Jakarta -
Anak Bunda yang baru berusia dua tahun sering ngamuk? Kalau gini, Bunda tentu harus ekstra sabar. Bahkan, beberapa orang tua bertanya-tanya, wajarkah anak batita ngamuknya heboh?
Pada usia batita, memang merupakan usia anak ketika ngamuk-ngamuk sudah menjadi bagian erat dalam keseharian. Seperti dijelaskan spesialis pediatric dari Academy of Pediatric, dr.George J. Cohen, M.D.
"Mengamuk atau yang disebutÂ
temper tantrum ini memang merupakan fase dari proses perkembangan anak. Perilaku ini biasanya ditunjukkan berlebihan, entah itu dengan menangis, berontak meronta-ronta dari gendongan, berguling-guling, maupun melemparkan segala sesuatu yang bisa dia jangkau," kata Cohen, dalam buku
Growing Up Usia 2 Tahun.
Cohen juga menjelaskan, sebenarnya ini melelahkan bagi si kecil karena emosinya meledak, mengencangkan urat saraf, serta menguras seluruh energinya. Jadi enggak heran setelah puas mengamuk, si kecil tertidur karena kelelahan. Namun, itu semua wajar, Bunda.
Sejak kapan temper tantrum itu muncul? Menurut penjelasan Ross Black, M.D., dari American Academy of Family Physician, perilaku ini muncul di usia 1 tahun dan makin parah di usia 2 tahun.
Tapi, ini bukan karena anak sering dimanja atau nakal, Bunda. Ini memang karena fase yang harus dilewati anak. Hanya, waktu si kecil mengamuk itu berbeda-beda pada setiap anak.
"Temper tantrum ini sering kali terjadi karena anak merasa tidak terpenuhi keinginannya. Kemampuan berkomunikasi yang masih terbatas juga membuat anak tidak bisa menyampaikan maksudnya, sehingga malah menjadi emosi yang meledak-ledak," kata Black.
 Anak tantrum/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Halfpoint |
Untuk menghadapi anak yang sering tantrum, ada trik khususnya. Bunda simak ya.
1. Jaga emosiKesabaran ekstra memang penting. Untuk menaklukkan
anak ngamuk, sebagai langkah awal, Bunda harus tetap tenang dan tidak emosi.
2. Cari tahu penyebabnyaCobalah mencari tahu penyebab si kecil ngamuk, jadi Bunda tahu langkah selanjutnya yang bisa diambil.
3. Alihkan perhatianCoba Bunda alihkan perhatian agar anak lupa kalau dirinya sedang mengamuk. Misal, dengan menawarkan makanan favoritnya.
4. Ajak mainKalau ditawarkan makanan kesukaan tidak mempan, Bunda bisa mengambil mainan favoritnya dan mengajak bermain.
5. MelucuBatita sudah bisa menilai hal yang lucu dan menertawainya. Jadi, supaya amukannya reda, Bunda bisa mengeluarkan jurus melucu.
Sementara itu, dikatakan psikolog pendidikan Orissa Anggita Rinjani, tantrum itu beda dengan sensory meltdown. Tantrum cirinya didorong oleh keinginan atau tujuan tertentu, mengecek apakah ia diperhatikan dan perilakunya muncul saat ada 'penonton'. Ketika anak tantrum, perilakunya bisa langsung berhenti ketika keinginannya sudah tercapai.
"Sedangkan sensory meltdown merupakan reaksi terhadap sesuatu, sensory overload, tidak peduli apakah diperhatikan atau tidak, perilakunya muncul ketika ada ataupun enggak ada yang 'menonton'," papar Ori.
Bunda, simak juga manfaat yang didapat saat anak bermain sepeda, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)