Jakarta -
Video
blogging atau
vlog masih menjadi kegiatan yang digandrungi berbagai kalangan usia. Belakangan, justru muncul
vlog keluarga yang melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak yang berisi cerita keseharian.
Melibatkan anak dalam membuat
vlog tentu enggak boleh sembarangan ya, Bun. Menurut psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog, orang tua harus mengutamakan kenyamanan anak.
Jangan paksa anak untuk ikut jika tak mau. Tanyakan juga, apakah dia mau direkam atau tidak.
"Orang tua bertanggung jawab untuk melindungi privasi anak sampai anak bisa melindungi dirinya sendiri," kata Vera kepada
HaiBunda baru-baru ini.
Bunda juga sebaiknya paham jika rekam jejak digital sifatnya permanen. Perlu dipertimbangkan bagaimana respons anak kelak saat tahu dirinya tersebar di internet.
"Ini juga termasuk ketika orang tua mengunggah bagian tubuh pribadi anak," ujar Vera.
 Ilustrasi vlog keluarga/ Foto: iStock |
Setelah itu, kita harus pastikan siapa saja yang bisa melihat unggahan atau
vlog. Misalnya, sebatas keluarga atau teman dekat.
Vera menambahkan jika di usia yang masih kecil, mungkin anak belum mengerti. Tapi, jika anak sudah besar, orang tua perlu meminta izin dulu, tanyakan apa dia nyaman masuk
vlog atau diunggah ke sosial media.
Kalau menurut Prof John Oates, seorang Dosen Senior di Child and Youth Studies Group di Open University, orang tua perlu berpikir dengan sangat hati-hati tentang konten yang mereka rekam. Sebab, hasilnya bisa dilihat banyak orang selamanya.
"Beberapa anak diintimidasi hanya karena mereka tampil di TV. Video seorang anak mungkin terlihat baik-baik saja saat berusia 2 atau 3 tahun. Namun, bisa mengerikan jika anak berusia 12 atau 13 tahun," kata Oates, dilansir
The Guardian.Bunda tentu saja boleh nge-
vlog bareng anak. Namun, jangan lupakan kewajiban untuk menjaga privasi dan menghabiskan waktu bersama anak ya.
Simak juga manfaat main sepeda bagi anak di video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(ank/rdn)