Jakarta -
Obat herba seringkali digunakan sebagai komplementer atau pelengkap terapi medis, termasuk pada anak. Namun, sebelum melakukan itu, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan orang tua.
Cora Collette Breuner, MD, MPH, FAAP, profesor Pediatrics and Adolescent Medicine dan asisten profesor Kedokteran Ortopedi dan Olahraga di Seattle Children's Hospital dan University of Washington, Seattle, mengatakan dokter anak harus tahu ramuan dan suplemen yang diberikan orang tua untuk anak-anak mereka. Breuner mempresentasikan data dari National Health Interview Survey (NHIS) 2012.
Diketahui, jamu dan suplemen yang digunakan pada anak-anak adalah produk alami seperti minyak ikan, melatonin, dan probiotik. Ini paling sering digunakan untuk membantu meredakan sakit punggung atau leher, kondisi muskuloskeletal lainnya, pilek, sakit kepala atau dada, kecemasan atau stres, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan insomnia atau sulit tidur.
"
Pengobatan komplementer dan alternatif (Complementary and alternative medicine (CAM)/CAM) paling sering digunakan pada remaja. Selain itu, pengguna CAM sering dibarengi obat resep lain," kata Breuneur.
Namun Breuner mengingatkan produk herbal dapat beredar di pasaran tanpa pengujian kemanjuran atau bukti bahwa produk tersebut aman. Lalu ingat, Bun, suplemen tidak dapat mengklaim untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit.
Breuner memberikan gambaran umum tentang herbal dan suplemen yang paling populer, serta yang tidak boleh digunakan. Licorice, misalnya. Ini tidak boleh digunakan selama lebih dari 6 minggu terlebih licorice memiliki sejumlah interaksi, terutama dengan digoxin dan furosemide.
"Ephedra adalah suplemen lain yang perlu diwaspadai. Digunakan sebagai anorexiant dan decongestant, ephedra dapat menyebabkan jantung berdebar, infark miokard, dan bahkan kematian," katanya mengutip
Contemporary Pediatrics.
ilustrasi herba/ Foto: thinkstock |
Sementara itu, suplemen yang perlu dikonsumsi dengan hati-hati bahkan harus dihentikan sebelum operasi termasuk echinacea, ephedra, bawang putih, gingko, dan ginseng. Sebab, ada risiko termasuk komplikasi jantung dan perdarahan, serta efek sedatif.
Mengutip
detikcom, jamu atau tanaman herbal masih cukup erat di kalangan masyarakat Indonesia sebagai pengobatan tradisional. Selain sebagai pengobatan tradisional, jamu juga kerap kali dipandang sebagai alternatif dari obat dokter.
Akan tetapi, Ir.Heru Wardana, M Hort Sc, kepala pengelola dari Kampoeng Djamoe Organik di Cikarang, Jawa Barat, menegaskan bahwa jamu sejatinya lebih merupakan pencegah ketimbang obat.
"
Jamu sebenarnya memang ada unsur curative-nya, mengobati itu ada. Tapi tidak sekaligus lho ya. Enggak kayak kimia. Misal lagi demam, cess langsung kasih paracetamol. Terus misalnya anti inflamasi, radang, langsung kasih kimia, selesai radangnya," katanya.
Bunda bisa simak manfaat jamu untuk tubuh di video di bawah ini ya.
(rdn/rdn)