Jakarta -
Anak-anak pasti semangat ikut perlombaan yang digelar untuk merayakan HUT RI ke-74 atau biasa disebut
lomba 17-an ya, Bun. Tapi, namanya perlombaan pasti ada menang kalahnya. Saat kalah tak jarang anak ngambek atau berteriak.
Psikoterapis Amy Morin LCSW, mengatakan anak-anak yang ogah mengakui kekalahannya malah membuat teman-temannya enggak mau bermain. Penyebabnya bisa karena anak suka berbohong kalau kalah atau memilih berhenti bermain di tengah jalan.
Kalau anak usia prasekolah punya aturan sendiri ketika bermain, kata Morin, itu normal. Pada usia tersebut, anak-anak tidak mengkhawatirkan menang atau kalah. Tapi, saat usia sekolah dasar, anak-anak sudah harus belajar sportif.
"Hal yang biasa bagi anak-anak untuk berjuang mempertahankan sikap positif ketika kalah dalam permainan. Tapi, kalau anak sudah besar ogah mengakui kekalahannya sepanjang waktu atau tidak sportif, ini bisa menyebabkan masalah untuknya, sehingga penting untuk orang tua turun tangan," kata Morin mengutip Very Well Family.
Untuk membantu anak agar mau mengakui kekalahannya, coba lakukan enam hal ini:
1. Puji usaha anakMorin bilang hargai proses
anak hingga bisa mencapai hasil, entah itu kalah atau menang. Dengan begini, anak akan merasa makin termotivasi.
2. Bantu anak pahami perasaannyaKetika anak-anak dapat mengidentifikasi perasaan sedih, marah, kekecewaan, dan frustrasi mereka, Morin bilang, mereka cenderung tidak akan melampiaskannya dengan cara tak tepat. Ajari anak memahami perasaannya dan bantu dia mengembangkan strategi koping yang sehat untuk menghadapi perasaan itu.
"Validasi perasaannya juga. Bicara tentang bagaimana rasanya sedih, memalukan, dan mengecewakan ketika kalah. Tetapi jelaskan dia mempunyai pilihan dalam bagaimana dia menghadapi emosinya yang tidak nyaman," kata Morin.
3. Ajari anak keterampilan manajemen kemarahanKadang, wujud rasa kesal disampaikan anak dengan berlaku negatif pada orang lain. Nah, orang tua perlu mengajari anak bagaimana cara menyalurkan amarah dengan cara tepat misalnya dengan berteriak, memukul bantal, atau meremas squishy.
ilustrasi lomba agustusan saat HUT RI ke-74/ Foto: Amelia Sewaka |
4. Jangan paksa anakBunda tidak perlu menyuruh anak untuk bersaing secara brutal demi mendapatkan kemenangan. Justru saat kalah anak bisa belajar banyak hal.
5. Abaikan tantrum anakApabila anak mulai tantrum, jangan langsung direspons. Biarkan dia melampiaskan kekesalannya sampai emosinya mereda baru setelah itu ajak dia bicara.
6. Latih sportivitas anak"Coba lebih sering mengajak anak bermain atau berolahraga. Ini akan memberinya kesempatan melatih keterampilan sosialnya. Puji dia ketika bersikap baik dan hormat, lalu hargai anak yang sudah memperlakukan orang lain dengan tetap berbuat baik pada lawan meski kalah.
Berbicara tentang kekalahan, psikolog anak, remaja, dan keluarga dari Tiga Generasi @ Brawijaya Clinic, Samanta Ananta pernah mengatakan dengan menjelaskan makna kekalahan pada
anak akan menumbuhkan pemahaman untuk menjadi pemenang dibutuhkan usaha yang konsisten dan rutin. Tujuannya, melatih kemampuan atau kemahiran yang dimiliki atau ingin dikembangkan.
"Berikan pengertian pada anak bahwa perasaan yang ia rasakan ialah rasa kecewa dan hal tersebut wajar dirasakan oleh siapapun yang mengalami kekalahan," kata Samanta.
Bunda, simak juga cerita Zaskia Adya Mecca sulit mengontrol kemauan anak di video berikut.
(rdn/rdn)