Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

7 Cara Membuat Anak Lebih Percaya Diri, Bunda Sudah Melakukannya?

Melly Febrida   |   HaiBunda

Rabu, 03 Jun 2020 13:28 WIB

Little boy and Mother Happy Together. Boy Gift Mother Flowers. Love with Mother and Son. Care Boy with Mom. Romantic Day Happiness and Mother Happy that Gift Flowers. Happy Holiday 8 Marth.
Ilustrasi cara membuat anak lebih percaya diri/ Foto: Getty Images/iStockphoto/dragana991
Jakarta -

Setiap orang tua ingin anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Namun, itu semua tak lepas dari peran penting orang tua, Bunda. Tapi, kiat apa saja yang diperlukan agar anak tumbuh percaya diri?

Seperti disampaikan dr.Meta Hanindita, Sp.A, dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, anak yang percaya diri itu dambaan orang tua. Apalagi, Ayah dan Bunda pastinya tak tega kalau melihat anak langsung 'mengkeret' di depan banyak orang.

"Sebetulnya melatih kepercayaan diri anak bisa dimulai sejak bayi. Caranya, bisa dengan membebaskan anak bereksplorasi. Hindari memberi banyak batasan saat anak beraktivitas," tulis Meta, dalam bukunya Play and Learn.

Sementara itu, Sara Lindberg, yang merupakan Counseling, Health and Fitness Coaching, berpesan agar orang tua harus mengetahui cara mendorong anaknya, serta tahu apa yang dikatakan ketika anak mencari bimbingan.

Berikut 7 tips untuk membantu anak mengembangkan kepercayaan diri, mengutip Very Well Family.

1. 'Deposit' self-esteem di bank anak-anak

Kepercayaan diri dan harga diri itu bukan hal yang sama dan seringnya digunakan secara bergantian. Lindberg mengatakan, saat orang tua sedang mendeposit harga diri, maka orang tua menunjukkan bahwa ia peduli dan mencintai anak-anaknya terlepas dari perilakunya.

"Ini mungkin memberi tahu mereka betapa bangga Anda pada mereka, atau memuji mereka atas sesuatu yang telah mereka ciptakan atau capai," kata Lindberg.

Menurutnya, orang tua yang menunjukkan rasa cinta dan penghargaan ke anaknya, apapun itu akan membantu anak membangun harga diri. Dan ketika perasaan itu utuh, seorang anak lebih mudah mengeksplorasi peluang baru dengan percaya diri.

2. Luangkan waktu bermain

Anak-anak di segala usia berinteraksi dengan orang lain maupun belajar melalui permainan. Lindberg mengatakan, orang tua seringnya menjadi teman bermain pertama bagi anak-anak. Ini berarti orang tua juga yang pertama membantu anak-anak mengembangkan rasa percaya diri yang kuat.

Kehadiran Bunda dengan bermain bersama anak, menghabiskan waktu bersama, keluar rumah, atau hanya duduk dan membaca buku favorit mereka, sudah menunjukkan kepada anak kalau diri mereka itu berharga dan pantas mengisi waktu bersama Bunda.

"Dan ketika anak merasa berharga dan didukung, mereka lebih siap mengambil tantangan hidup," katanya.

A mother and daughter are playing together in the backyard.  The are blowing bubbles.Ibu dan anak main bersama/ Foto: Getty Images/EllenMoran

3. Seberapa sering Bunda memuji

Anak-anak begitu senang kalau dipuji orang tuanya. Memang, pujian dan umpan balik positif, kata Lindberg, merupakan dua cara paling umum dilakukan untuk mengukur nilai anak-anak. Karena itu, sangat penting untuk bersikap realistis ketika Bunda memuji.

Jeff Nalin, PsyD, seorang psikolog klinis, yang juga Pendiri dan Direktur Eksekutif di Paradigm Malibu Treatment Center, mengimbau orang tua memberikan umpan balik positif saat anak berhasil atau mencoba tantangan baru. Tetapi tak perlu memberikan pujian yang tidak beralasan.

Anak-anak yang menerima pujian yang konstan dan kosong akan kekurangan motivasi untuk melewati batas mereka, serta melampaui apa yang diharapkan dari mereka. Dikatakan Nalin, anak-anak justru akan mengembangkan rasa validasi yang keliru, lalu runtuh saat tantangan muncul.

4. Tunggu sebelum menawarkan bantuan

Anak-anak membutuhkan banyak latihan dalam hidup untuk belajar bagaimana mengatur diri sendiri dan mengatasi hambatan. Bunda bisa memberikan anak kesempatan mencoba berbagai hal sendiri, sebelum menawarkan bantuan untuk membangun kepercayaan diri mereka.

"Orang tua harus memupuk kemampuan anak untuk memecahkan masalah karena ini pasti akan jadi bagian rutin dari kehidupan mereka," jelas Nalin.

Ia lalu mengatakan, anak-anak yang belajar memecahkan masalah sendiri akan lebih siap untuk menangani masalah dan menangani kecemasan dengan cara yang sehat. Mengajukan pertanyaan jadi salah satu cara untuk mendorong pemecahan masalah dan menawarkan dukungan.

5. Rangkul ambil risiko

Nalin mengingatkan, orang tua harus mengajari anak-anak bahwa kegagalan adalah bagian dari kehidupan dan pengalaman belajar yang hebat. Saat anak-anak mengalami kemunduran, penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan tanpa syarat dengan mendengarkan dan memberikan dorongan, terlepas dari hasil akhirnya.

"Pada saat gagal, anak-anak harus memahami bahwa tidak ada kata terlambat untuk mencoba lagi dan yakinkan upaya itu jauh lebih berharga daripada hasilnya," jelas Nalin.

Selain itu, orang tua bisa menanamkan nilai-nilai ini dengan mengambil risiko bersama sebagai sebuah keluarga. "Memulai hobi atau aktivitas baru, atau bahkan menjalin pertemanan baru, adalah cara yang bagus untuk mengajari anak-anak keluar dari zona nyaman mereka dan menghargai kegembiraan yang muncul karena mengambil risiko," tambah Nalin.

6. Beri contoh

Kalau ingin membantu anak mengembangkan kepercayaan diri, Bunda perlu mencontohkan. "Anak-anak adalah peniru yang hebat, jadi orang tua harus menyadari cara mereka menangani masalah mereka sendiri," kata Nalin.

Ia menjelaskan, saat menghadapi kegagalan atau hambatan dengan kepercayaan diri adalah cara tepat mengajari anak-anak bahwa kelemahan dan kekecewaan mereka bisa diterima. Ini juga merupakan bagian dari kehidupan normal.

"Anak-anak yang menyaksikan tekad orang tua untuk mencoba lagi setelah kekalahan akan berusaha mengatasi tantangannya sendiri secara langsung," tambahnya.

7. Berhenti mengatakan 'tapi'

Jenna Palumbo, LCPC, seorang terapis anak dan remaja, mengimbau orang tua mengubah 'tetapi' menjadi 'dan'. Misalnya, Bunda mungkin berkata, 'Wow, kamu mengerjakan PR cepat sekali, tapi apakah kamu sudah memeriksa jawabanmu?'

Ketika Bunda mengatakan 'tapi', yang didengar anak adalah, 'Kamu melakukan pekerjaan rumah cepat sekali, tidak mungkin kamu melakukannya dengan benar.'

Sebagai gantinya, Palumbo merekomendasikan menambahkan 'dan' ke dalam kalimat, sehingga Bunda tidak meniadakan apa yang anak kerjakan sebelum melontarkan kata 'tetapi'.

"Ini yang bisa Anda katakan sebagai gantinya, 'Wow, kamu mengerjakan PR cepat sekali, dan Bunda yakin kamu sudah memeriksa semua jawabannya, bukan?'," ujar Palumbo.

Bagaimana, apakah Bunda sudah melakukannya?

Bunda, simak juga yuk tips Fairuz A. Rafiq membuat anak lebih berani, dalam video berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda