Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

13 Gejala Anak Positif COVID-19 dan Cara Merawatnya, Bunda Perlu Tahu

Annisa Afani   |   HaiBunda

Selasa, 27 Jul 2021 08:01 WIB

Ilustrasi Covid-19 pada anak
Ilustrasi/Foto: Getty Images/SanyaSM

Virus COVID-19 yang terus bermutasi semakin mengancam kesehatan kita bersama keluarga ya, Bunda. Tak hanya pada orang dewasa dan lansia, anak juga memiliki risiko penularan yang sama tingginya, lho.

Untuk itu, sebagai orang tua kita wajib memberikan perhatian ekstra pada mereka. Apalagi, anak-anak kerap tak sadar dengan kondisinya dan belum mampu menjelaskan apa yang mereka rasakan dengan akurat.

Salah satu hal yang paling diperhatikan sejauh ini adalah upaya penggunaan masker pada anak. Dan sayangnya, sejauh ini masih ada kesalahpahaman yang mengatakan imunitas anak lebih kuat sehingga tak membutuhkan pelindung yang satu ini.

"Anak-anak di bawah 5 tahun memang tak diwajibkan menggunakan masker, namun bukan berarti mereka punya ketahanan tubuh yang amat kuat atau kebal," tutur Dr. dr. Andani Eka Putra di webinar Melindungi Anak dari COVID-19 dalam rangka Hari Anak Nasional 2021, Sabtu (23/7/2021).

"Sering terlihat saat keluarga jalan-jalan ke mal, orang tua dan kakak-kakaknya pakai masker, sedangkan anaknya yang kecil bahkan bayi justru tidak. Kasihan sekali," ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas serta Tenaga Ahli Menteri Kesehatan RI.

Andani turut menjelaskan bahwa penggunaan masker pada anak sebetulnya telah diatur oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta  UNICEF. Katanya, anak di bawah usia 5 tahun tidak diwajibkan, lalu anak di atas usia 6 tahun memakai masker harus dalam pengawasan orang tua. Sedangkan anak di atas 12 tahun sudah diwajibkan selayaknya penggunaan pada orang dewasa.

"Anak di bawah 5 tahun tidak diwajibkan. Lalu untuk anak berusia 6 tahun ke atas, itu juga atas pengawasan orang tua terkait akses situasi dan kondisi transmisi di daerah tempat tinggal."

"Sedangkan anak usia lebih dari 12 tahun menggunakan masker selayaknya orang dewasa," sambungnya.

Tidak hanya soal penggunaan masker, Bunda. Upaya pencegahan agar anak tak tertular COVID-19 juga dapat dilakukan dengan menampilkan atau menunjukkan sikap yang tepat secara langsung selama masa pandemi. Di antaranya:

1. Beri contoh yang baik dengan mengajarkan anak untuk menaati protokol kesehatan demi keselamatan bersama.

2. Keluar rumah seperlunya saja jika tidak memiliki urusan yang amat penting, apalagi harus membawa serta si Kecil.

3. Memberi peringatan pada keluarga saat harus keluar rumah. Hal ini penting agar pulang tak membawa virus COVID-19 dan mengancam keluarga.

Gejala COVID-19 pada anak

Bunda perlu untuk memperhatikan kondisi anak selama masa pandemi COVID-19. Jika anak terpapar dan terinfeksi, berikut beberapa gejala yang perlu akan dialami:

  1. Demam atau meriang
  2. Batuk
  3. Hidung tersumbat atau pilek
  4. Kehilangan indra penciuman
  5. Sakit tenggorokan
  6. Sesak atau kesulitan bernapas
  7. Sakit perut hingga
  8. Diare
  9. Mual dan muntah
  10. Kelelahan
  11. Sakit kepala
  12. Nyeri otot atau tubuh
  13. Kehilangan selera makan terutama pada bayi berusia di bawah 1 tahun

"Jika hal tersebut terjadi, segera cari perawatan dari fasilitas penanganan COVID-19," kata dr. Fresti Oktanindi, M.Sc, Sp.A, selaku dokter Spesialis Anak di RSUD Banyumas dalam kesempatan yang sama.

Simak selengkapnya di halaman berikut ya, Bunda. 

Tonton juga berbagai perlengkapan isolasi mandiri untuk anak yang terpapar COVID-19 dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


PENULARAN COVID-19 ANAK DARI DAN PADA ORANG TUA

Ilustrasi Covid-19 pada anak

Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/ake1150sb

Anak yang positif COVID-19 juga mengalami hal mirip hingga serupa selayaknya orang dewasa, Bunda. Tak hanya mirip dan tanpa gejala, hal ini turut berisiko menularkan pada orang lain.

Jika anak positif COVID-19 dan menularkan pada orang yang serumah dengannya, maka terjadilah kluster keluarga. Fenomena tersebut bukan berarti anak menjadi sumber utama penularan, karena bisa saja hal tersebut terjadi karena ada anggota keluarga yang sering keluar rumah, alias virus menempel dan dibawa pulang.

"Penularan COVID-19 pada anak sama seperti orang dewasa. Terkadang ada pula anak yang positif tanpa gejala dan tak diketahui. Ini justru berisiko pada orang rentan seperti kakek dan nenek yang tinggal serumah," ungkap dr Fresti.

"Anak dapat tertular dan menularkan pada atau dari orang dewasa. Ini yang nantinya menjadi penularan kluster keluarga," sambungnya.

Sebagai informasi tambahan yang penting untuk diketahui, orang tua amat perlu dan diharapkan agar seketat mungkin menjaga kesehatan anak. Sebab jika tertular, pasien anak khususnya bayi dan balita akan membutuhkan banyak hal yang lebih rumit daripada pasien dewasa pada umumnya. Apa saja? Berikut di antaranya:

  1. Fasilitas untuk orang tua atau pengasuh yang mendampingi anak yang masih bergantung penuh. Ini penting bagi anak karena bisa membuatnya berada dalam rasa aman dan nyaman. 

    "Selama pendampingan ini, orang tua atau pengasuh artinya ikut isolasi bersama anak. Tak boleh keluar dan berbaur dengan orang lain terlebih dahulu," tutur dr, Fresti.

  2. Ibu harus tetap memberikan ASI, menyuapi makan, memandikan, dan mengurus anak selama sakit.

  3. Stimulasi perkembangan fungsi otak anak.

  4. Memenuhi spesifikasi alat kesehatan untuk anak seperti alat medis, obat, jarum, infus, ventilator, dan lain sebagainya.

Siapa yang boleh menjadi pendamping atau pengasuh saat anak positif COVID-19?

Berikut beberapa syarat yang perlu untuk dipenuhi bagi orang tua atau pengasuh yang akan mendampingi anak positif COVID-19:

  1. Seseorang yang berisiko rendah tertular COVID-19. Tidak disarankan pada orang tua atau lansia serta yang memiliki komorbid.

  2. Jika memungkinkan, cukup satu orang saja.

  3. Pendamping yang ikut positif COVID-19 selama bersama anak harus terus jalani karantina usai anak diisolasi.

  4. Setelah anak negatif namun pendamping positif, si Kecil mungkin masih berada dalam masa inkubasi. Di saat seperti itu, hindari menitipkan anak pada pengasuh yang berisiko tinggi tertular.

Selengkapnya simak di halaman berikut ya, Bunda.

PEMANTAUAN ANAK SELAMA ISOLASI

strong healthy asian family wearing surgical protective face mask stay quarantane together at home social distacing new normal lifestyle

Ilustrasi isolasi mandiri/Foto: Getty Images/iStockphoto/whyframestudio

Selama anak menjalani masa isolasi karena COVID-19 di rumah, orang tua perlu untuk melakukan pemantauan. Berikut di antaranya:

1. Perhatikan suhu tubuh normal, yakni 36-37 derajat Celsius. Jika lebih tinggi dari 38 derajat Celsius, maka beri anak paracetamol untuk meredakan demam.

2. Hitung laju napas dalam satu menit. Napas anak dianggap normal apabila:

  • Berusia di bawah 2 bulan: Kurang dari  60 kali per menit.
  • Berusia  2-11 bulan: Kurang dari 50 kali per menit.
  • Berusia  1-5 tahun: Kurang dari 40 kali per menit.
  • Berusia  di atas 5 tahun: Kurang dari 30 kali per menit.

3. Saturasi oksigen normal yakni di atas 95 persen dan diukur setiap pagi menggunakan oximeter.

4. Asupan makanan dengan gizi tinggi dan vitamin C, D, serta Zinc atas saran dokter.

5. Anak beraktivitas dengan normal.

6. Tanda-tanda dehidrasi terutama sulit makan dan minum.

7. Munculnya gejala lain seperti batuk yang bertambah parah.

8. Lakukan pemantauan dua kali sehari pada pagi dan sore dan mencatatnya.

9. Komunikasikan atau beritahu hasil pemantauan pada tenaga medis atau kesehatan, terutama bila terdapat kondisi di luar nilai normal.

Isolasi anak tanpa pendamping

Perlu untuk Bunda ketahui, anak-anak juga dapat menjalankan isolasi secara mandiri alias tanpa pendamping. Artinya, ia tak membutuhkan bantuan seseorang jika dinilai mampu mengurus dasar pada dirinya sendiri.

Meski begitu, hal ini tak serta merta dapat dilakukan dengan bebas, ya. Karena, ada beberapa persoalan yang perlu diperhatikan dan dipenuhi, yaitu:

  1. Anak tidak mengalami gejala.
  2. Gejala yang dialami ringan seperti batuk, pilek, demam, diare tanpa dehidrasi, muntah dan ruam-ruam.
  3. Anak tetap aktif dan bisa makan-minum.
  4. Bisa menerapkan etika batuk serta memakai masker dengan benar
  5. Tetap memantau gejala atau keluhan.
  6. Memeriksa suhu tubuh dua kali sehari pada pagi dan malam.
  7. Ruangan isolasi memiliki ventilasi yang baik.
  8. Beberapa hal yang perlu disiapkan yakni termometer, masker, sarung tangan, oximeter, pakaian pelindung, dan kontak tenaga kesehatan untuk hal darurat.

(AFN/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda