Jakarta -
Kejadian tak menyenangkan kembali menimpa keluarga
Ruben Onsu. Serangkaian teror dialami presenter sekaligus pengusaha kuliner itu. Setelah mengalami hal-hal ganjil, Senin dini hari (17/12) rumahnya kembali disatroni orang tak dikenal.
Dikutip dari
detikcom, ada orang yang melempar batu ke jendela kamar anaknya,
Thalia Putri Onsu. Tak hanya memecah kaca jendela, rupanya batu itu disertai secarik surat kaleng.
"Betul. Jadi dilemparkan batu itu dan dililitkan secarik kertas kecil. Kurang lebih sekitar 4cm lah itu kertasnya," ujar Kompol Maulana J Karepesina.
Diungkap Kompol Maulana, jika kertas itu berisikan tulisan 'JAGALAH KELUARGAMU RUBEN', dengan huruf kapital dan tinta berwarna merah. Seram banget ya, Bun.
Kesuksesan dalam karier dan usaha, kadang kala membuat banyak orang tak suka melihatnya. Sehingga timbul niatan untuk mengganggu. Tak hanya berimbas pada kenyamanan kita saja, namun dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak lho, Bun.
Ruben Onsu mengalami teror/ Foto: Palevi S/detikFoto |
Saat orang tua merasa terancam, anak juga akan merasa tidak aman dalam menjalani keseharian mereka. Ketika Bunda dan Ayah merasa was-was, lama kelamaan akan mengganggu kecerian anak. Dampaknya bisa dilhat pada perubahan nilai akademis di sekolah, hingga cara mereka menjalin hubungam dengan lingkungan.
Melansir
Motherly, membesarkan anak yang kuat secara mental tidak hanya sebatas membuatnya tegar menahan tangis dan kesedihan saat mengalami kegagalan.
Kekuatan mental akan membuat mereka mudah mengelola emosi dalam menghadapi masalah
Tonton video: Sarwendah Sempat Kram Usai Kejadian Teror di Rumahnya[Gambas:Video 20detik]
Kekuatan mental akan membuat mereka mandiri dalam berbagai situasi. Perasaan terluka, sedih dan cemas adalah bagian yang tidak bisa dihindari dalam perjalanan kehidupan. Membiarkan anak mengalami perasaaan seperti itu, akan memberi mereka kesempatan untuk berlatih menoleransi ketidaknyamanan.
Bunda dan Ayah harus berbicara mengenai kondisi yang sebenarnya agar mereka juga belajar memahami situasi yang sedang dihadapi. Namun, berikan bimbingan dan dukungan untuk menghadapi rasa tidak nyaman itu. Sehingga, mereka memperoleh
kepercayaan diri untuk menangani kesulitan hidup yang tak terelakkan.
Selain itu, secara proaktif ajari anak untuk mengatasi emosi secara sehat. Sehingga mereka tidak tergantung pada orang lain untuk mengatasi kesedihan dan kecemasannya.
(rap/rdn)