
parenting
Pelajaran Kasus Aa Gym-Teh Ninih, Cara agar Anak Tak Pecah Saat Ortu Berkonflik
HaiBunda
Selasa, 15 Jun 2021 15:28 WIB

Konflik rumah tangga Aa Gym dan Teh Ninih semakin panas. Pemilik nama Abdullah Gymnastiar kembali mengajukan gugatan cerai kepada Teh Ninih. Keduanya kini disebut-sebut tak lagi berkomunikasi, Bunda.
Aa Gym sudah tiga kali mengajukan cerai terhadap Teh Ninih. Awalnya, Teh Ninih yang akan mengajukan gugatan. Namun ternyata Aa Gym terlebih dahulu melayangkan gugatan cerai.
Tak lama setelah itu, putra mereka yang bernama Ghaza mengunggah pengakuan mengejutkan di laman Facebook. Ia membeberkan soal sikap sang Ayah kepada Ibunda.
Ghaza menyebut Aa Gym kerap melontarkan kata-kata kasar selama menikah dengan Teh Ninih. Ia juga membeberkan sikap sang kakak, Ghaida Tsurayya yang diduga tega membentak sang Bunda hingga menyebut kata-kata munafik.
Curhatan Ghaza yang viral membuatnya jadi sorotan. Ia telah menghapus dan meminta maaf atas perbuatannya, Bunda. Namun proses perceraian Aa Gym dan Teh Ninih kini kian berliku. Bahkan, membuat hubungan anak-anaknya pun menjadi renggang karena membela kubu yang berbeda.
Perceraian orang tua memang seringkali membuat anak menjadi korbannya, Bunda. Itu sebabnya, sebelum bercerai orang tua harus memikirkan kondisi psikis anak-anaknya setelah perpisahan terjadi.Â
Dalam studi psikologi yang dilakukan E. Mavis Hetherington dari University of Virginia dan mahasiswa pascasarjana Anne Mitchell Elmore, kebanyakan anak mengalami efek negatif jangka pendek dari perceraian.
Pada umumnya, anak akan mengalami kecemasan, kemarahan, keterkejutan, dan ketidakpercayaan saat orang tua mengalami perceraian. Sementara itu dari studi Hetherington pada 1985, anak akan terkejut dan bahkan mungkin ketakutan ketika mengetahui orang tuanya akan bercerai.
Sedangkan pada anak yang sering melihat orang tuanya bertengkar, mereka akan lebih terbuka pada perceraian orang tua. Namun tak semua anak menjadi lebih baik ketika orang tua bercerai. Ada juga yang mengalami depresi dan gangguan kecemasan, sehingga lari ke penyalahgunaan obat.
"Penting sekali bagi orang tua bahkan sebelum memutuskan bercerai untuk membuat kesepakatan bahwa hubungan mereka akan tetap baik, karena kalau tidak, anak yang akan jadi korban," kata Carmelia Riyadhni, psikolog anak dan remaja Rumah Dandelion, dikutip dari detikHealth.
Salah satu penyebab perceraian banyak disebabkan oleh perselingkuhan, poligami, hingga KDRT. Pada kasus poligami, Komnas Perempuan pun memiliki pendapat tentang bagaimana dampaknya terhadap anak. Simak di halaman berikutnya yuk, Bunda!
Saksikan juga video hikmah perceraian di mata Kirana Larasati:
MASALAH POLIGAMI
Anak korban cerai/ Foto: Thinkstock
Poligami kerap menjadi polemik di masyarakat. Sebab, poligami memiliki dampak yang berimbas pada anggota keluarga. Tak hanya istri, hidup anak juga dapat berubah karena poligami.
Menurut Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani, poligami seringkali menjadi pemicu tindak kekerasan di dalam rumah tangga, baik itu kekerasan psikis, fisik, hingga penelantaran. Hal itu tidak hanya menimpa istri, melainkan juga si kecil.
"Dalam sidang MK sejumlah pihak menghadirkan kondisi-kondisi riil yang dihadapi oleh keluarga saat poligami terjadi. Tentang bagaimana kondisi poligami menyebabkan anak menjadi merasa insecure, bahkan terlantar," tutur Andy Yentriyani kepada HaiBunda, belum lama ini.
Seorang suami yang ingin melakukan poligami harus meminta izin terlebih dahulu kepada istri pertama. Dalam posisi ini, istri berhak menerima ataupun menolak.
"Jika ia menerima poligami, maka ia akan mengajarkan sikap submisif pada anaknya sebagai nilai yang harus diterima. Ini dapat menyebabkan rasa insecure pada anak, sebab mereka diminta untuk bersikap submisif pula," jelas Ady.
Submisif di sini berarti bahwa si kecil tidak dapat menyatakan keberatannya dan tidak dapat mengeluh ketika ia merasakan ketidakadilan. Misalnya ketika sang Ayah kurang mampu membagi perhatian kepada anak-anak dari seluruh istri.
"Alasan tidak menerima poligami tetapi tetap dalam perkawinan kerap direkatkan dengan pertimbangan masa depan anak. Paling ibunya hanya bisa berpesan agar si anak jangan marah atau dendam pada ayah," sambungnya.
Lantas bagaimana jika istri memutuskan untuk menolak poligami? Simak di halaman berikutnya.
MENOLAK POLIGAMI
Ilustrasi suami poligami/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Panupong Piewkleng
Suami tidak bisa sembarangan mengajukan permintaan poligami. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 4 Ayat (2) berbunyi, pengadilan hanya dapat memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang dengan kondisi khusus.
Kondisi tersebut antara lain istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, mengalami cacat atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan, atau tidak dapat memberikan keturunan.
Selain itu, suami harus memenuhi sejumlah syarat untuk dapat mengajukan permohonan poligami kepada pengadilan. Syarat tersebut yaitu adanya persetujuan dari istri, adanya kepastian suami mampu menjamin hak dan keperluan anak serta istri, dan jaminan suami dapat bersikap adil.
Itu artinya, istri bisa saja menolak apabila suami tidak memenuhi kriteria di atas. Penolakan poligami juga dapat berakibat ke perceraian yang akan memberi dampak pula terhadap si kecil.
"Jika ia tidak terima dan memutuskan mengakhiri perkawinannya, si perempuan itu akan kesulitan menjelaskan poligami dan perceraiannya itu pada anaknya. Ataukah mungkin si bapak yang seharusnya menjelaskan mengapa menurutnya tidak cukup hanya berisitrikan 1, ibu dari anaknya itu," tegas Andy.
Poligami dapat menjadi situasi yang sangat rumit bagi seorang istri. Tak hanya memikirkan nasib anak, ia juga dapat menyalahkan dirinya sendiri atas situasi tersebut.
"Poligami itu isu yang rumit. Secara sosial, ketika suami berpoligami, istri dinilai tidak memiliki kemampuan untuk "memuaskan" dan "memantaskan diri" di hadapan suaminya, sehingga suami berpaling ke perempuan lain," jelasnya.
Jika dihadapkan dengan permintaan poligami, Bunda sebaiknya membuang jauh-jauh pemikiran untuk menyalahkan diri sendiri. Pahami situasi dengan tenang untuk membuat keputusan terbaik.
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Alasan Inara Rusli Tak Beri Tahu Anak-anaknya kalau Sudah Cerai dari Virgoun

Parenting
Cara Bams Eks Samsons Jelaskan Arti Perceraian pada Anak

Parenting
Anak Laki-laki Aa Gym Sebut Ghaida Tsurayya Pernah Bentak Teh Ninih

Parenting
Dipuji Sabar Bak Malaikat, Begini Gaya Teh Ninih Mendidik Anak

Parenting
Curhat Opick, Belajar Mati Saat Kangen Anak Usai Cerai & Nikah Lagi


7 Foto
Parenting
7 Potret Kehangatan Aa Gym dan Putri Sulungnya, Ghaida Tsurayya
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda