Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Tips Anak Cepat Fasih Berbahasa Inggris Sesuai Gaya Belajarnya

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Jumat, 20 Sep 2019 17:30 WIB

Simak saran dari psikolog pendidikan, tips agar anak cepat fasih berbahasa Inggris sesuai learning style atau gaya belajarnya.
Tips Ajarkan Bahasa Inggris Sesuai dengan Gaya Belajar Anak/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Mengajarkan anak bahasa selain bahasa ibu tentu bukan hal yang mudah. Apalagi jika Bunda ingin si kecil masuk ke sekolah negeri yang menggunakan kurikulum nasional. Soal ajari anak Bahasa Inggris, menurut psikolog pendidikan Achsinfina Sinta, jika dimulai dari dini bisa dilihat dari sistem komunikasinya.

"Biasanya anak akan mulai mendengar, mengucapkan kembali atau berbicara, membaca, lalu menulis. Untuk memulai belajar, semuanya harus diawali dengan yang menyenangkan karena akan diingat terus oleh anak.Ditambah buku-buku dan alat peraga yang bagus nantinya akan diingat anak," kata Sinta, sapaan akrabnya di acara I Can Read Indonesia, di sebuah kafe bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (19/9/2019).

Nah, karena setiap anak itu punya gaya belajar yang berbeda, Bunda harus menyesuaikannya. Seperti yang kita ketahui, ada gaya belajar auditori, visual, dan kinestetik. Begitu pula saat mengajarkan Bahasa Inggris, Bunda perlu menyesuaikan agar anak bisa menyerap dengan optimal.

"Pola kita menyerap informasi style-nya beda-beda. Kalau belajar Bahasa Inggris phonics sangat membantu anak yang learning style-nya auditori. Kalau video atau flash cards sangat membantu anak yang learning style-nya visual. Kalau kinestetik bisa pakai permainan balok dan diskusi," kata Sinta.
ilustrasi ibu dan anakilustrasi ibu dan anak/ Foto: iStock
Sinta menyarankan, kalau anak-anak yang masih usia golden age (0 - 5 tahun), lebih baik disimpan dulu gadget-nya. Bunda perlu perbanyak interaksi, permainan. Nah, permainan yang disarankan lebih seperti ngobrol, diskusi, dan aktivitas yang mendukung psikomotoriknya.

"Kemampuan bahasa itu sangat penting, pengalaman pribadi pun, dengan ketiga anak yang kemampuan bahasa-bahasanya berbeda, di sekolah mereka belajar Bahasa Mandarin, di rumah Bahasa Jawa. Setiap kemampuan anak beda-beda, anak pertama saya 21 tahun tipe visual, cara menyerap bahasanya beda, bisa dibantu dengan flashcard," cerita Sinta.

Jika Bunda tertarik mengajarkan bahasa asing selain Bahasa Inggris, bagi anak yang gaya belajarnya visual, bisa pakai bahasa yang ada gambar (kaligrafi) seperti Bahasa Jepang, Arab.

"Anak saya yang kedua ini tipe learning style-nya auditori, jadi dia lebih banyak menyimak. Kalau enggak dilatih sejak dini nantinya kemampuannya bisa hilang. Karena perlu banget distimulus, kita bisa ngobrol pakai Bahasa Inggris dengan cerita," ujarnya.

Sinta berharap, tidak hanya anak-anak yang sekolah di kurikulum luar saja yang belajar Bahasa Inggris. Namun, anak-anak yang belajar kurikulum Indonesia dan semua lapisan anak-anak, sedini mungkin bisa belajar Bahasa Inggris.

"Tidak harus sekolah dengan kurikulum internasional, tapi bisa les, Kalau usia 3 - 5 tahun, lebih menyenangkan dikenalkan les. Kalau toh memang anak yang takut memulai, ciptakan suasana belajar yang bermain, encourage anak belajar dengan suasana yang menyenangkan," sambung Sinta.

Sinta bilang, kita tak boleh menyerah kalau anak telat belajar Bahasa Inggris. Hal ini karena kalau kita bicara tentang kecerdasan atau perkemangan otak sampai 18 tahun, bisa di-encourage dengan buku dan lagu.

"Dari lagu itu efektif sekali buat anak. Bahasa daerah pun bisa dipelajari dari lagu, yang penting paling utama adalah ketertarikan, jadi anak akan cari tahu. Misalnya Bunda nyanyi lagu, enak lagunya, anak akan mencari lagunya, dia akan membicarakannya, baca dan menulis. Kuncinya juga kesabaran," ujar Sinta.

Bagaimana dengan para Bunda yang ingin anaknya lebih paham bahasa ibunya alias Bahasa Indonesia? Kata Sinta, kembali lagi ke value keluarga. Lalu, perlu diingat, Sinta menyebutkan, jangan khawatir bila kita ajarkan dua bahasa sekaligus nanti bahasanya campur-campur.

"Anak punya device sendiri, nanti seiring waktu bahasa campur-campur itu akan terkikis sendiri, biarin saja. Misalnya, 'I want to makan, Bun. I want to minum'. Nantinya anak bisa memilah sendiri," tutur Sinta.

Simak juga manfaat anak bermain di playground umum dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(aci/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda