Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Risiko Fatal pada Pernapasan Bayi Akibat Paparan Kabut Asap

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Senin, 16 Sep 2019 15:02 WIB

Kabut asap dari kebakaran di Sumatera Selatan membuat bayi 4 bulan meninggal akibat gangguan pernapasan. Pahami risiko fatalnya, Bun.
Risiko Fatal pada Pernapasan Bayi Akibat Paparan Kabut Asap/ Foto: Thinkstock
Banyuasin - Bayi empat bulan asal Sumatera Selatan menjadi korban jiwa akibat kabut asap kebakaran. Dikutip dari detikcom, bayi berusia empat bulan berinisial EF asal Banyuasin itu meninggal diduga akibat infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). EF mulai sesak napas sehari sebelum dilarikan ke rumah sakit.

"Mulai sesak napas kemarin malam dan masih dirawat di rumah. Tadi pagi lihat kondisinya semakin parah, dirujuklah ke rumah sakit Ar-Rasyid di Palembang dan meninggal," kata anggota BPD Dusun III, Talang Buluh, Banyuasin, Agus Darwanto, saat dikonfirmasi lewat telepon, Minggu (14/9/2019).

Dikatakan Agus, dari diagnosis awal EF disebut terkena serangan ISPA. EF pun sempat diminta dirujuk ke RS Muhamad Hoesin Palembang, namun saat itu tidak ada kamar kosong. EF juga sempat dibawa ke bidan desa, kata sang bidan kondisi EF sudah parah dan harus dibawa ke rumah sakit.

"Sempat dibawa ke bidan desa, kata ibu bidan sudah parah dan harus dibawa ke rumah sakit. Itulah kami bawa ke rumah sakit Ar-Rasyid untuk penanganan. Diagnosa awal dokter bilang kena ISPA, Elsa juga kemarin memang sesak napas. Itu bersamaan saat kabut asap kemarin tebal sekitar pukul 23.00 WIB," kata Agus.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Banyuasin, Hakim mengaku pihaknya sudah menurunkan tim ke rumah sakit Ar-Rasyid tempat korban awal dirawat. Hakim menyebut sebelum kondisi kabut asap yang tebal dia sudah menghimbau agar masyarakat menggunakan masker. Termasuk mengimbau dan mengurangi kegiatan di luar rumah.
Kabut asap di RiauKabut asap di Riau/ Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro
"Keadaan asap tebal ini jangan keluar rumah kalau tidak penting. Sebaiknya memakai masker, di Dinas Kesehatan dan perangkat telah siap 24 Jam untuk melayani masyarakat," kata Hakim.

Beberapa waktu lalu HaiBunda pernah membahas paparan kabut asap dengan dr. Frans Abednego Barus, Sp.P. Menurutnya, partikel yang terkandung dalam asap kebakaran disebut stres oksidatif. Partikel tersebut jelas berbahaya bagi organ-organ lainnya, apalagi paru-paru.

"Jika sudah diserap darah berbahaya, bisa masuk ke otak, jantung. Jika terakumulasi atau tertumpuk akan menyebabkan radang kronis," tutur Frans.

Efek langsungnya juga enggak main-main, pasien bisa mengalami sesak napas. Belum lagi kalau pasien memiliki riwayat asma atau punya penyakit paru sebelumnya. Itu akan semakin berat dia bernapas, semakin terganggu aktivitasnya.

"Asap itu sendiri kan racun, jadi membuat seseorang mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Demam, batuk, nyeri menelan, suara parau," kata Frans.

Frans menyarankan jika memang ingin pakai masker, gunakan masker tipe N 95 yang setidaknya bisa menyaring udara. Meski begitu, Frans merasa tak semua orang mau pakai masker tersebut karena bikin sulit bernapas. Untuk itu, kita doakan yang terbaik ya untuk warga di Sumatera dan Kalimantan, kita doakan juga agar apinya lekas padam.

Simak juga video tentang asap kebakaran di Jambi yang merenggut keceriaan anak-anak.

[Gambas:Video 20detik]

(aci/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda