parenting

Cegah Anak Tersedak, Berikan BLW dengan Konsep Responsive Feeding

Yuni Ayu Amida   |   HaiBunda

Senin, 10 Dec 2018 09:57 WIB

Jakarta - Bunda ingin mencoba menerapkan Baby Led Weaning (BLW) untuk si kecil? Pemberian MPASI dengan metode BLW memang menjadi perbincangan hangat beberapa tahun belakangan. Meskipun masih banyak yang ragu menerapkannya, karena takut anak tersedak saat makan.

Dokter spesialis anak, Arifianto atau yang kerap disapa dr Apin menjelaskan bahwa BLW adalah metode pemberian MPASI dengan cara membiarkan bayi makan sendiri, saat dia belajar menerima makanan padat. BLW sendiri baru boleh diberikan pada anak berusia 6 - 12 bulan. Untuk meminimalisir bahaya tersedak, para Bunda disarankan untuk mengombinasikannya dengan konsep responsive feeding. Apa sih itu, Bun?


Responsive feeding merupakan konsep yang direkomendasikan WHO, tentang prinsip pemberian MPASI berdasarkan kebutuhan bayi untuk makan. Bukan berdasarkan jadwal pemberian makan yang ketat. Diterangkan dr Apin, ada beberapa keuntungan menerapkan BLW yang dikombinasi dengan responsive feeding. Di antaranya, anak jadi lebih mandiri dalam menentukan menu makanannya. Secara alami, tubuh si kecil akan mengatur rasa lapar dan kenyangnya sendiri. Jadi, tidak akan terjadi risiko makan terlalu banyak atau over feeding.


"Tidak akan terjadi yang namanya pemaksaan makan, anak mengunci mulutnya karena nggak mau. Karena justru anak itu yang minta, dia yang condong mau makan," kata dokter Apin kepada Haibunda usai acara Cerita BLW Annifoursary di Club Kemang Playground, Jalan Kemang II, Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (9/12/2018).

Selain itu, BLW menjadi cara bagi orang tua untuk mengenalkan makanan sehat sejak dini pada anak. Serta, belajar menyajikan makanan bersih dengan kandungan gizi terpenuhi. Harapannya, anak dapat tumbuh optimal karena telah terbiasa mendapat makanan sehat.

Tapi Bunda juga harus tahu, kalau BLW juga memiliki kekurangan. Anak paling berisiko mengalami tersedak dan juga kurang asupan nutrisi. Nah, dengan menggabungkan konsep responsive feeding ke dalam BLW, risiko tersedak akan hilang. Asupan nutrisi pun akan terjaga, karena orang tua harus memenuhi makanan bervariasi seperti karbohidrat, protein, lemak, dan serat.

"Orang tua benar-benar menemani anak ketika makan. Meskipun tidak menyuapi tapi menemani, dia akan melihat anak ini bisa nggak sih mengunyah makanan yang relatif padat untuk usianya," terang dr Apin.


Keuntungan lainnya, anak dan orang tua akan makan bersama-sama. Sehingga terbangun hubungan yang lebih dekat lagi diantara keduanya.

"Kalau BLW ditemani mereka yang tidak punya kontrol tetap, malah berisiko membahayakan si anak. Jadi ortu harus mantengin si anak terus, dari sini akan terjalin kedekatan," tutup dr Apin. (yun)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT