Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kenapa Ya Anak Laki-laki Lebih Pemberani dari Anak Perempuan?

Melly Febrida   |   HaiBunda

Jumat, 22 May 2020 09:55 WIB

Two children boy and girl hugging each other outdoors wearing warm clothes in cold autumn or winter weather.
Ilustrasi anak laki-laki lebih pemberani dari anak perempuan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Bilanol
Jakarta -

Semua anak memiliki rasa takut atau cemas, baik anak perempuan atau laki-laki. Orang sering bilang kalau anak laki-laki itu lebih pemberani ketimbang anak perempuan. Apa benar seperti itu?

Anne Marie Albano, Ph.D., Direktur Columbia University Clinic for Anxiety and Related Disorders mengatakan, sebenarnya ketakutan di masa kanak-kanak bisa diatasi seiring waktu. Namun, sampai berapa lamanya tergantung masing-masing.

Albano bercerita tentang dirinya yang sewaktu kecil begitu penakut, yang paling parah takut dengan dokter dan jarum. Setiap saat ke dokter, orang tuanya dan perawat sampai harus menahannya untuk diperiksa. Ketakutannya ini bahkan berlangsung hingga berusia 17 tahun.

"Ketakutan saya tidak hanya pada dokter dan jarum. Saya juga takut dengan guntur, suara keras, anjing, lebah, dan karakter berkostum. Sebagian besar ketakutan ini akhirnya berlalu, tetapi sampai hari ini saya tidak menyukai suara keras dan saya masih harus bersusah payah untuk diambil darah dan biasanya meminta jarum kupu-kupu," kata Albano, dalam buku You and Your Anxious Child.

Dari pengalamannya itu, Albano mengatakan, beberapa ketakutan yang intens di masa kanak-kanak dapat diatasi seiring waktu. "Kita tahu bahwa ketakutan pada anak-anak dan remaja itu umum. Kenyataannya, anak-anak berusia 16 dan 13 tahun mungkin mengalami rata-rata 11 ketakutan yang berbeda, semuanya pada saat yang bersamaan," ujarnya.

Anak laki-laki dan perempuanAnak laki-laki dan perempuan/ Foto: Getty Images/SanyaSM

Menurut Albano, koleganya yang bernama Thomas Ollendick, Ph.D., seorang profesor di Virginia Tech, mempelajari ketakutan pada anak-anak. Hasilnya menunjukkan, anak perempuan secara konsisten memiliki lebih banyak rasa takut ketimbang anak laki-laki, dan intensitas ketakutan anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.

Namun dalam kehidupan, anak laki-laki yang tidak mengungkapkan perasaan takutnya bisa jadi karena sejak awal diajarkan jadi pemberani atau menahan rasanya. Sedangkan anak perempuan didorong untuk menjadi ekspresif. Anak perempuan jadi lebih cenderung sering menceritakan ketakutannya.

Jadi mungkin saja anak-anak yang ikut dalam penelitian tersebut, tidak mengatakan ketakutan mereka yang sebenarnya. Nah, berbicara tentang rasa takut, biasanya anak akan menangis saat takut.

Dijelaskan Ratih Zulhaqqi, psikolog dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, rasa takut adalah bagian dari emosi dan perasaan. Sementara menangis adalah cara anak mengekspresikan perasaan. Karena itu, menurutnya, orang tua tidak disarankan untuk meminta anak berhenti menangis.

"Lebih baik dipeluk dan biarkan dia tetap menangis. Ketika sudah agak reda, baru ditanya, 'adik nangis kenapa?' dan dijawab karena gelap misalnya. Nah orang tua baru bertindak, 'kalau begitu ayo kita nyalakan lampunya, supaya terang dan semuanya kelihatan, tidak gelap lagi.' Jadi anak dibiarkan dulu mengenal emosinya, baru kita beri solusi," kata Ratih, dikutip dari detikcom.

Bunda, simak juga cara Meisya Siregar mendidik ketiga anaknya, dalam video Intimate Interview berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda