
parenting
3 Faktor Bisa Tingkatkan Risiko Alergi pada Anak dan Cara Mencegahnya
HaiBunda
Sabtu, 27 Jun 2020 11:33 WIB

Penyakit alergi, khususnya pada anak, mungkin terdengar sebagai suatu penyakit yang umum. Namun sebenarnya, bila gejala alergi ini tidak ditangani dengan baik, bisa mengganggu tumbuh kembang si kecil lho, Bunda.
Dijelaskan Konsultan Alergi dan Imunologi Anak Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., Sp.A(k), M.Kes., alergi adalah suatu respons sistem imun atau sistem kekebalan tubuh yang tidak normal dalam mengenali bahan-bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang lain.
"Contoh si kecil diberi makan udang, sebetulnya udang itu tidak berbahaya, tetapi pada anak yang alergi karena respons sistem kekebalannya tidak normal, jadi dia berlebihan terhadap udang, sehingga timbul gejala alergi," jelas Budi melalui Zoom, dalam acara Bicara Gizi, Kamis (25/6/2020).
Budi menambahkan, kalau alergi ini terlambat didiagnosa dan tata laksananya tidak optimal, maka bisa merugikan tumbuh kembang anak. Alergi sendiri biasanya hanya dialami anak-anak yang punya bakat alergi atau disebut atopi. Bakat ini diturunkan oleh salah satu atau kedua orang tua.
"Jadi anak yang atopi, kalau tidak dilakukan pencegahan, di kemudian hari akan timbul penyakit alergi, seperti alergi terhadap makanan, eksim, asma, hingga rinitas alergi," ujarnya.
Nah, lebih lanjut, berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko alergi pada anak.
1. Riwayat alergi keluarga
Apabila terdapat riwayat alergi dalam keluarga, misalnya salah satu orang tua mengidap alergi, maka anak berisiko 20 hingga 40 persen terkena alergi. Sedangkan apabila kedua orang tuanya yaitu ayah ibu memiliki alergi, risiko anak meningkat sampai 60 persen, bahkan bisa mencapat 80 persen jika kedua orang tua punya jenis alergi yang sama.
Selain itu, apabila ada salah satu saudara kandung punya alergi, maka risiko alergi pada anak sampai 30 persen. Jika dalam keluarga tidak ada riwayat alergi sama sekali, anak masih punya risiko 5 hingga 15 persen, jadi masih ada kemungkinan.
"Jadi untuk menentukan risiko anak kita punya alergi di kemudian hari, yaitu berdasarkan riwayat alergi pada ibu, bapak, dan saudara kandung. Jadi tidak bisa risiko itu berdasarkan ada riwayat alergi pada nenek, kakek, tante, bibi, dan sebagainya," jelas Budi.
2. Lahir secara caesar
Anak-anak yang lahir lewat operasi caesar risiko alerginya lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang lahir normal. Ini karena lahir secara caesar menyebabkan perkembangan mikrobiota normal di usus terlambat atau tidak akan optimal. Sehingga terjadi perubahan sistem kekebalan si anak, lalu punya risiko timbul penyakit alergi di kemudian hari.
"Inilah pentingnya mikrobiota normal di usus yang kita kenal dengan probiotik. Jadi kalau lahir secara normal lewat vaginal, itu mikrobiota atau probiotik lebih optimal, sehingga risiko alergi akan lebih rendah," kata Budi.
3. Pengaruh lingkungan
Asap rokok, polutan lingkungan, kurangnya paparan sinar matahari, pengenalan makanan padat yang tertunda, atau pengenalan makanan padat secara dini sebelum usia 3 hingga 4 bulan, adalah beberapa faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko alergi pada si kecil.
![]() |
Budi kemudian menjabarkan beberapa tindakan pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak timbul penyakit alergi khususnya pada anak-anak atopi, yakni:
a. Selama hamil, Bunda boleh makan apa saja, tidak ada pantangan apapun, selama tidak alergi terhadap makanan apapun.
"Rekomendasi terdahulu apabila ibu mengandung bayi risiko tinggi, biasanya ibu tidak boleh makan kacang-kacangan, seafood dan sebagainya. Tapi rekomendasi sekarang, berdasarkan hasil penelitian, bahwa selama kehamilan meskipun ibu mengandung anak risiko tinggi, ibu boleh makan apa saja, tidak ada pantangan apapun," tegas Budi.
b. Sebaiknya persalinan secara normal, tidak dengan operasi caesar.
c. Setelah lahir, bayi diberikan ASI ekslusif. Dan selama menyusui, Bunda boleh makan apa saja selama tidak alergi makanan apapun.
d. Apabila terpaksa si kecil tidak bisa mendapatkan ASI, maka diganti dengan susu formula hidrolisis yang parsial.
e. Apabila si kecil sudah mendapat makanan tambahan di usia 6 bulan, jangan terlalu cepat, dan jangan terlambat. Boleh memberikan semua jenis makanan, tidak ada pantangan apapun, tapi konsistensinya disesuaikan dengan umurnya.
"Misal umur 6 hingga 8 bulan itu bubur, jadi kalau mau dikasih makan udang, udang diblender, dibikin cair," saran Budi.
f. Cegah obesitas karena obesitas dapat meningkatkan risiko alergi.
g. Selama anak atopi, imunisasi harus diberikan, karena imunisasi merupakan salah satu metode untuk mencegah alergi pada anak yang berisiko.
h. Hindari paparan asap rokok yang aktif maupun pasif, selama kehamilan, setelah bayi lahir, dan juga pada waktu menyusui.
Simak juga obat alami turunkan demam anak dalam video ini:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Mengenal Penyebab Alergi Susu Sapi pada Anak, Ciri-ciri, dan Cara Mengatasinya

Parenting
4 Tanda Si Kecil Alergi Telur, Mulai dari Gatal-gatal hingga Batuk

Parenting
Bayi Alergi Pisang, Ini Gejala dan Cara Mengatasinya Bun

Parenting
7 Fakta Tentang Alergi Kacang Pada Anak, Bunda Perlu Tahu

Parenting
Bunda Perlu Tahu, Perbedaan Infeksi dan Alergi pada Anak

Parenting
Bunda Perlu Tahu, 4 Tanda Anak Alergi dan Cara Mengatasinya
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda