Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Penjelasan Tentang Child Grooming yang Mengancam Anak, Waspada Bun!

Annisa Afani   |   HaiBunda

Selasa, 17 Aug 2021 09:35 WIB

Sad, upset little boy sitting on the edge of his bed. Covering his face with hands.
Ilustrasi pelecehan anak/Foto: Getty Images/iStockphoto/djedzura
Jakarta -

Selama menjalani sekolah melalui jaringan, terpaksa membuat sebagian orang tua pada akhirnya memberikan gadget untuk anaknya sebelum waktunya. Meski pun pemberian gadget dimaksudkan untuk mempermudah dalam proses belajar, namun orang tua tetap waspada pada bahaya yang mengintai, lho.

Bahaya tersebut bisa dimulai dari terlalu banyaknya anak main game hingga risiko pelecehan seksual anak melalui media sosial atau child grooming, Bunda.

Sebagaimana yang HaiBunda lansir dari Mommies Daily, dalam pemberitaan JawaPos pada tahun 2019 mencatat bahwa ada 236 kasus child grooming. Salah satunya dilakukan oleh seorang pria berinisial TR yang berusia 25 tahun. Menurut laporan, ia telah melecehkan 50 korban anak.

Modus dari kejahatan child grooming umumnya menggunakan akun media sosial palsu dari orang yang dekat dengan anak-anak yang menjadi korban, misalnya guru korban. Pelaku kejahatan akan mencomot salah satu foto si guru lalu membuat akun baru.

Akun palsu tersebut kemudian digunakan oleh pelaku untuk menghubungi korbannya melalui pesan singkat atau DM, meminta nomor WhatsApp, lalu mulai membujuk korban untuk melakukan hal-hal tak senonoh dan mengirimkan gambar atau video kepada si pelaku.

Apa saja hal lain yang dapat dilakukan oleh pelaku pada korban? Berikut di antaranya:

Membangun hubungan emosional untuk dilecehkan

Child grooming merupakan upaya seseorang untuk membangun hubungan saling percaya dan ikatan emosional dengan anak atau keluarga anak. Hal ini bisa dimanfaatkan pelaku untuk memanipulasi atau mengeksploitasi korban secara seksual.

Proses grooming pun beragam. Bisa dilakukan dalam waktu sebentar maupun lama, mulai dari berhari-hari hingga bertahun-tahun, Bunda.

Banner Rumah Viral Mojokerto

Bisa terjadi secara online maupun offline

Pelaku yang melakukan grooming disebut groomer. Pelaku bisa saja perempuan atau laki-laki, kerabat keluarga si anak, seorang profesional seperti guru, pemuka agama, hingga orang asing. Aksinya pun dapat terjadi secara online maupun offline.

Grooming yang dilakukan secara tatap muka kemungkinan dilakukan oleh seorang kerabat atau orang yang memiliki hubungan dengan keluarga anak. Pada awalnya, pelaku terlihat baik kepada anak, yang membuat keluarga tumbuh simpati dan menyingkirkan curiga.

Kemudian, pelaku mungkin akan membelikan hadiah kepada si anak atau keluarganya hingga memberikan pujian agar membuatnya merasa istimewa. Secara bertahap, setelah mendapatkan kepercayaan anak dan keluarganya, pelaku mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak, entah itu mengajak jalan-jalan atau menambah durasi kebersamaan demi menjalankan aksi pelecehan kepada korban.

Sementara itu, child grooming yang dilakukan secara online yaitu contoh kasus pelaku TR tadi. Melalui akun media sosial palsu, pelaku bisa berpura-pura menjadi guru, teman sebaya anak, bahkan selebriti untuk membangun hubungan dengan anak.

Tanda-tanda anak mengalami child grooming

Hubungan pelaku dan anak pada kasus child grooming bisa terlihat normal dan sulit terdeteksi. Namun, sebagaimana yang dirangkum dari raisingchildren.net.au, berikut beberapa perilaku yang mungkin ditunjukkan oleh anak atau remaja yang mengalami child grooming.

  • Memiliki hadiah-hadiah atau uang yang tak tahu dari mana asalnya, dan tak ingin memberi tahu orang tua.
  • Mendapat banyak pesan online dari seseorang yang hanya mereka kenal
  • Banyak berbicara tentang orang dewasa tertentu atau anak yang lebih tua
  • Tidak ingin ditemani ketika mereka bertemu orang dewasa atau orang yang lebih tua
  • Tidak ingin membicarakan apa yang telah mereka lakukan.
  • Berhenti bercerita atau minta saran kepada orang tua.
  • Sering menyendiri di kamar mereka.
  • Pada anak remaja, mereka menjalin hubungan dengan pacar yang jauh lebih tua.
  • Tidak ingin ada orang lain di sekitar mereka ketika sedang bersama pacar.
  • Mulai berbohong karena tidak ingin berbicara tentang apa yang mereka lakukan.
  • Bolos sekolah, les atau kegiatan lainnya.
  • Menghabiskan lebih sedikit waktu dengan teman secara tiba-tiba.

TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

Bunda, simak juga langkah-langkah mencegah pelecehan seksual pada anak dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(AFN)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda