Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cara Unik Mengatasi Anak Sering Tantrum, Bunda Tak Stres Lagi

Melly Febrida   |   HaiBunda

Sabtu, 04 Jul 2020 16:12 WIB

A mother holding a crying toddler daughter indoors in kitchen when cooking.
Ilustrasi anak tantrum/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Halfpoint
Jakarta -

Bunda tentu merasakan bagaimana rasanya saat balita tantrum, melawan, atau berperilaku. Rasanya kepala mau pecah, emosi pun ikut terpancing. Jangan cemas Bunda, peneliti menemukan cara untuk meredakan amarah balita.

Para peneliti di UNSW Sydney dan organisasi parenting usia dini, Karitane, mengembangkan program unik yang berfokus tidak hanya menangani masalah perilaku anak, tetapi juga mempererat hubungan orang tua dan anak. Program ini ditujukan untuk anak-anak berusia 12 - 24 bulan, yang disebut 'Terapi Interaksi Orangtua-Anak'.

"Memiliki anak kecil bisa jadi sulit, tetapi sangat sulit ketika anak Anda sering marah-marah setiap harinya dan menunjukkan perlawanan," kata Dr Jane Kohlhoff, penulis utama penelitian dan dosen senior di Sekolah Psikiatri Kedokteran UNSW, dikutip dari Mirage News.

Kalau anak-anak sering marah, kata Kohlhoff, orang tua jadi sulit menikmati pengasuhan anak. Sehingga, program temuan para peneliti diharapkan bisa mengelola perilaku anak dan meningkatkan kualitas hubungan ibu dan anak.

Program yang terbilang unik ini berlangsung 8 minggu dengan sesi bermain orang tua dan anak di setiap minggu. Seorang terapis duduk di belakang cermin satu arah di ruangan lain, melatih orang tua agar menanggapi perilaku yang menantang dengan cara terbaik melalui Bluetooth.

"Terapis pertama-tama membantu orang tua mengidentifikasi sumber perilaku anak yang menantang dan kemudian membimbing mereka bagaimana cara merespons," ujar Kohlhoff.

Saat orang tua sudah lebih siap mengidentifikasi mengapa anak itu dianggap mengganggu, kata Kohlhoff, ini bisa membantu mengelola dan mengatur emosi anak-anak. Dengan dukungan ini, anak secara bertahap akan jadi lebih baik.

Selama intervensi, orang tua juga dilatih untuk mengidentifikasi penyebab perilaku mengganggu anak dan meresponsnya.

Stressed exhausted mother looking at camera feeling desperate about screaming stubborn kid daughter tantrum, upset annoyed mom tired of naughty difficult child girl misbehave yelling for attentionIlustrasi anak tantrum/ Foto: iStock

Terapi Interaksi Orangtua-Anak ini sudah digunakan sebelumnya, namun metode ini baru pertama kali diadaptasi untuk anak-anak kecil sebagai teknik intervensi awal. Dalam menjalani program ini, peneliti memeriksa keluarga setelah empat bulan program.

"Tidak hanya ada peningkatan dramatis dalam perilaku anak-anak, tetapi juga dalam kepekaan pengasuhan dan kualitas hubungan antara orang tua dan anak," kata Kohlhoff.

Selain itu, Kohlhoff mengungkapkan, orang tua juga merasa stres berkurang setelah menerapkan program ini. Jika perilaku anak berasal dari kesulitan mengatur emosi, kata Kohlhoff, orang tua dilatih untuk melihat perilaku sebagai tanda bahwa anak mengalami kesulitan mengelola emosi besarnya.

"Salah satu manfaat terbesar dari program ini adalah program ini mengajarkan orang tua untuk memikirkan kembali perilaku melawan anak mereka," kata Kohlhoff.

Seringkali, perilaku anak ini bukan karena ketidaktaatan yang disengaja, tetapi anak sedang berjuang dengan emosi yang meluap-luap, seperti frustrasi, ketakutan, dan kecemasan.

Saat itulah orang tua dilatih untuk menggunakan teknik praktis untuk membantu anak menjadi tenang kembali. Misalnya saat anak memilih bermain panci di dapur, tapi membuatnya kesal.

"Dalam hal ini, orang tua akan dilatih untuk memperhatikan perubahan emosi ini sejak dini, dan kemudian bergerak lebih dekat ke anak dan memvalidasi emosi mereka dengan mengatakan, 'Ayah/ibu tahu kamu kesal sekarang'. Orang tua juga bisa meyakinkan anak dengan mengatakan 'Ibu ada di sini untuk membantumu', sambil menenangkan mereka dengan suara tenang, menunjukkan kenyamanan fisik, dan menyarankan tempat lain untuk meletakkan panci," paparnya.

Walaupun normal bagi anak-anak untuk mengekspresikan agresi dan sifat lekas marah, perilaku melawan ini bisa jadi tanda bahwa seorang anak berada di jalur menuju gangguan psikologis yang meningkat saat mereka tumbuh dewasa.

"Dengan mengatasi perilaku ini sejak dini, ini dapat membantu memberi anak-anak kesempatan terbaik dalam kesehatan mental masa depan mereka. Hubungan positif orang tua dan anak di tahun-tahun awal merupakan indikator kunci untuk kesehatan psikologis seumur hidup anak," jelas Kohlhoff.

Membiarkan anak memimpin permainan, memberikan banyak pujian, dan bersenang-senang bersama benar-benar penting bagi anak. Menurut Kohlhoff, anak-anak di usia muda ini masih berusaha mencari tahu apa itu emosi, dan bagaimana cara menuntunnya.

"Salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan orang tua adalah membantu anak memahami dan mengelola emosi mereka. Kita tidak dapat mengharapkan balita bisa melakukannya sendiri," katanya.


Berbicara tentang anak marah, penulis buku Roots and Wings 3, Raksha Bharasia, menjelaskan respons umum yang biasanya dilakukan orang tua adalah ikut marah atau berteriak. Terlebih kalau anak tidak patuh dinasihati dengan nada pelan.

"Respons seperti ini sebaiknya dihindari. Tindakan seperti ini menunjukkan seakan-akan marah dilarang. Padahal nyatanya tidak demikian," kata Bharasia.

Bunda perlu tahu juga, kalau kemarahan dilampiaskan atau direspons dengan cara yang tidak tepat, anak bisa jadi dendam dan terganggu secara psikis.

Simak juga yuk cara Eriska Rein menghadapi anaknya ngambek dan mogok sekolah, dalam video Intimate Interview di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda