Jakarta -
Belum lama ini,
Melaney Ricardo membuat pengakuan tentang kondisi anak sulungnya, Chloe Valentine Lynch. Bocah yang akrab disapa Chloe itu ternyata suka melukai diri sendiri.
Melaney bercerita lewat
channel YouTube Starpro Indonesia, awalnya dia mengira bibir Chloe luka karena iritasi. Ternyata, setelah konsultasi dengan psikolog, bocah 7 tahun itu suka menjilat-jilat bibir sampai iritasi, terutama saat dilanda kecemasan.
"Cuma lama-lama kok aku perhatikan kayaknya setiap dia mengalami ujian yang berat gitu ya, sekolah,
dictation yang lumayan banyak, dia stres gitu dan bibirnya makin merah. Ya, itu salah satu tanggapan dari ahli psikologi," ungkap
Melaney.
Dikutip dari
Very Well Family, memang beberapa anak bahkan balita, saat kesal atau marah, mereka bisa memukul dan melukai diri sendiri. Biasanya, balita akan memukul orang lain saat marah, tapi kadang mereka merespons frustrasi pada diri mereka sendiri.
Tentu hal ini terlihat menakutkan ya, Bunda.
KidsHealth melakukan jajak pendapat kepada anak-anak yang lebih tua, tentang stres yang mereka alami dan apa yang dilakukan saat mereka kesal.
"Sekitar 25 persen menjawab, saat kesal, mereka akan memukul, menggigit, atau membenturkan kepala mereka pada sesuatu," demikian hasil jajak pendapat tersebut.
 Ilustrasi anak suka lukai diri sendiri/ Foto: iStock |
Profesor psikiatri asal Amerika Serikat, Dr.Charles Raison, mengaku sempat terkejut dengan fakta anak suka melukai diri sendiri saat merasa kesal. Raison mengungkap, studi yang pernah diterbitkan dalam jurnal Pediatrics terkait hal ini juga menjadi perhatian.
"Studi ini menemukan, sekitar 8 persen dari siswa kelas tiga, di beberapa titik dalam hidup mereka, terlibat dalam cedera diri yang bukan bunuh diri," jelas Raison, dikutip dari
CNN.
Ditambahkan Raison, cedera non-bunuh diri termasuk memukul diri sendiri, membakar diri sendiri, memotong atau menyayat kulit, dan memasukkan benda-benda tajam ke kulit. Ia pun mengakui, fakta ini sangat menyedihkan.
"Saya terkejut, sebelum penelitian ini, kebanyakan orang berasumsi bahwa anak-anak tidak akan terlibat dalam perilaku yang umum dilakukan remaja dan dewasa muda," terang Raison.
Lebih lanjut, Raison menjelaskan, siapa pun yang punya anak tahu bahwa anak-anak tunduk pada emosi, yang sama kuatnya dengan orang dewasa. Faktanya, anak-anak di bawahÂ
usia puber jauh lebih kecil kemungkinannya untuk membahayakan diri sendiri, dibanding remaja atau dewasa muda.
"Temuan ini konsisten dengan banyak literatur yang menunjukkan, anak-anak memiliki tingkat mood, kecemasan, dan gangguan psikotik yang jauh lebih rendah dibanding orang dewasa," tegas Raison.
Bunda, simak juga penjelasan tentang anak terlalu higienis malah gampang sakit, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/som)