Kg dalam 1 Hari

Mom's Life Arina Yulistara

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Khayru Putra Gunawan Sudrajat Kerap Dibully saat Kecil, Kini Sudah Kuliah di Australia

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK