Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kekerasan pada Anak: Bolehkah Kritik & Cubit untuk Mendidik Anak?

Erni Meilina   |   HaiBunda

Rabu, 13 Jan 2021 10:05 WIB

Ilustrasi anak jadi korban kekerasan
Ilustrasi kekerasan pada anak/Foto: Edi Wahyono

Jakarta – Peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah penting dalam proses tumbuh kembang anak. Namun, tidak sedikit orang tua di Indonesia yang masih menganggap bahwa menyertakan sedikit kekerasan untuk mendidik sang buah hati menjadi hal yang wajar.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Sistem Informasi Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA), sebelum masa pandemi COVID-19 tercatat ada 2.141 kasus kekerasan yang terjadi pada anak di Indonesia dengan 2.370 anak menjadi korban. Fakta baru menyebutkan bahwa selama masa pandemi ini tercatat ada 1.787 kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia dengan 2.038 anak menjadi korban.

Meskipun data menunjukkan jumlah kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anak menurun, nyatanya jumlah tersebut tetaplah besar untuk sebuah kasus kekerasan. Lalu pertanyaan yang sering terlontar adalah dengan data tersebut, apakah sebenarnya kekerasan diperlukan dalam mendidik anak?

Lihat HALAMAN SELANJUTNYA untuk jawaban dari psikolog anak, Alma Aisyah Almas Silmina, M.Psi.

Simak juga video gaya parenting Susy Susanti dan Alan Budikusuma dalam mendidik tiga anak dan tidak ada satu pun yang mengikuti jejak di ajang olahraga bulutangkis.

 

[Gambas:Video Haibunda]



Banner dr.Tirta vs Melly Goeslaw

Kata-kata Orang Tua Pemicu Anak Sakit Hati

perlakuan kekerasan orang tua pada anak

Foto: Edi Wahyono

Alma Aisyah Almas Silmina, M.Psi., seorang Psikolog Anak menyatakan penting itu kita sebagai orang tua ketahui bahwa kekerasan tidak hanya berupa fisik namun juga kata-kata yang dapat menyakiti hati anak.

“Kata-kata yang menyakiti di dalamnya ada labelling. Labelling itu kita ngasih label ‘kamu nih nakal banget’, kamu nih manja banget’ itu menyakiti buat anak,” tutur Alma dalam live Instagram HaiBunda (29/09/2020).

Tidak hanya proses pelabelan orang tua pada anak, nyatanya dalam hal mengkritik juga termasuk ke dalam menyakiti hati anak, lho Bunda.

“Mengkritik seperti 'Tuh'kan kalo kamu yang ngerjain malah berantakan, enggak rapi'. Padahal'kan anak lagi belajar. Bukan masalah rapi ngga rapinya, tapi masalah dia sudah mulai (insiatif),” jelasnya.

Secara tidak sadar hal-hal sepele di atas terlontar dari Bunda dengan maksud agar si anak bisa membuatnya menjadi pribadi yang baik. Ternyata itu tetap salah ya, Bunda. Selain itu yang sering kita dengar adalah banyak kasus orang tua yang membandingkan anaknya terhadap orang lain. Hal ini juga dijelaskan oleh Alma.

“Sering kali secara enggak sadar kita membandingkan (anak) sama orang lain, ‘Kamu nih ngga bisa diam ngga kayak Kakak kamu nih, lari-lari terus',” pungkas Alma memberi contoh.

Selain itu perilaku seperti memukul atau mencubit acap kali digunakan oleh sebagian orang tua dengan dalih sebagai bentuk ungkapan kasih sayang dari orang tua untuk anak. Hal ini jelas sudah termasuk kepada perilaku kekerasan terhadap anak.

“Perilaku agresif mukul, nyubit, dan lain-lain yang udah ada kekerasan fisik,” kata Alma.

Selain perilaku agresif yang dengan sadar orang tua lakukan terhadap anak, Alma menjelaskan bahwa perilaku orang tua yang acuh terhadap anak juga dapat menyakiti hati anak.

Ngga kasih perhatian sama sekali, ya udahlah terserah anaknya mau ngapain aja. Malah membuat anak berpikir ‘kok aku enggak diperhatiin ya?' Itu menyakiti hati anak,” tegasnya. 


(ziz/ziz)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda