Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Penyebab Sindrom Inflamasi Terkait Corona Hanya Dialami Anak-anak

Melly Febrida   |   HaiBunda

Jumat, 26 Jun 2020 18:09 WIB

Sick child, toddler boy lying on the couch in living room with a fever, mom cheching his temperature, resting at home
Ilustrasi anak sakit/ Foto: Getty Images/iStockphoto/tatyana_tomsickova
Jakarta -

Di tengah pandemi Corona, muncul kondisi yang mengancam anak dan remaja yakni Sindrom Inflamasi Multisistem (MIS-C). Kondisi ini tidak menular, kecuali jika pasien memiliki penyakit menular yang mendasari. Lalu kenapa sindrom ini hanya dialami anak-anak?

Dikatakan Dr. Steven Kernie, kepala kedokteran perawatan anak pediatrik di NewYork-Presbyterian Morgan Stanley Children's Hospital, untuk mengetahui apakah anak mengalami Sindrom Inflamasi Multisistem harus dilakukan tes antibodi.

"Jika tes antibodi positif, maka mereka telah terpapar, dan (sindrom) ini muncul beberapa minggu kemudian. Itu mungkin antara tiga dan enam minggu setelah mereka terpapar, tetapi kami tidak tahu persis," kata Kernie, dikutip Health Matters.

Pertanyaan berikutnya muncul, apakah hanya anak terinfeksi COVID-19 yang mengembangkan MIS-C? "Ya. Kami tidak mendiagnosis anak-anak dengan sindrom ini kecuali kami tahu mereka telah terpajan COVID," jawab Kernie.

Kernie menegaskan, demam menjadi gejala utama, biasanya sekitar 38 atau 39 derajat Celsius, yang berlangsung selama beberapa hari. Nyeri perut dan muntah sering terjadi dengan ruam merah menyebar yang bisa ada di mana-mana. Baik itu di dalam mulut, bagian dalam mata, pada telapak tangan, atau telapak kaki.

"Ini biasanya ruam yang cukup mengesankan, dan bisa juga ada sedikit pembengkakan. Secara keseluruhan, anak-anak terlihat sakit, jelas Steven Kernie.

"Dalam beberapa kasus, ketika anak-anak terinfeksi virus, mereka masih terlihat cukup sehat. Tetapi anak-anak dengan sindrom ini agak lesu, dan mereka tidak mau makan. Jika anak Anda menunjukkan kombinasi dari gejala-gejala ini, harus menghubungi dokter anak."

Anak sakitIlustrasi anak sakit/ Foto: iStock

Berita baiknya, sindrom ini jarang terjadi. Sebagian besar anak-anak dengan infeksi COVID primer tidak pernah didiagnosis karena sampai saat ini, hanya orang sakit yang dites. Sementara di New York City, ditemukan pada sekitar ratusan ribu anak.

Tapi, sangat sedikit pasien yang mengembangkan gejala sindrom baru ini, jika dibandingkan dengan jumlah anak-anak yang mungkin terpapar infeksi COVID primer.

Yang perlu digarisbawahi, MIS-C merupakan penyakit terpisah dari infeksi COVID-19 primer dan tidak menular. Tetapi, seorang anak dengan sindrom ini kemungkinan masih memiliki infeksi COVID-19 aktif dan karenanya menular.

"Pada saat mereka mendapatkan sindrom ini, lebih dari separuh anak-anak, untungnya tidak memiliki bukti infeksi COVID-19 yang aktif. Jadi begitu mereka pulih, kami tidak yakin mereka menular," ujar Kernie.

Menurut Kernie, Sindrom Inflamasi Multisistem memengaruhi anak secara acak. "Tidak mengherankan, kami pikir bagian dari alasan itu terjadi pada anak-anak adalah karena sistem kekebalan tubuh mereka kurang matang. Untuk beberapa alasan, beberapa anak memiliki respons imun yang lebih aktif terhadap COVID," jelasnya.

Dalam rilis Royal College of Paediatrics and Child Health, dokter anak Inggris telah menerbitkan definisi kerja dari sindrom inflamasi yang memengaruhi anak-anak dan dikaitkan dengan COVID-19.

Definisi itu meliputi, seorang anak mengalami demam persisten, peradangan dan disfungsi tunggal, atau multi-organ dengan tambahan lain.

Bunda, simak juga yuk 8 obat alami untuk turunkan demam anak, dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda