Jakarta -
Media sosial Indonesia hari ini, dihebohkan dengan
video anak SD diusir dari mobil oleh seorang perempuan. Video tersebut awalnya beredar di Facebook, kemudian menyebar ke berbagai
platform media sosial lainnya. Dilansir
detikcom, kejadian yang tergambar diduga kuat di Kota Malang.
Dalam video berdurasi satu menit 19 detik itu, seorang perempuan dewasa mencoba menutup pintu mobil dan meninggalkan si kecil. Namun, anak tersebut menahan pintu tersebut hingga terjatuh. Setelah melihat video, polisi mengimbau segenap orang tua untuk tidak bertindak kasar pada anak, apalagi dilakukan di publik.
"Tentunya peristiwa ini sangat disesalkan. Karena terjadi di area publik, yang pastinya membawa dampak buruk kepada anak," kata Kasubag Humas Polres Malang Kota Ipda Ni Made Seruni Marhaeni.
Hingga saat ini Tim Cyber Troop Polres Malang Kota masih mencari perekam video. Mereka masih mengidentifikasi siapa perekam dan pihak yang mengunggah pertama kali di media sosial. Tujuannya agar bisa menyelidiki identitas dari perempuan dan anak SD yang terekam dalam video.
Hiks, ikut menyesal melihat kejadian tersebut ya, Bun. Semoga kejadian yang serupa enggak terulang kembali. Mengajarkan disiplin ke anak memang penting. Tapi, bukan berarti harus dengan cara
kekerasan, Bun. Ya, misalnya ketika anak enggak mau mengerjakan PR. Baiknya hindari memberi hukuman pada anak berupa kekerasan fisik.
Kata psikolog anak dan keluarga, Ajeng Raviando, yang namanya disiplin itu pastinya harus tetap ada ya, Bun. Kita perlu banget mengajari anak disiplin sejak dini. Tapi itu tadi, caranya bukan dengan kekerasan, apalagi kekerasan fisik.
Efek Disiplinkan Anak dengan Kekerasan Seperti Video Viral di Malang/ Foto: Muhammad Aminudin |
"Dulu ada namanya disiplin fisik. Tapi itu banyak efeknya juga, misal nantinya anak bisa melakukan KDRT atau kekerasan fisik dalam mengasuh anaknya kelak," ungkap Ajeng.
Jelas, menurut Ajeng, pola begini enggak bisa dipaksakan untuk mengasuh anak zaman sekarang. Soalnya, bukan enggak mungkin akan ada masalah ketika mereka dewasa nanti, Bun.
"Tapi orang tua sekarang juga cenderung paranoid. Kalau
'lepasin' anak tuh kayak ketakutan juga, karena flooding informasi jadi suka bikin kita cemas dan ketakutan sendiri," tutur wanita yang sudah menjadi psikolog selama 15 tahun ini.
Ajeng menyarankan agar para orang tua mencoba menerapkan positive parenting, dengan menerapkan disiplin efektif dan interaksi yang menyenangkan dengan anak. Pola seperti ini menekankan supaya orang tua bersikap positif dan menghargai sudut pandang anak.
"
Positive parenting harus ada balance-nya juga. Bukan
ikutin anak maunya apa lho, tapi gimana cara kita menerapkan pola asuh yang positif tadi tapi anak juga ngerti," ungkap Ajeng.
Tanggung jawab itu harus ada sejak dini. Maka dari itu, Ajeng mengingatkan orang tua untuk enggak terlalu memanjakan
anak sehingga anak terlatih bertanggung jawab sejak kecil.
[Gambas:Video 20detik]
(aci/rap)