Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Risiko Masalah Perkembangan Anak di Masa Pandemi COVID-19, Bunda Perlu Tahu

Kinan   |   HaiBunda

Rabu, 01 Sep 2021 16:30 WIB

Asian businesswoman wearing protective face mask while working with laptop to protect pollution from dust PM2.5 and coronavirus covid-19
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/staticnak1983

Setelah 1,5 tahun pandemi COVID-19 menyerang dunia, berbagai efek buruk pun terjadi. Salah satu yang paling dikhawatirkan yakni pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Mulai dari segi kesehatan hingga psikisnya.

Menurut Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Meita Dhamayanti, dr., Sp.A(K), M.Kes, anak merupakan 'korban yang tersembunyi' dari pandemi COVID-19.

Maka dari itu, perkembangan anak pun patut mendapatkan perhatian lebih dari para orang tua. Ini supaya anak tetap dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.

Jadi, meskipun ada banyak masalah yang mungkin sedang Bunda hadapi selama pandemi ini, tetap pertimbangkan kondisi anak. Berikan perhatian supaya perkembangan anak tetap optimal.

Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap perkembangan anak

Seperti disebutkan sebelumnya, anak rentan mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan selama pandemi. Terutama dari segi kesehatan dan pendidikan. Kenali kondisi anak dan bicarakan dengan suami tentang solusi yang tepat.

Nah, apa saja risiko masalah perkembangan anak yang rentan terjadi selama pandemi COVID-19? Berikut ulasannya:

1. Memengaruhi program imunisasi

Dikutip dari unpad.ac.id, Prof Meita menyebutkan bahwa selama pandemi keberlangsungan program kesehatan terganggu, salah satunya program imunisasi. Padahal imunisasi merupakan kebutuhan dasar anak untuk terhindari dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). 

“Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi apabila anak-anak ini tidak mempunyai kekebalan terhadap PD3I, maka wabah lain selain COVID-19 akan segera menyusul. Untuk itu kita perlu tetap melakukan kegiatan program imunisasi untuk anak-anak dalam masa pandemi COVID-19. Jika tidak, maka anak-anak bisa menjadi crisis behind this pandemic,” ujar Prof Meita.

2. Masalah emosional

Bagi perkembangan anak remaja, Prof Meita menyebutkan adanya dampak bagi mental dan emosionalnya. 

“Akibat pandemi, masalah mental emosi menunjukkan peningkatan, tampaknya masalah emosi paling menonjol, sedangkan sebelum pandemi masalah conduct lebih menonjol,” imbuh Prof Meita.

3. Proses belajar terhambat

Laporan terbaru dari UNICEF menyebutkan bahwa selama pandemi 80 juta anak dan remaja Indonesia mulai menghadapi dampak sekunder. Termasuk salah satunya pada proses belajar.

“Lebih dari setahun setelah pandemi, anak-anak dan remaja di seluruh Indonesia menghadapi tantangan new normal,” ungkap UNICEF Representative, Debora Comini. 

Hampir seluruh sekolah dan kampus ditutup, sehingga rata-rata waktu yang dihabiskan untuk pembelajaran jarak jauh bervariasi dari hanya 2,2 hingga 3,5 jam per hari. Penutupan fasilitas pendidikan juga meningkatkan risiko putus sekolah.

Sulit beradaptasi dengan rutinitas sehari-hari juga telah memengaruhi perkembangan anak. Selama pandemi, dilaporkan beberapa masalah seperti sulit berkonsentrasi, menjadi lebih marah, dan sulit tidur.

4. Berpotensi mengganggu tumbuh kembang bayi

Dikutip dari The Conversation, peneliti mengemukakan bahwa setahun pertama kehidupan sangat penting untuk perkembangan anak jangka panjang. Termasuk selama pandemi COVID-19 berlangsung.

Perkembangan anak tahap awal ini sangat bergantung pada stimulasi, khususnya untuk bersosialisasi dengan orang lain. Lingkungan yang bervariasi akan mendukung perkembangan anak di bidang bahasa, kognitif dan emosional.

Bayi membutuhkan stimulasi, kontak sosial, dan pengasuhan yang responsif, dan semua ini akan terpengaruh selama pandemi dengan cara yang kompleks.

Tim peneliti dari Oxford Brookes University telah melakukan penelitian yang berfokus pada bagaimana pandemi memengaruhi anak. Hasilnya menyebutkan bahwa bayi termasuk kategori usia rentan dan sangat bergantung pada pola asuh.

5. Risiko mengalami kekerasan

Masalah yang dihadapi orang tua selama pandemi seperti ekonomi dan stres, rentan membuat perkembangan anak (terutama psikis) terganggu. Anak pun sangat mungkin berisiko mengalami kekerasan di dalam rumah.

Efek kekerasan, baik fisik maupun mental, bagi perkembangan anak sangat besar. Termasuk di antaranya trauma emosional. Anak rentan tumbuh dengan perasaan takut, cemas, tidak percaya diri, bahkan tidak mau bersosialisasi dengan orang di sekitarnya.

Demikian ulasan tentang risiko masalah perkembangan anak di masa pandemi COVID-19. Untuk menghindari kondisi ini terjadi, cobalah untuk tetap tenang dan lebih bijak dalam menghadapi Si Kecil ya, Bunda.

[Gambas:Video Haibunda]



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda