Jakarta -
Apa yang biasanya Bunda minum setelah makan? Air putih, teh panas, atau es teh manis? Jika teh panas, apalagi airnya baru mendidih, sebaiknya Bunda dan Ayah waspada.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengonsumsi teh panas meningkatkan risiko terkena
kanker esofagus atau
kanker kerongkongan.
"Minum teh panas adalah kebiasaan yang sangat umum di seluruh dunia dan penelitian sebelumnya memperlihatkan keterkaitan antara minum minuman panas dan peningkatan risiko kanker kerongkongan," ujar pemimpin studi dari American Cancer Society (ACS), Dr. Farhad Islami, dikutip dari
Reuters.
Mulai 2004, para peneliti mengumpulkan data 50.000 orang dewasa di Provinsi Golestan, timur laut Iran. Daerah ini diketahui memiliki tingkat penderita kanker kerongkongan yang tinggi, di mana penduduknya meminum teh hitam rata-rata 1.100 mililiter setiap hari.
Di awal studi, peneliti menanyakan kepada para partisipan mengenai suhu air teh yang mereka pilih dan seberapa cepat mereka meminum teh setelah dituangkan ke cangkir.
Pada 2017, sebanyak 317 partisipan terkena
esophageal squamous cell carcinoma. Partisipan yang rutin meminum teh dengan temperatur 60 derajat Celsius atau di atasnya, 41 persen lebih mungkin terserang kanker kerongkongan dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi teh lebih dingin.
Sementara partisipan yang meminum teh panas dua setengah kali lipat memiliki risiko terkena kanker esofagus dibandingkan mereka yang suka minum teh dingin atau hangat.
 Ilustrasi perempuan minum teh/ Foto: iStock |
Kemudian, partisipan yang meminum teh mereka dua menit setelah dituang ke cangkir, 51 persen berisiko lebih tinggi terkena kanker kerongkongan dibanding mereka yang menunggu enam menit atau lebih.
Secara keseluruhan, partisipan yang meminum setidaknya 700 mililiter teh setiap hari dengan suhu di atas 60 derajat Celsius, 91 persen lebih berisiko tinggi terkena kanker esofagus dibandingkan mereka yang mengonsumsi lebih sedikit teh dengan suhu lebih rendah.
"Kami tidak meminta orang berhenti minum teh, tetapi kami sarankan menunggu sampai minuman panas menjadi dingin sebelum diminum," ujar Islami.
Setelah para peneliti memperhitungkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi risiko kanker esofagus, seperti tembakau, alkohol, dan faktor sosiodemografi, risiko tinggi dari teh panas tetap ada.
Penelitian lebih lanjut memang diperlukan ya Bunda. Namun, menurut Dr. Dirk Lachenmeier, ahli kimia makanan dan toksikologi dari Chemical and Veterinary Investigation Agency, Karlsruhe, Jerman, yang tidak terlibat dalam studi, alasan paling mungkin adanya peningkatan risiko
kanker adalah pengaruh langsung pada jaringan tenggorokan melalui peradangan yang konsisten.
"Ini mungkin adalah penelitian pertama yang dirancang dengan baik dan informatif yang benar-benar mendatangi langsung orang untuk mengukur suhu, sementara sebagian besar studi sebelumnya didasarkan pada
self-report," ucapnya.
Sebelumnya, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO (IARC) mengklasifikasikan minum minuman 'sangat panas' di atas 65 derajat Celsius, 'mungkin karsinogenik' bagi manusia.
[Gambas:Video 20detik]
(som/muf)