Jakarta -
Beberapa anak ada yang punya
alergi. Selain polutan, apakah bahan tambahan makanan juga bisa jadi pencetus alergi anak pada beberapa kasus?
Konsultan Alergi-Imunologi Anak Dr.dr.Zakiudin Munasir, Sp.A (K) dalam bukunya
Mengenal Alergi pada Anak menjelaskan beberapa zat polutan (dari polusi) atau bahan iritan bisa merusak pertahanan selaput lendir saluran napas, saluran cerna, mata, dan kulit. Zat polutan tersebut, kata Zakiudin, berasal dari udara seperti asap rokok, asap kendaraan, dan asap industri.
"Bisa juga polutan berasal dari bahan aditif (tambahan) dalam makanan, seperti bahan pengawet (misalnya benzoat), bahan penyedap (misalnya vetsin), pewarna makanan (misalnya tartrazin), dan bumbu-bumbu yang sangat merangsang," katanya.
Menurut Zakiudin, zat polutan inilah yang bisa merusak secara langsung atau mengiritasi pertahanan tubuh, baik saluran napas, saluran cerna, maupun kulit. Akibatnya, zat alergen atau zat yang bisa mencetuskan reaksi alergi mudah masuk ke dalam tubuh.
Zakiudin mencontohkan
anak yang tadinya tahan terhadap debu atau makanan, apabila terpajan zat polutan, baik melalui udara atau makanan, akan mengalami gejala alergi debu atau makanan. Hal ini terbukti dari penelitian yang menunjukkan peningkatan angka penyakit alergi sejalan dengan tingginya polusi di suatu tempat, Bun.
 Foto: Getty Images |
Begitu juga dengan pajanan asap rokok sejak dalam kandungan, baik pasif atau aktif, atau pajanan rokok setelah lahir. Zakiudin bilang pajanan asap rokok ini akan meningkatkan penyakit alergi, terutama pada anak yang mempunya riwayat alergi dalam keluarga.
Menurut World Allergy Organization (WAO) kejadian alergi di dunia sebanyak 30 - 40 persen. Alergi yang umum terjadi yaitu asma, rhinitis, eksem, dan alergi makanan
Sementara itu, Prof.Dr.dr.Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes menjelaskan riwayat keluarga juga menjadi faktor risiko alergi. Apabila kedua orang tua punya riwayat alergi, anak punya risiko 40 - 60 persen kena alergi. Namun, risiko bisa bertambah menjadi 60 - 80 persen jika kedua orang tua memiliki manifestasi (gejala alergi) yang sama
"Apabila kedua orang tua tidak punya
riwayat alergi, anak tetap memiliki risiko alergi sebesar 5 - 15 persen," ujar Budi.
[Gambas:Video Haibunda]
(rdn/rdn)