
parenting
Wapadai Asfiksia, Penyebab Tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia
HaiBunda
Jumat, 04 Nov 2022 09:00 WIB

Bunda, sudah pernah mendengar asfiksia? Ini merupakan salah satu penyakit yang berkaitan dengan gangguan pernapasan dan menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian pada anak.
Sejauh ini, WHO merilis data bahwa setiap tahunnya diperkirakan ada 4 juta bayi meninggal dalam 4 minggu pertama, dengan 85 persen kematian terjadi dalam 7 hari pertama kehidupan. Pada tahun 2020, menurut laporan UNICEF terjadi 37 kematian per 1000 kelahiran anak usia 5 tahun secara global.
Sementara di Indonesia, menurut survey dari BPS pada data terakhir tahun 2017, angka kematian bayi berada di angka 24 kematian per 1000 kelahiran. Angka ini masih cukup tinggi dibandingkan dengan target WHO yang menetapkan penurunan angka kematian bayi hingga sebesar 12 kematian per 1000 kelahiran hidup.Â
Salah satu penyebab tingginya kematian bayi secara global ialah akibat komplikasi intrapartum, salah satunya afiksia neonatorium, yang menempati urutan kedua sebesar 23,9 persen dari keseluruhan kasus. Di Asia Tenggara, asfiksia menjadi penyebab kematian bayi tertinggi ketiga setelah infeksi neonatal dan prematuritas.
Oleh karena itu, asfiksia pada bayi baru lahir tidak bisa disepelekan begitu saja. Namun, masyarakat Indonesia masih belum banyak teredukasi dengan bahaya penyakit yang satu ini. Padahal bayi yang mengalami asfiksia harus segera mendapatkan pertolongan medis.Â
Pengertian AsfiksiaÂ
Asfiksia adalah kondisi di mana tubuh mengalami gangguan pernapasan yang diakibatkan adanya gangguan pertukaran oksigen dan karbonmonoksida, sehingga penderita mengalami kekurangan oksigen. Saat mengalami asfiksia, seseorang akan mengalami sesak napas, bahkan yang lebih parah dapat membahayakan nyawa penderitanya.
Asfiksia disebabkan oleh beberapa hal, misalnya paparan polusi asap pembakaran sampah atau limbah pabrik, paparan zat kimia seperti amonia, klorin, bahkan karbon dioksida. Selain itu, asfiksia juga dapat disebabkan karena seseorang tersedak. Â
Asfiksia pada bayi baru lahir dikenal dengan istilah asfiksia neonatorum. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesi (IDAI), asfiksia neonatorum merupakan kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir. Gejala utama yang biasa muncul ialah kondisi kuku dan bibir yang membiru. Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan bayi memiliki detak jantung yang lambat, refleks otot yang lemah, bahkan mengalami kejang.
Bayi yang mengalami asfiksia neonatorum saat dilahirkan juga tidak akan menangis seperti pada umumnya. Jika semakin lama dibiarkan, maka akan mengakibatkan kerusakan organ pada tubuh bayi.Â
Penyebab terjadinya Asfiksia pada bayi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya afiksia pada bayi, antara lain:
- Adanya gangguan pada plasenta, misalnya lepasnya plasenta dari dinding rahim tepat sebelum bayi dilahirkanÂ
- Durasi persalinan bayi yang memakan waktu lama
- Terjadinya gangguan pernapasan pada janin selama di dalam kandungan
- Janin mengalami anemia saat berada di dalam kandungan
- Tekanan darah ibu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah selama masa kehamilan
- Terjadinya infeksi, baik pada ibu maupun janin
Cara Mencegah
Simak ulasan selengkapnya berikut ini:
Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Ibu hamil akan selalu diminta untuk melakukan pemeriksaan rutin agar dokter dapat segera mendeteksi apabila si janin mengalami asfiksia, sehingga dapat menghindari kemungkinan terburuknya. Hal ini dikarenakan tidak semua kasus asfiksia neonatorium dapat dicegah.Â
Namun jika dokter sudah mendeteksi asfiksia sejak bayi di dalam kandungan, maka ibu hamil akan disarankan untuk melakukan proses persalinan secara caesar. Pilihan ini diambil untuk memperbesar peluang bayi terlahir selamat. Setelah bayi dilahirkan, akan dilakukan penanganan lebih lanjut.Â
Bayi yang mengalami asfiksia ketika lahir harus segera ditangani dengan cepat oleh tim medis. Penanganan asfiksia pada bayi lahir menyesuaikan dengan kondisi bayi pasca dilahirkan serta seberapa parah penyakitnya. Penanganan pertama yang biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan alat bantu napas untuk mengalirkan lebih banyak oksigen ke dalam paru-paru bayi. Untuk mengatasi gejala yang timbul, dokter juga akan memberikan obat-obatan yang sesuai. Â
Cara Mengobati Asfiksia
Penanganan harus segera dilakukan pada seseorang yang mengalami asfiksia. Penderita asfiksia harus segera ditolong dengan cara membuka jalur pernapasannya yang hanya bisa dilakukan oleh dokter. Misalnya, apabila apabila penderita asfiksia disebabkan karena tersedak, langsung lakukan pertolongan pertama. Setelah itu segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.Â
Dalam kasus asfiksia neonatorium yang diderita oleh bayi baru lahir, pengobatan dilakukan berbeda-beda, tergantung pada apa penyebabnya. Tetapi secara umum, bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorium akan mendapatkan pengobatan berupa:
- Pemberian oksigen akan dilakukan ketika bayi dilahirkan ternyata menderita asfiksia dan segera mendapatkan penanganan intensif dari rumah sakit. Bila asfiksia neonatorium disebabkan oleh gangguan membran hialin, maka bayi akan dipasangi Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Alat ini akan membantu pernapasan bayi dengan cara memasukkan tekanan positif ke paru-paru agar paru mengembang.
- Apabila bayi menderita asfiksia akibat sindrom aspirasi mekonium, maka dokter akan langsung menyedot mekonium di sepanjang saluran pernapasannya. Jika jumlah mekonium terlalu banyak, maka dilakukan pemasangan ventilator dan bayi harus melakukan perawatan di ICU apabila diperlukan
- Jika asfiksia disebabkan akibat pneumonia, maka antibiotik juga biasanya diberikan untuk mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi paru-paru.
- Apabila asfiksia disebabkan oleh transient tachypnea of newborn biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam jangka waktu 3 hari. Jika masih mengalam sesak napas, biasanya bayi hanya akan dibantu dengan alat bantu napas untuk memberikan asupan oksigen lebih.Â
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cash back 5 persen.
(rap/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Ketahui Cara Mengobati Gondongan pada Anak di Rumah

Parenting
Waspada 3 Penyakit Anak Pasca Libur Panjang

Parenting
Bayi Baru Lahir Tak Menangis: Simak Bahaya, Penanganan & Pencegahannya Sejak Hamil

Parenting
12 Penyakit yang Disebabkan Virus, Ajak Si Kecil untuk Waspada Yuk Bunda

Parenting
Kenali Bronkopneumonia pada Anak dan Cara Mencegahnya

Parenting
Pertolongan Pertama Saat Si Kecil Demam Tinggi
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda