Jakarta -
Di zaman yang serba modern saat ini, anak bisa dengan mudah mengakses segala informasi. Hal ini tentu jadi kekhawatiran bagi setiap orang tua terhadap perkembangan anaknya. Begitu pula yang dirasakan artis
Novita Angie.Ditemui usai menghadiri sebuah acara di Jakarta beberapa waktu lalu, Angie mengaku melakukan pendekatan personal untuk mengantisipasi rasa cemas terhadap anaknya yang beranjak remaja. Yakni dengan sering mengajak anaknya ngobrol.
"Sekarang saya banyak ngobrol as a friend, supaya mereka mau terbuka, itu sih kuncinya. Mereka mau tanya apapun boleh, mau itu tentang seks, atau
relationship, pacaran, kehidupan, LGBT, apapun boleh tanya ke saya dan suami saya," tuturnya, saat ngobrol dengan
HaiBunda.
Ibu dua anak ini sadar, saat ini banyak yang bisa menggantikan peran orang tua dalam mencari informasi, entah itu internet atau bertanya pada orang lain. Namun, keraguan pada informasi yang kadang tidak jelas sumbernya, membuat dia selalu menekankan pada kedua buah hatinya untuk berdiskusi dengannya.
"Kenapa lebih baik tanya sama kita sebagai orang tua, supaya kita tetap bisa memberikan
value-value penting yang tetap harus dipertahankan yang sesuai dengan keluarga," ujarnya.
Angie bilang, anaknya saat ini sering melontarkan pertanyaan yang membuatnya kaget. Namun, itu bukan masalah untuknya, yang penting anaknya mau terbuka.
"Maunya supaya mereka merasa nyaman, enggak malu, enggak
ngerasa enggak enak atau risih tanya sama kita sebagai orang tua. Kan kita sebagai
ortu tahu
ngomongnya kayak gimana, disesuaikan sama umur mereka," jelasnya.
Sebagai orang tua, tentunya kita ingin menjadi tempat pertama anak mencurahkan isi hatinya. Kata psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi, ketika orang tua ingin anaknya bisa
curhat ke orang tua, kita mesti ingat dulu, saat anak menceritakan masalahnya, apa kita memahaminya.
"Mendengar untuk memahami, bukan mendengar untuk menjawab sehingga anak bisa merasa nyaman ketika mereka cerita sama kita," kata Ratih.
Ratih mengingatkan agar kita menjaga respons saat anak bercerita apa yang dialaminya. Seburuk apapun itu, kita mesti terima dulu saja.
Di akhir cerita, saat anak minta saran atau ada kesempatan untuk menanggapi, barulah kita beri masukkan dan nasihat untuk mereka. Misal, ketika anak cerita di sekolah berantem dengan temannya, dengarkan dulu ceritanya, jangan langsung dipotong ya, Bun.
Kata Ratih, akibat kita memotong cerita, anak bisa merasa tidak didengarkan lho. Selain itu, anak bisa jadi malas cerita karena belum tahu lengkapnya, sudah dikomentari dulu.
"Kayak gitu akhirnya kita judgemental sama anak. Padahal, sebagai orang tua, ketika anak cerita kita perlu menyingkirkan judgement kita ke anak," jelas Ratih.
Simak pula cara Novita Angie batasi
gadget pada anak, Bun.
[Gambas:Video 20detik]
(yun/muf)