Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Pesan Moral yang Bisa Ditauladani Anak dari Kisah Nabi Yusuf yang Tampan

Melly Febrida   |   HaiBunda

Sabtu, 03 Oct 2020 19:28 WIB

An Arab standing at the sand dunes of Dubai and aiming towards the horizon.
Pesan moral dari kisah Nabi Yusuf As/ Foto: Getty Images/GCShutter

Jakarta - Apa yang Bunda ingat dengan cerita Nabi Yusuf As? Nabi Yusuf As begitu terkenal dengan ketampanannya. Bahkan ketika hamil, Bunda mungkin termasuk yang rajin membaca surat Yusuf, berharap akan memiliki putra yang saleh dan tampan seperti Nabi Yusuf. 

Seperti apa kisah Nabi Yusuf dalam Alquran? Dikisahkan Nabi Yusuf merupakan anak ke 11 dari 12 bersaudara, ayahnya adalah Nabi Yaqub. Yusuf sangat tampan dan memiliki perilaku yang baik, begitu juga dengan saudaranya Benjamin.  Namun kakak-kakak Yusuf begitu iri, merasa Ya'qub lebih mencintai Yusuf ketimbang mereka. 


Para kakak Yusuf kemudian berusaha menyingkirkannya, dengan dibuang ke sumur agar dipungut kafilah yang lewat. Hal ini juga sudah tercantum dalam Al-Qur'an surat ke-12 ayat 15, Bunda.

Maka ketika mereka (saudara-saudara Yusuf) membawanya (Yusuf) dan sepakat memasukkan ke dasar sumur. Kami wahyukan kepadanya (Yusuf), “Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, serang mereka tidak menyadari.” (QS. Yusuf (12): 15).

Yusuf kecil dibawalah ke sebuah gurun sambil menggembala kambing-kambing mereka. Setelah merasa sangat jauh dari ayahnya, maka saudara-saudarnya melepas baju Yusuf dan melemparkannya ke dalam sumur. Setelah itu, mereka kembali dan mengatakan pada sang ayah jika Yusuf telah dimakan serigala.

Mereka pulang di malam harinya dan pura-pura menangis. Untuk lebih meyakinkan Nabi Ya'qub mereka mengeluarkan baju Yusuf yang telah berlumuran darah. Namun, Nabi Ya'qub tak mempercayainya karena baju Yusuf tidak sobek sama sekali, Bunda.

Sedangkan Yusuf yang masih di dalam sumur, menunggu pertolongan orang lewat. Hingga tibalah kafilah yang hendak menuju Mesir, dan berniat untuk menambah simpanan air dalam perjalanannya. Saat salah satu dari rombongan menurunkan timba ke dalam sumur, Yusuf bergelantungan di tambangnya.

Orang tersebut kemudian memberitahu teman-temannya, ada seorang anak laki-laki tampan yang keluar dari sumur. Mereka membawa Yusuf ke Mesir untuk dijual sebagai budak. Ya, Bunda, di zaman itu masih ada kisah perbudakan manusia.

Hari berlalu, hingga akhirnya Al'Aziz berkeliling pasar untuk membeli seorang anak untuk dibawa pulang. Al'Aziz ini tidak memiliki anak, dan dia kemudian tertarik untuk menebus Yusuf sebesar beberapa dirham dari tangan Kafilah.

Yusuf dibesarkan dalam keluarga Al'Aziz itu hingga beranjak dewasa. Banyak masalah surut berganti mewarnai hari-hari Yusuf.  Hingga kemudian akhirnya ia menjadi salah satu tokoh penting di Mesir setelah berhasil menafsirkan mimpi raja. Hingga Allah mengangkatnya sebagai Nabi As.

Ketika Nabi Yusuf bertemu dengan saudara-saudaranya yang pernah membuangnya ke sumur, Nabi Yusuf tidak ingin membalasnya. Nabi Yusuf dan ke sebelas saudaranya akhirnya hidup bahagia bersama.

Dari kisah nabi Yusuf As ini, ada banyak pesan moral yang bisa disampaikan ke anak-anak, Bunda. Salah satunya sifat untuk tidak iri dan dengki antar saudara. Selain itu, Bunda juga bisa mengajarkan sifat saling menyayangi dan tidak dendam. Serta sifat saling memaafkan, agar kakak dan adik rukun sebagai saudara.

Rasa iri dengan saudara kandung itu umum terjadi. Ini bisa menjadi situasi yang sulit dan beberapa orang tua serba salah dalam bersikap.

Dikutip Global News, pakar parenting Ann Douglas mengatakan, ketika bayi baru diperkenalkan dalam keluarga, akan ada perasaan ‘Apakah saya masih penting?’. Dan ini bisa terjadi beberapa bulan ke depan atau beberapa tahun kemudian.

“Tapi saya pikir sungguh langka kalau anak tidak mengalami sedikit perasaan cemburu dan ketidakpastian ketika seorang anak baru tiba di keluarga,” kata Douglas.

Tidak masalah apakah itu laki-laki atau perempuan, lanjut Douglas, kemungkinan saudara kandung cemburu biasanya tergantung pada tingkat kepekaan anak yang cemburu. “Beberapa anak selalu membutuhkan lebih banyak perhatian daripada anak-anak lain,” jelas Douglas.

“Itu hanya cara mereka terhubung.  Jadi saya pikir jika Anda memiliki anak yang lebih tua yang benar-benar membutuhkan banyak perhatian, kepastian, pengasuhan, dan sebagainya, mereka akan merasa jauh lebih sulit untuk berbagi Anda dengan saudara kandung daripada anak yang jauh lebih berjiwa mandiri,” jelas Douglas.

Namun, dalam beberapa kasus,  kecemburuan yang dimiliki seorang anak terhadap anak lainnya dapat mengkhawatirkan, Bunda. Terkadang, kata Douglas, anak-anak yang lebih tua bisa memukul adiknya,  mencubit, menggigit, atau lainnya.

Lantas, bagaimana orang tua bisa tahu apakah seorang anak cemburu pada yang lain?  Menurut Douglas, terkadang tanda-tandanya begitu halus, Bunda mungkin tidak menyadarinya saat itu juga.


“Mereka dapat menunjukkan kecemburuan mereka dengan berbagai cara yang berbeda,” katanya.  

Misalnya, pada suatu saat anak mulai bertingkah seperti bayi karena ingin mendapat lebih banyak perhatian dari Bunda.  “Anak berusia tiga atau empat tahun yang benar-benar mandiri akan mulai berbicara dalam obrolan bayi atau mengatakan bahwa mereka perlu digendong ke tempat tidur.  Mereka hanya mencoba meyakinkan keberadaan mereka di keluarga,” ujar Douglas.

Bunda, simak juga yuk cara Shireen Sungkar hingga Sonya Fatmala mengatasi sibling rivalry di antara anak-anaknya dalam video beri

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda