Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Proses Terjadinya Hujan yang Dapat Diajarkan ke Anak

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 19 Apr 2022 21:40 WIB

Ilustrasi Hujan
Ilustrasi hujan/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Pelajaran ilmu pengetahuan alam sudah dapat dikenalkan ke anak saat masuk sekolah dasar, Bunda. Salah satunya adalah tentang proses terjadinya hujan.

Seringkali anak-anak penasaran dengan asal air hujan. Mereka mulai bertanya-tanya kenapa hujan bisa turun mendadak bahkan setelah cuaca panas.

Nah, Bunda dapat menjelaskan proses terjadinya hujan ini agar anak bisa memahami asal mula terjadinya hujan ya. Ada beberapa tahapan dan tipe hujan yang bisa dikenalkan ke anak.

Proses terjadinya hujan

Dilansir buku Dahsyatnya Hujan karya Syafaat R. Selamet, proses terjadinya hujan melalui beberapa tahapan, yakni:

Tahap 1

Bahan baku hujan (uap air) naik ke atas lalu terbentuklah awan. Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhingga yang terbentuk melalui proses penguapan di lautan, akan pecah dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur ke atas menuju langit.

Partikel-partikel yang kaya kandungan garam itu lalu dibawa oleh angin dan bergerak terus ke atmosfer langit, Bunda. Nah, partikel-partikel yang dikenal dengan aerosol ini kemudian membentuk awan dengan mengumpulkan uap awan di sekelilingnya, yang naik lagi dari lautan.

Tahap 2

Tahap berikutnya, awan-awan yang terbentuk dari uap, mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Namun karena air hujan ini sangat kecil, awan-awan itu bergelantungan di udara dan terbentang di langit. Pada akhir tahap ini, keadaan langit ditutupi oleh gumpalan awan.

Tahap 3

Tahap ini dimulai ketika partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel-partikel debu berubah menjadi mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini yang menjadi lebih berat massanya daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan.

Ilustrasi HujanIlustrasi Hujan/ Foto: Getty Images/iStockphoto


Manfaat air hujan

Air hujan yang telah jatuh ke bumi memiliki manfaat luar biasa pada kehidupan. Elah Nurelah dan Supriyadi dalam buku Tematik Terpadu 3E Tema Cuaca, menjelaskan bahwa air yang jatuh ke bumi akan mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Air tersebut akan berpindah tempat, dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Air bergerak dan berpindah melalui saluran-saluran seperti selokan, saluran air, kali, sungai, lalu mengalir ke laut.

Tapi, tak semua air hujan akan berakhir di laut ya. Sebagian air ini akan terserat ke bawah dan menjadi air tanah yang keluar dalam bentuk mata air.

"Mata air dapat dijumpai saat kita menggali sumur atau di lereng-lereng pegunungan. Air tanah inilah yang memenuhi kebutuhan air bersih untuk manusia, termasuk di musim kemarau," kata Elah Nurelah dan Supriyadi.

Nah, melalui proses terjadinya hujan, air akan terus berputar. Jadi, tanpa hujan, manusia akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Perlu diketahui nih, Bunda. Hujan disebabkan oleh cahaya matahari. Tanpa matahari, tidak akan terjadi hujan.

Air yang terkena cahaya matahari akan menguap sehingga naik ke langit dan berakhir menjadi hujan. Bisa dibilang, peran matahari sangat besar dalam mencukupi kebutuhan semua makhluk hidup di bumi.

Ilustrasi HujanIlustrasi Hujan/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Tipe-tipe hujan

Menurut Waluyo dkk dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII, hujan merupakan proses lanjutan dari naiknya massa udara atau awan. Proses terjadinya hujan dan besarnya curah hujan tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, Bunda.

Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi 3 tipe, yakni:

1. Hujan orografis

Hujan orografis dikenal juga dengan nama hujan pegunungan. Hujan ini terjadi karena udara yang membawa uap air dari laut dipaksa naik oleh adanya pegunungan. Wilayah yang tidak turun hujan di sisi lain gunung dikenal dengan sebutan bayangan hujan.

2. Hujan zenithal

Hujan ini terjadi karena adanya pertemuan arus konveksi yang membawa uap air di daerah khatulistiwa. Nah, dengan adanya pertemuan dua arus konveksi ini akan terjadi tabrakan, sehingga kedua massa udara naik ke atas dan berakhir menjadi hujan.

Hujan zenithal dikenal juga dengan nama hujan konveksi. Hujan ini banyak terjadi di daerah tropis yang memiliki intensitas penyinaran matahari selalu tinggi.

3. Hujan frontal

Hujan frontal terjadi karena pertemuan dua massa udara yang berbeda suhunya, Bunda. Perbedaan suhu ini dapat menyebabkan massa udara yang panas dipaksa untuk naik ke atas. Hujan frontal ini biasanya terjadi di daerah lintang sedang atau pertengahan.

Curah hujan

Selain proses terjadinya hujan, Si Kecil juga perlu mengenal tentang curah hujan nih. Curah hujan adalah banyak atau sedikitnya hujan yang jatuh ke bumi, Bunda.

Curah hujan biasanya diukur dengan alat fluviometer atau ombrometer. Sementara itu, satuan ukur curah hujan adalah milimeter (mm).

Perlu diketahui, curah hujan dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, seperti suhu, cuaca, kelembapan udara, kondisi bumi, hingga tekanan angin.

Di Indonesia, curah hujan tertinggi ada di daerah Kranggan yang terletak di lereng barat Gunung Slamet. Curah hujan di tempat ini kurang lebih 8.305 mm per tahun.

Sedangkan curah hujan paling sedikit terdapat di Palu, Sulawesi Tengah. Curah hujan di daerah ini adalah sekitar 547 mm per tahun.

Simak juga cara mencerdaskan anak dengan kebiasaan sehari-hari, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda