Jakarta -
Bunda sering mendapati si kecil tiba-tiba merasa cemas sampai berkeringat dingin atau terlihat ketakutan? Sebagai orang tua, tentu kita harus membantu anak agar tidak sering mengalami kecemasan.
Menurut Erin Leyba, L.C.S.W., Ph.D. penulis buku
Joy Fixes for Weary Parents:
101 Quick,
Research-Based Ways to Overcome Stress and Build a Life You Love, ketika anak-anak cemas, mereka sering mengalami perlawanan, pelarian, atau respons diam (stres akut), yang merupakan reaksi fisiologis sebagai respons terhadap sesuatu yang mereka anggap menakutkan.
Anak-anak yang cemas dapat berteriak, mengguncang, melarikan diri, menjadi pendiam, bertingkah konyol, bersembunyi, atau berpegangan. Bahkan mengamuk, atau bertingkah untuk menghindari lingkungan atau peristiwa yang membuat stres.
"Kadang-kadang, orang tua membuat kesalahan dengan mencoba bernalar dengan anak-anak atau membujuk mereka keluar dari ketakutan mereka, tanpa terlebih dahulu membahas faktor fisiologis akut yang berperan," kata Leyba, dilansir
Psychology Today.Lebih lanjut kata Leyba, penelitian menunjukkan bahwa sangat sulit bagi anak-anak untuk berpikir dengan logika atau mengendalikan perilaku mereka saat kecemasan itu sedang terjadi. Sebaiknya, latih mereka untuk tidak mudah cemas.
Bunda, berikut ini tiga tips untuk melatih anak agar tidak mudah cemas, dikutip dari
Very Well Family.1. Bantu anak bedakan situasi bahaya dan tidak
 3 Tips Melatih Anak agar Tak Gampang Cemas/ Foto: iStock |
Bicaralah dengan anak bahwa kecemasan dimaksudkan untuk menjaga mereka tetap aman. Jika mereka dikejar singa, otak mereka akan memberi tanda ke tubuh mereka bahwa mereka dalam bahaya. Telapak tangan mereka mungkin berkeringat, jantung mungkin berdetak lebih cepat, dan mereka mungkin mendapatkan aliran energi saat bersiap untuk mengambil tindakan.
Mungkin ada saat-saat otak anak mengirimkan 'alarm' palsu dan memperingatkan tubuh mereka akan bahaya, bahkan ketika itu bukan situasi hidup atau mati. Bantu anak untuk mulai mengidentifikasi ketika mereka mengalami alarm nyata (situasi bahaya) versus alarm palsu (peristiwa yang mungkin tidak nyaman, tetapi sebenarnya tidak mengancam jiwa).
Jelaskan bahwa jika bahaya, mereka harus mengambil tindakan untuk menjaga diri tetap aman, seperti menolak untuk menerima tantangan yang berbahaya. Tetapi jika itu tidak berbahaya, mereka harus bisa menghadapi ketakutan mereka.
Ketika mereka cemas, Bunda bisa tanyakan, "Apakah otak memberi 'alarm' nyata atau palsu?" Lalu, bantu mereka memutuskan tindakan apa yang harus diambil.
2. Kumpulkan buktiKetika anak mengatakan hal-hal seperti 'khawatir tidak punya teman untuk duduk bersama saat makan siang', atau 'khawatir salah dalam menjawab tes matematika', bekerja sama dengannya untuk mengumpulkan bukti. Jelaskan bahwa pikiran itu tidak selalu benar, dan bahwa kegelisahan mungkin memprediksi sesuatu yang tidak mungkin benar-benar terjadi.
Dorong anak untuk menjadi seperti seorang detektif yang mengumpulkan petunjuk untuk menilai bukti di balik pemikirannya yang gelisah. Misalnya, jika mereka mengatakan akan gagal dalam tes matematika, tanyakan, "Apa buktinya?"
Kemudian, tuliskan bukti yang mendukung prediksi negatif seperti gagal dalam tes sebelumnya. Lalu, kumpulkan pula bukti yang menguatkan prediksi itu tidak benar. Misalnya, mereka lulus tes terakhir, sudah banyak mengerjakan PR, dan sudah berusaha maksimal dalam belajar.
Tuliskan bukti dan bahas bersama. Bantu tunjukkan pada anak bahwa pikiran cemas tidak ditakdirkan untuk terjadi. Selain itu, ajari anak untuk mengumpulkan bukti sendiri, sehingga mereka dapat melakukannya ketika kita tidak ada di sana untuk membantu mereka.
3. Ajarkan cara menenangkan tubuhJika anak kerap mengalami gejala kecemasan fisik, seperti detak jantung berdetak kencang atau otot-otot tegang, ajari mereka cara menenangkan tubuh. Melatih bernapas dalam bisa jadi cara untuk menenangkan tubuh.
Cara yang baik dan unik untuk mengajari anak-anak mengatur pernapasan adalah dengan memberi tahu mereka untuk mencium aroma pizza atau aroma makanan yang mereka suka. Mereka bisa berpura-pura akan makan sepotong pizza, kemudian ambil napas dalam-dalam melalui hidung untuk menghirup aroma pizza. Setelahnya mereka bisa mengembuskannya seperti meniup pizza agar dingin.
Latihan menarik napas dan menghembuskan napas ini mesti dilakukan rutin agar anak terbiasa. Jadi ketika mereka merasaÂ
cemas dan kita tidak ada di sekitarnya, mereka tahu harus bagaimana untuk menenangkan tubuhnya.
Simak juga terkait stop mom shaming dalam video ini:
[Gambas:Video Haibunda]
(yun/muf)