
parenting
Waspada Bun, Polusi Udara Bisa Meningkatkan Risiko ADHD pada Anak
HaiBunda
Kamis, 14 Apr 2022 21:50 WIB

Jakarta - Ada kabar yang kurang baik nih Bunda. Sebuah penelitian terbaru mengungkap polusi bisa menyebabkan risiko anak mengalami kesulitan fokus atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Penelitian itu menyebutkan anak-anak yang tinggal di daerah dengan tingkat partikel yang lebih tinggi dan sedikit ruang hijau mungkin memiliki risiko hingga 62 persen lebih tinggi terkena ADHD.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environment International menemukan anak-anak yang tinggal di daerah yang lebih hijau dan tidak terlalu tercemar polusi udara memiliki risiko 50 persen lebih rendah terkena ADHD, salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum terjadi pada anak-anak.
Penelitian yang dipimpin oleh Matilda van den Bosch dari Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) itu menggunakan data dari 37.000 anak di Vancouver, Kanada.
Mereka menganalisis kemungkinan hubungan antara paparan kehijauan, partikel polusi kecil (PM2.5), dan kebisingan di awal kehidupan dengan kejadian ADHD di kemudian hari yang memengaruhi hingga 5-10 persen anak-anak dan remaja.
“Kami mengamati anak-anak yang tinggal di lingkungan yang lebih hijau dengan kondisi polusi udara rendah memiliki risiko ADHD yang jauh lebih rendah,” kata van den Bosch, dikutip dari laman The Indian EXPRESS.
Mengenali ADHD, gangguan perilaku pada anak
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku, biasanya pertama kali didiagnosis pada masa kanak-kanak, yang ditandai dengan kurangnya perhatian, implusif, dan dalam beberapa kasus, hiperaktif.
Melansir dari laman JOHNS HOPKINS MEDICINE, gejala hiperaktif hampir selalu terlihat pada anak usia 7 tahun dan dapat juga muncul pada anak prasekolah yang masih sangat muda.
Gejala ADHD pada anak
Gejala ADHD dimulai sebelum usia 12 tahun, dan pada beberapa anak, mereka sudah terlihat sejak usia 3 tahun. gejala ADHD bisa ringan, sedang, bahkan berat, dan bisa berlanjut hingga anak beranjak dewasa.
ADHD lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan, dan perilakunya dapat berbeda. Misalnya, anak laki-laki mungkin akan lebih hiperaktif, sedangkan anak perempuan cenderung diam-diam tidak memperhatikan.
Berikut ini adalah gejala ADHD yang paling umum. Namun, setiap anak mungkin mengalami gejala yang berbeda dari 3 kategori berikut ini.
1. Kekurangan perhatian:
- Kesulitan mempertahankan perhatian
- Kesulitan mendengarkan orang lain
- Kesulitan memperhatikan detail
- Mudah terganggu
- Cepat lupa
- Keterampilan belajar yang buruk untuk usianya
2. Implusif:
- Sering menyela orang lain
- Mengalami kesulitan menunggu gilirannya di sekolah dan atau permainan sosial
- Cenderung melontarkan jawaban daripada menunggu dipanggil
- Sering bertindak tanpa berpikir lebih dahulu
3. Hiperaktif:
- Sering berlari, atau mungkin memanjat, terkadang mereka bergerak tanpa tujuan yang jelas
- Mengalami kesulitan untuk diam di tempat
- Gelisah yang berlebihan
- Berbicara berlebihan
- Mengalami kesulitan melakukan aktivitas yang tenang
- Tidak mampu menyelesaikan tugas
Kemudian, faktor apa sajakah yang mampu membuat seorang anak mengalami ADHD? Simak di halaman selanjutnya ya.
Saksikan juga video tentang 5 tanaman hias penghasil oksigen yang bikin udara jadi lebih sejuk.
KETAHUI FAKTOR RISIKO ADHD PADA ANAK
Foto: Getty Images/iStockphoto/Gam1983
Faktor risiko ADHD
Hingga saat ini, penyebab utama ADHD belum diketahui dengan pasti, Bunda. Namun, kondisi ini diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Selain anak-anak, ADHD juga dapat terjadi pada orang dewasa lho.
Dirangkum dari laman Mayo Clinic, berikut ini adalah beberapa faktor yang mungkin menimbulkan risiko ADHD pada anak:
1. Kerabat sedarah, seperti orang tua atau mungkin saudara kandung yang mengalami ADHD atau gangguan perilaku lainnya.
2. Paparan racun lingkungan, misalnya seperti timbal, ditemukan terutama pada cat dan pipa di gedung-gedung tua.
3. Penggunaan obat-obatan oleh Bunda, penggunaan alkohol, atau mungkin merokok selama kehamilan.
4. Si Kecil lahir prematur.
ADHD dapat didiagnosis setelah melalui beragam pemeriksaan oleh dokter anak, psikiater anak, orang tua, dan pihak sekolah. Proses diagnosis melibatkan wawancara, baik dengan anak, orang tua, maupun guru.
Selain itu, ADHD bisa ditangani dengan pemberian obat-obatan dan psikoterapi. Walaupun tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, pengobatan dan terapi yang diberikan dapat meredakan gelaja ADHD dan membuat anak tetap mampu untuk menjalani hidup dengan normal.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Alasan Anak dengan ADHD Susah Tidur & Cara Mengatasinya

Parenting
3 Tanda Perilaku ADHD pada Anak Bisa Dilihat Sejak Usia 2 Tahun

Parenting
7 Makanan yang Dianggap Bisa Memengaruhi Gejala ADHD pada Anak

Parenting
Simak 5 Cara Mengatasi Anak Hiperaktif, Apa Bedanya dengan ADHD?

Parenting
Cara Tepat Lindungi Anak dari Bahaya Polusi Udara

Parenting
Bunda Perlu Tahu, Mitos dan Fakta tentang ADHD
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda