Jakarta -
Sabina Eleanor Maulana, bocah berusia dua tahun pengidap TB paru harus bertahan di tengah asap
kebakaran hutan dan lahan (karhutla)Â di Kecamatan Alang-alang Lebar, Palembang, Sumatera Selatan.
Mengutip laporan
CNNIndonesia.com, di luar rumah bocah yang biasa disapa Sabin itu memang terlihat pekatnya asap karhutla. Setiap hari, Sabin pun menggunakan masker favoritnya yang berwarna pink.
"Masker Sabin pink, Sabin senang warna pink. Gambarnya Hello Kitty," ujar putri pasangan Wira (37) dan Dinda (32) ini.
Sabin punya kakak laki-laki, Bun, namanya Sabang Dipa Maulana (4) yang bersekolah TK Aisyiah 4 Palembang. Sang kakak pun setiap hari ke sekolah menggunakan masker.
Diceritakan, sang bunda sempat kewalahan lantaran kabut asap semakin tebal menyelimuti wilayah Palembang. Dinda mencemaskan dua anaknya yang masih balita karena rentan mengalami dampak buruk kabut asap, khususnya soal pernapasan.
Terlebih, Dinda mengungkap, Sabin punya riwayat penyakit paru-paru sejak usia satu tahun. Pada Juni 2018, Sabin divonis terjangkit TB paru dan rutin mengonsumsi obat selama enam bulan.
 Ilustrasi anak terdampak karhutla/ Foto: iStock |
Sabin sempat dinyatakan sembuh dari TB paru pada Januari lalu. Tapi, dia masih rentan terkena penyakit lain terkait sistem pernapasan. Hingga pada pertengahan Agustus, Sabin demam tinggi dan batuk-batuk.
Setelah dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Myria Palembang, Sabin didiagnosis mengalami radang di saluran pernapasan. "Katanya ada infeksi di paru-paru," ucap Dinda.
Mengutip data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sekira 7,8 juta anak berpotensi terdampak buruk asap di beberapa wilayah di Indonesia. Sementara itu, menurut Senior Humanitarian Policy Advocacy Manager Save The Children Indonesia, Rinsan L. Tobing, asap
karhutla bisa merusak paru-paru dan otak, termasuk proses tumbuh kembang.
"Kejadian ini selalu berulang setiap tahun selama 22 tahun belakangan. Jika ini tidak dicari solusinya, proses tumbuh kembang anak akan terganggu karena terus terpapar asap," kata Rinsan dalam 'Diskusi Karhutla dan Lost Generation', baru-baru ini.
Rinsan menambahkan, ketika anak terdampak asap puluhan tahun, pemulihan akan membutuhkan biaya besar termasuk pemeliharaan, pengobatan, perawatan, dan penyediaan fasilitas. Kalau tidak ditangani, Rinsan menegaskan, anak bisa tidak produktif dan jadi beban negara.
Bunda, simak juga tentang jawaban apakah anak terlalu higienis malah gampang sakit, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/rdn)