Jakarta -
Istilah mindfulness sekarang lagi hits ya, Bunda. Orang kerap menghubungkan mindfulness dengan stres. Nah, di era yang sangat menantang buat anak-anak jaman now, apakah butuh mindfulness juga?
Dipaparkan Uz Afzal, guru The Mindful School Curriculu, yang juga pelatih di Paws B Mindfulness di Schools Programme, dari penelitian yang ada ditemukan anak-anak sekarang rentan mengalami stres. Usia orang pertama kali alami
depresi atau kecemasan saat ini lebih cepat.
Afzal mencontohkan, dalam penelitian menunjukkan seperempat anak perempuan berusia 11 - 14 tahun mengalami depresi. Rata-rata mereka mengalami gangguan makan karena takut dibilang gemuk. Bahkan, ada anak-anak yang usianya masih 6 tahun rutin olahraga demi menurunkan berat badannya.
"Anak-anak menjadi khawatir dengan penampilan tubuhnya pada usia ketika mereka bahkan belum bisa mengeja kata-kata. Anak-anak juga sekarang menghadapi persaingan yang lebih besar dari sebelumnya," kata Afzal, dalam buku Mindfulness For Children.
Tidak hanya itu, Bunda, menurut penjelasan Afzal, ujian juga bisa membuat anak stres. Begitu pula dengan teknologi yang menjadi tantangan besar bagi anak-anak dan bisa menjadi momok, khususnya bagi orang tua.
"Jelas, ada banyak manfaat dari penggunaan teknologi. Namun, ketika anak-anak tidak dapat berhenti di malam hari karena begitu senang bermain game, atau ketika mereka tidak dapat menyelesaikan aktivitas rutin harian tanpa smartphone di tangan mereka," jelas Afzal.
"Atau mereka tidak lagi ingin bermain di luar dengan bertatap muka bersama anak-anak lain karena kuatnya iming-iming teknologi, maka kita perlu khawatir."
Ilustrasi anak-anak juga rentan alami stres/ Foto: Getty Images/FatCamera |
Dengan melakukan mindfulness, Afzal mengatakan, semua anak dapat memperoleh manfaat dari latihan tersebut. Studi terbaru menunjukkan, beberapa anak dengan ADHD (hiperaktif) yang melakukan praktik ini telah mampu mengelola hari sekolah mereka dengan mengurangi konsumsi obat, karena mereka merasakan ketenangan dan fokus dengan latihan mindfulness.
Dan anak-anak tanpa diagnosis yang hanya merasa sulit konsentrasi saat di sekolah, kata Afzal, bisa juga memperoleh manfaatnya. Hasil positif menunjukkan perilaku yang lebih baik dan mengurangi kecemasan.
"Penelitian yang dilakukan oleh Willem Kuyken juga menunjukkan bahwa anak-anak yang berlatih mindfulness lebih sering melaporkan merasakan lebih sejahtera dan stresnya berkurang," katanya lagi.
Studi yang dilakukan Hilary Marusak, Ph.D., dan rekannya juga menunjukkan temuan yang menjanjikan dalam hal konsentrasi. Anak-anak yang penuh perhatian lebih mampu mengarahkan perhatian mereka, yang sebelumnya berkeliaran kini menjadi lebih fokus.
"Tidak ada efek buruk bagi anak-anak yang berlatih mindfulness. Ini adalah intervensi populer pada anak-anak. Ini memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan kesejahteraan. Ada dampak positif pada keterampilan sosial dan emosional," tegasnya.
"Ada beberapa dampak positif pada keterampilan kognitif (berpikir). Ada manfaat kesehatan fisiologis - perbaikan tidur dan penurunan tingkat hormon stres, kortisol."
Untuk latihan
mindfulness, dijelaskan guru mindfulness Wynne Kinder, dalam buku
Calm Mindfulness for Kids Activities to Help You Learn to Live in The Moment, ada beberapa gerakan sederhana bisa anak-anak praktikkan saat merasa stres. Bunda bisa menambahkan musik atau lagu agar lebih menyenangkan.
"Tubuh mungkin merasa lelah atau tegang di beberapa titik. Cobalah perhatikan apa yang dirasakan dan lakukan agar merasa nyaman," kata Kinder.
Bunda, simak juga tips Ussy Sulistiawaty membangkitkan mood anak, dalam video berikut:
(muf/muf)