Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Tips agar Anak Nyaman Bergaul di Sekolah Tanpa Harus Ditunggu Bunda

Anggi Astuti   |   HaiBunda

Rabu, 24 Aug 2022 04:00 WIB

ilustrasi anak sekolah
Ilustrasi 5 Tips agar Anak Nyaman Bergaul di Sekolah Tanpa Harus Ditunggu Bunda. Foto: iStock

Ketika memasuki usia sekolah, anak akan banyak beraktivitas di lingkungan barunya. Sekolah jadi tempat baru untuk belajar dan juga bersosialisasi. Selama di sekolah, Si Kecil akan berada di luar pengawasan Bunda.

Hal itu tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orang tua. Terlebih, berbagai kasus mulai dari bullying sampai pelecehan seksual menjadi momok menakutkan. Belum lagi adanya berbagai masalah lain yang kerap terjadi di lingkungan sekolah.

Kalau di usia Taman Kanak-Kanak (TK) biasanya masalah yang umumnya ditemui, antara lain anak yang terlalu aktif sampai sulit menyimak pelajaran, perilaku agresif, serta perubahan perilaku.

“Mungkin yang paling sering, biasanya ada komplain atau info dari guru itu anaknya aktif sekali, Bun. Enggak bisa duduk diem, apalagi di TK nih,” kata Muthia Dwi Larasati, M.Psi, psikolog klinis saat Live Instagram bersama HaiBunda, beberapa waktu lalu.

“Perilaku agresif, ada anak-anak yang belum bisa mengungkapkan emosinya secara verbal jadi keluarnya agresif," lanjutnya.

Bunda dan Ayah juga perlu memperhatikan perubahan perilaku yang terjadi pada Si Kecil sejak masuk sekolah. Terlebih jika perubahan tersebut tampak begitu drastis.

"Perubahan perilaku, ketika anak udah mulai enggak nyaman di sekolah terlihat dari perilaku anaknya sendiri. Misalnya sebelumnya anaknya ceria, banyak cerita, terbuka sama orang tua tapi tiba-tiba dia jadi pendiam, menarik diri,” tutur Psikolog Muthia.

Sekolah sebetulnya berkaitan dengan tahapan perkembangan anak. Setiap tahapan ada tantangannya tersendiri, Bunda. Hal-hal yang disebutkan tadi menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi orang tua ketika anak berada di fase tersebut.

Nyatanya, tak sedikit orang tua jadi cemas ketika harus meninggalkan anaknya belajar di sekolah sendiri. Namun tenang Bunda, ada tips supaya anak nyaman bergaul di sekolah tanpa harus ditemani Bunda.

Sebelum itu, langkah pertama yang bisa dilakukan orang tua sebenarnya ialah mempertimbangkan sekolah yang hendak dipilih untuk Si Kecil. Sesuaikan sekolah dengan kesiapan kognitif anak. Kurikulum juga penting untuk diketahui.

“Kesiapan si anak dari kognitif, udah bisa baca tulis hitung. Aspek kepribadian, seperti kematangan emosi, kemandirian, kepercayaan diri, kemampuan adaptasi. Kurikulum juga penting untuk dicari tahu. Penting juga untuk mencari beberapa opsi sekolah,” kata Muthia.

Baca tips agar anak nyaman bergaul di sekolah di halaman berikutnya ya, Bunda.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga video tips memilih sekolah untuk anak yang alami speech delay:

[Gambas:Video Haibunda]




TANAMKAN RASA PERCAYA DIRI PADA ANAK YA, BUNDA

Ilustrasi antar anak sekolah

Ilustrasi 5 Tips agar Anak Nyaman Bergaul di Sekolah Tanpa Harus Ditunggu Bunda. Foto: iStock

5 Tips agar Anak Nyaman Bergaul di Sekolah

Nah, ada beberapa tips yang disebutkan psikolog klinis, Muthia Dwi Larasati, M.Psi supaya Si Kecil aman dan nyaman bergaul di sekolah. Jadi, Bunda tak perlu cemas ketika meninggalkan Si Kecil tanpa pengawasan orang tua selama beraktivitas di sekolahnya.

1. Jaga komunikasi antara orang tua dengan pihak sekolah

Hal pertama yang bisa Bunda lakukan yaitu menjaga komunikasi dengan pihak sekolah, misalnya guru-guru Si Kecil. Dengan begitu, Bunda bisa mengikuti perkembangan aktivitas Si Kecil selama bersekolah.

Bila memungkinkan Bunda bisa ikut bergabung dengan komunitas orang tua di sekolah. Dengan saling mengenal satu sama lain, jadi ada support system untuk berbagi cerita mengenai anak-anak selama sekolah.

“Memang sebaiknya dijaga terus komunikasi antara kita sebagai orang tua dengan pihak sekolah secara berkala. Entah seminggu sekali, atau sebulan sekali. Itu kita reach out ke sekolah. Terus tanya-tanya gimana anakku di sekolah, perkembangannya, sosialisasinya, segala macam,” ujar Muthia.

Banner Diet Nanas

2. Tanamkan rasa percaya diri pada anak

Menanamkan rasa percaya diri pada anak termasuk hal yang penting. Dengan begitu, anak tidak mudah terbawa arus mengikuti temannya yang berperilaku kurang baik. Rasa percaya diri membuat anak tidak membutuhkan validasi dari orang lain sehingga tetap menjadi diri sendiri.

“Maka dari itu penting untuk menanamkan percaya diri yang kuat di anak sehingga biasanya anak tidak butuh validasi dari orang lain. Jadi walaupun teman-temannya perilakunya berbeda sama dia, tapi dia tetap merasa secure dengan dirinya. Jadi percaya dirinya itu tuh yang perlu ditingkatkan,” tutur Muthia.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak bisa dimulai dengan cara yang paling sederhana. Biarkan anak mandiri, misalnya makan sendiri, mandi sendiri. Jadi, anak merasa percaya bahwa dirinya mampu melakukan hal-hal itu.

“Nah kalau di usia yang sangat dini, salah satu caranya untuk meningkatkan kepercayaan diri dari kemandirian nih. Jadi, meningkatkan kemandirian itu juga bagus banget untuk meningkatkan kepercayaan diri,” ujarnya.

3. Bekali anak kemampuan menolak dan membela diri

Ketika di sekolah, anak tidak ditemani oleh orang tua. Sehingga orang tua harus membekali mereka kemampuan menolak dan membela diri. Hal itu terbilang sederhana, tapi sangat bermanfaat di kehidupan anak.

Kemampuan membela diri tidak melulu soal kemampuan fisik, seperti jago karate dan lain sebagainya. Namun, bagaimana Si Kecil bisa membela dirinya sendiri ketika ada ancaman atau gangguan dari orang asing.

“Misalnya ketika ada orang asing yang mengaku saudara mau jemput anak, nah dia perlu dibekali kemampuan menolak. Jadi tidak selalu harus bela diri fisik, tapi lebih kepada tegas dalam menyampaikan jawaban. Lalu kalau ada yang menyentuh tubuhnya, ajarkan anak untuk berteriak atau langsung lari. Jadi tidak harus selalu berantem,” terang Muthia.

Tak hanya itu, ajarkan juga cara membela diri sendiri ketika teman sebayanya ada yang berbuat kurang menyenangkan. Misalnya, dengan cara asertif. Dengan begitu anak akan bisa membela dirinya sekaligus menyelesaikan masalahnya sendiri juga.

“Nah, dengan cara-cara asertif tuh misalkan dengan ngomong, ‘aku enggak suka kalo kamu mukul aku’. Misalnya ada anak nyerobot antrian, ‘aku kan udah duluan disini, aku dulu ya habis itu kamu’,” kata Muthia.

4. Berikan edukasi seks sejak dini

Pendidikan awal anak diterima dari rumah, dari Ayah dan Bunda. Edukasi seks juga demikian. Dimulai dari usia sedini mungkin oleh orang tua.

Beri tahu seluruh anatomi yang ada pada tubuh. Sebutkan bagian-bagian tubuh dengan nama aslinya. Kemudian, ajarkan anak bagian tubuh mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain.

Edukasi seks dilakukan tidak hanya pada anak perempuan saja. Sebab, pada anak laki-laki juga tidak menutup kemungkinan bisa saja menjadi korban juga. Hal ini bisa dilakukan sejak bayi. Dengan cara meminta izin ketika hendak membersihkan atau memandikan bagian-bagian tubuh anak.

“Ajarkan bagian-bagian mana yang boleh disentuh oleh orang lain, oleh guru, satpam di sekolah, dan lain-lain. Area kepala, bahu, tangan, lalu diceritakan bagian mana nih yang enggak boleh disentuh selain kamu dan harus di ruangan tertutup. Nah, area mana aja bahkan orang tua juga perlu minta izin juga untuk bersihin pipis atau poop,” tutur Muthia.

“Misalnya anak sudah lebih besar ya, toodler, 3 tahun 4 tahun nah itu bisa dari pengenalan anatomi tubuh. Ada tubuh apa aja nih di badan kita dari atas sampai bawah,” lanjutnya.

ilustrasi anak sekolahilustrasi anak sekolah/Foto: iStock

5. Edukasi cara memilih teman di sekolah

Tips yang terakhir ialah mengedukasi anak cara memilih teman di sekolah. Ini bisa dilakukan dengan cara berbicara dari hati ke hati. Bangun terlebih dahulu kedekatan orang tua dengan anak. Setelah itu, sampaikan terkait hal tersebut.

Kalo mau kita ngobrol sama anaknya, sebenarnya kunci utamanya adalah lebih ke kedekatan orang tua sama anak dulu nih harus kuat jadi lebih gampang untuk masuk ke dunia anak,” kata Muthia.

“Dan orang tua ketika ngobrol sama anak posisikan sejajar dengan anak. Kayak teman lah gitu. Karena kalo misalkan kalo satu arah, enggak nyaman. Cari waktu yang pas untuk ngobrol sama anak. Misalnya, waktu sebelum tidur. Nah di situ mungkin bisa masuk,” tambahnya.


(fir/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda