Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Gara-gara Mi Instan, 40 Persen Balita di Asia Kurang Gizi

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 29 Oct 2019 09:41 WIB

Mi instan menjadi salah satu penyebab balita di Asia, termasuk Indonesia mengalami malnutrisi.
Ilustrasi makan mi/ Foto: iStock
Jakarta - Sering makan mi instan memang tidak menyehatkan, Bunda. Terutama pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Baru-baru ini United Nations Children's Fund (UNICEF) melaporkan, 40 persen anak-anak di bawah usia 5 tahun mengalami malnutrisi. Data ini mencakup tiga negara di Asia, yaitu Filipina, Indonesia, dan Malaysia.

Penyebabnya karena kondisi ekonomi dan standar hidup tinggi. Selain itu juga karena kurangnya kesadaran orang tua bekerja untuk memikirkan asupan nutrisi yang dimakan anak.

"Orang tua percaya kalau yang terpenting adalah membuat anak kenyang. Mereka tidak lagi memikirkan asupan protein, kalsium, dan serat yang dibutuhkan anaknya," kata Hasbullah Thabrany, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, dilansir The Star.

Sedangkan menurut spesialis nutrisi UNICEF Asia, Mueni Mutunga, tren ini kembali ke keluarga yang mulai meninggalkan pola makan tradisional. Kebanyakan mulai menerapkan makanan modern yang lebih terjangkau, mudah diakses, dan disiapkan.

"Mi instan itu murah dan mudah dibuat. Mi juga cepat dan mudah jadi pengganti makanan," ujar Mutunga.

Ilustrasi anak makan miIlustrasi anak makan mi/ Foto: iStock

Indonesia menempati urutan kedua sebagai konsumen mi terbesar di dunia, setelah China. Menurut World Instant Noodles Association, orang Indonesia mengonsumsi 12,5 miliar porsi di tahun 2018.

Buah-buahan, sayuran, telur, susu, ikan, dan daging yang kaya nutrisi tidak lagi dikonsumsi ketika penduduk pedesaan pindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Demikian mengutip laporan Unicef.

Kebiasaan mengonsumsi mi instan di kehidupan sehari-hari orang di Asia Tenggara harus menjadi perhatian khusus pemerintah. Promosi yang agresif dari produsen, kata Hasbullah, menjadi sebabnya.

"Ada distribusi besar-besaran. Mi instan tersedia di mana pun, bahkan di tempat terpencil," paparnya.

dr.Liza Meilany, SpA menyarankan agar anak tidak terlalu sering makan mi instan. Apalagi jika dikonsumsi terus menerus.

"Mi instan yang terbuat dari terigu adalah sumber karbohidrat yang sudah diolah, jadi kandungan seratnya lebih rendah dibanding nasi," ujar Liza.

Bunda boleh memberi anak mi instan sesekali, namun tidak berlebihan ya. Agar lebih sehat, bumbu mi-nya bisa dibuat sendiri.

Simak juga fakta tentang mi instan di video berikut, Bunda.

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda