Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cegah Rasisme, Begini Cara Ajarkan Toleransi Agama & Budaya pada Anak

Melly Febrida   |   HaiBunda

Senin, 22 Jun 2020 15:46 WIB

Portrait Of Excited Elementary School Pupils On Playing Field At Break Time
Ilustrasi cara mengajari anak toleransi agama dan budaya/ Foto: Getty Images/iStockphoto/monkeybusinessimages
Jakarta -

Saat anak sulung Bubun masuk SD, suka banget menanyakan perbedaan budaya beberapa teman dekatnya di rumah. Kebetulan tetangga kami banyak pendatang dari beragam provinsi di Indonesia.

Misalnya saja menanyakan saat melihat tetangga yang berasal dari Bali melakukan ritual keagamaan. Atau kenapa logat berbicara si A seperti ini, warna kulit yang berbeda, hingga perbedaan masakan khas daerah kiriman tetangga. Terkadang, Bubun suka bingung menjawabnya harus bagaimana ya?

Menurut psikolog klinis Christina Tedja yang akrab disapa Tina, pada dasarnya tak ada anak yang rasis, semua belajar dan menyerap informasi dari sekitar. Makanya, Tina berpesan, hal yang perlu dihindari saat bicara dengan anak adalah kita tidak sengaja menggiring anak pada opini publik terkait perbedaan agama.

Dengan kata lain, cara paling mudah mengajari anak untuk menerima perbedaan agama, suku, dan etnis, dimulai dari orang tua sendiri.

"Termasuk penilaian sehari-hari terhadap orang yang beda etnis dan agama. Dengan merespons baik segala perbedaan yang ada, anak akan meniru. Sebaliknya, apabila kita melihat perbedaan saja, lalu ngomel terkait kejadian itu atau protes, anak akan membentuk pola pikir yang sama," tutur Tina.

Seorang penulis, Katherine Lee menjelaskan, topik tentang keragaman ras budaya itu sangat baik untuk mengajar anak-anak usia sekolah dasar (SD). Anak-anak SD banyak berpendapat tentang diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.

"Ini adalah saat keingintahuan alami mereka tentang perbedaan dalam penampilan dan latar belakang budaya benar-benar mulai muncul," kata Lee, dikutip dari Very Well Family.

High angle view of cheerful parents having fun while tickling their daughters on sofa in the living room.Ilustrasi cara mendidik anak/ Foto: Getty Images/skynesher

Lee lalu menjelaskan, anak pada usia ini secara perkembangan sudah mampu melihat perbedaan budaya dan ras. Anak-anak bisa belajar menghargai atau malah merendahkan sifat-sifat orang lain yang berbeda dari mereka.

"Dengan kata lain, ini adalah waktu yang tepat bagi orang tua dan orang dewasa lain dalam kehidupan mereka, untuk membentuk sikap mereka dalam keberagaman ras dan budaya," ujar Lee.

Lee juga mengingatkan, ketika Bunda membicarakan keragaman budaya dan ras ke anak-anak, ada beberapa hal yang perlu diingat:

1. Tidak harus mengajarkan toleransi

Inilah hal yang indah tentang anak-anak. Menurut Lee, sebagian besar anak-anak dilahirkan dengan rasa keadilan yang alami, kecuali jika anak-anak diajari untuk menyakiti dan kejam. Anak-anak itu tahu bahwa menyerang orang lain secara fisik atau dengan kata-kata adalah salah.

"Yang harus kita lakukan yakni memelihara rasa cinta yang tumbuh secara alami kepada orang-orang ini dan tak mencampuri urusan mereka," imbuhnya.

2. Jangan melarang anak bertanya

Lee mengatakan, kalau anak bertanya tentang perbedaan karakteristik fisik atau praktik budaya, diskusikan secara terbuka. Anak usia SD mungkin bertanya tentang warna kulit seseorang, atau mengapa beberapa orang yang berasal dari berbagai wilayah di dunia terlihat berbeda satu sama lain.

"Anak-anak usia ini sedang belajar menyortir dan mengkategorikan. ketika mereka memperluas pengetahuan mereka tentang dunia, dan pertanyaan-pertanyaan seperti ini normal," kata Lee.

3. Ajarkan nilai keragaman ras dan budaya

Anak SD di kelasnya akan belajar tentang budaya lain. Dia bahkan mungkin memiliki teman yang berasal dari latar belakang etnis atau ras yang berbeda.

"Di rumah, Anda dapat menggunakan pelajaran ini sebagai peluang bagus untuk menekankan nilai keanekaragaman ras dan budaya," jelas Lee.

4. Belajar menghargai

Lee menyarankan agar mengajari anak menghargai semua jenis perbedaan, tidak hanya ras dan budaya, tetapi juga perbedaan dalam tingkat sosial ekonomi, gender, dan bahkan dalam fisik. Ini merupakan keterampilan penting dalam masyarakat yang beragam saat ini.

"Seorang anak yang diajarkan untuk merendahkan orang lain berdasarkan perbedaan akan menghadapi jalan yang sulit dan kesepian di masa depannya," tegas Lee.

5. Lihatlah sikap orang tua

Kalau Bunda saja gelisah atau tidak nyaman di sekitar orang-orang dengan latar belakang berbeda, maka anak akan melihatnya. Cobalah pertimbangkan cara Bunda berbicara tentang orang lain. Apakah Bunda mendeskripsikan seseorang berdasarkan ras daripada karakteristik lain terlebih dahulu? Pesan apa yang Bunda berikan ke anak-anak melalui kata-kata dan tindakan sehari-hari?

6. Diskusikan gambar di media

Di media zaman sekarang begitu banyak menampilkan keragaman ras dan budaya, entah itu di film, televisi, ataupun iklan. Beberapa mungkin kurang pas. Karena itu, Lee mengajak orang tua mendiskusikan tentang stereotip negatif dan tanyakan kepada anak mengapa itu tidak adil atau salah.

"Bicara tentang apa itu rasisme dan bagaimana hal itu dapat berdampak negatif pada kehidupan kita. Saat ini, sekolah dan lingkungan kita cenderung lebih beragam, memberi anak-anak kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak dari budaya dan latar belakang lain," tutur Lee.

Bagaimana, Bunda, mudah kan untuk mengajari anak tentang keragaman ras, budaya, dan agama?

Bunda, simak juga tips parenting pasangan Sophie Navita dan Pongki Barata, dalam video Intimate Interview di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda