Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Bayi Baru Lahir Tak Menangis: Simak Bahaya, Penanganan & Pencegahannya Sejak Hamil

Dr. Dian Sulistya Ekaputri, Sp.A   |   HaiBunda

Jumat, 16 Jun 2023 19:20 WIB

Dokter Sisipan
Dr. Dian Sulistya Ekaputri, Sp.A
Dokter Spesialis Anak di RS Kenak Medika Gianyar Bali Berpraktik pada hari Senin-Jumat (09.00-14.00 WITA). Co-founder Klinik Vaksinasi Anak Kiddos Immunos.
Bayi baru lahir tak menangis
Bayi baru lahir tak menangis/ Foto: Getty Images/iStockphoto/RealCreation
Jakarta -

Tangisan bayi baru lahir seringkali dianggap sebagai tanda bahwa bayi tersebut sehat setelah dilahirkan. Namun, terdapat situasi di mana bayi tidak langsung menangis setelah lahir, yang menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua.

Lalu, bagaimana fakta sebenarnya menurut dunia medis? Bunda, yuk kita bahas lebih lanjut topik mengenai menangis bayi yang tertunda dan apakah hal tersebut membahayakan.

Fungsi bayi menangis saat lahir

Menangis adalah refleks alami bayi baru lahir, yang memiliki beberapa fungsi penting dalam proses adaptasi mereka ke dunia luar rahim. Meskipun menangis sering kali dianggap sebagai suara yang mengganggu, sebenarnya itu adalah cara komunikasi pertama yang dimiliki bayi untuk menyampaikan kebutuhan, ketidaknyamanan, atau ketidakpuasan mereka.

Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap mengenai fungsi menangis pada bayi baru lahir:

  1. Pembersihan Saluran Napas: Salah satu fungsi utama menangis pada bayi baru lahir adalah membantu membersihkan saluran napas mereka. Saat bayi lahir, saluran napas mereka masih berisi cairan amnion yang dapat menghalangi pernapasan normal. Dengan menangis, bayi dapat mengeluarkan cairan tersebut dan membuka saluran napas mereka untuk bernapas dengan bebas.
  2. Memulai Pernapasan: Menangis juga membantu memulai pernapasan bayi. Saat bayi menangis, gerakan diafragma dan otot-otot pernapasan lainnya terstimulasi, membantu mengisi paru-paru dengan udara untuk pertama kalinya. Ini penting agar bayi dapat memperoleh oksigen yang cukup dan memulai fungsi pernapasan yang normal di luar rahim.
  3. Mengatur Suhu Tubuh: Menangis bayi juga berperan dalam membantu mengatur suhu tubuh mereka. Proses menangis meningkatkan metabolisme dan aktivitas fisik bayi, menghasilkan panas dalam tubuh mereka. Ini membantu menjaga suhu tubuh mereka tetap stabil dan mencegah hipotermia, terutama pada bayi yang lahir prematur atau dalam kondisi lingkungan yang dingin.
  4. Memperoleh Perhatian dan Perawatan: Bayi menggunakan menangis sebagai cara untuk menarik perhatian orang tua dan pengasuh mereka. Ini adalah bentuk komunikasi awal mereka untuk mengungkapkan kebutuhan atau ketidaknyamanan mereka, seperti lapar, kenyang, basah, atau ingin diberi perhatian dan kasih sayang. Menangis bayi secara alami memicu respons emosional pada orang dewasa, yang pada gilirannya membantu memenuhi kebutuhan bayi.
  5. Menunjukkan Kesehatan: Menangis pada bayi baru lahir juga bisa menjadi tanda kesehatan yang baik. Bayi yang menangis dengan suara kuat dan nyaring menunjukkan bahwa sistem pernapasan dan saraf pusat mereka berfungsi dengan baik. Selain itu, menangis yang sehat juga menandakan bahwa bayi memiliki kekuatan dan vitalitas yang memadai.

Penyebab bayi tidak menangis saat lahir

Bayi yang tidak menangis segera setelah lahir, dapat mengindikasikan kondisi yang dikenal sebagai asfiksia neonatorum atau kekurangan oksigen pada bayi baru lahir. Berikut ini adalah beberapa penyebab umum mengapa bayi mungkin tidak menangis segera setelah lahir:

  1. Gangguan Pernapasan: Salah satu penyebab utama bayi tidak menangis adalah masalah pernapasan yang menghambat aliran oksigen. Ini dapat terjadi karena cairan amnion yang tersisa di saluran napas bayi, obstruksi saluran napas, atau gangguan pada paru-paru bayi.
  2. Hipoksia Intrapartum: Hipoksia intrapartum terjadi ketika pasokan oksigen ke bayi terganggu selama proses persalinan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipoksia intrapartum termasuk masalah plasenta, masalah tali pusat, atau gangguan pada sirkulasi ibu.
  3. Kelahiran Prematur: Bayi yang lahir prematur cenderung memiliki sistem pernapasan yang belum sepenuhnya matang. Kekurangan surfaktan (zat yang membantu mencegah kolaps paru-paru) dan perkembangan yang belum sempurna dapat menyebabkan bayi kesulitan bernapas dan tidak menangis segera setelah lahir.
  4. Infeksi: Infeksi pada ibu selama kehamilan, seperti infeksi plasenta atau infeksi pada bayi itu sendiri, dapat menyebabkan bayi mengalami kesulitan bernapas dan tidak menangis secara normal setelah lahir.
  5. Kepala Trauma: Jika bayi mengalami trauma pada kepala selama proses kelahiran, misalnya karena penggunaan alat bantu persalinan seperti vakum atau forceps, hal ini dapat menyebabkan cedera pada sistem saraf yang mengatur refleks menangis.
  6. Kelainan Jantung atau Paru-paru: Beberapa kelainan jantung atau paru-paru pada bayi dapat mengganggu fungsi pernapasan normal dan menyebabkan bayi tidak menangis segera setelah lahir.

Bayi yang tak menangis saat lahir pasti alami asfiksia?

Perlu diingat bahwa tidak semua bayi yang tidak menangis segera setelah lahir mengalami asfiksia. Beberapa bayi mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan mungkin akan menangis setelah beberapa saat.

Namun, jika bayi tidak menangis setelah beberapa upaya stimulasi, perlu segera memperoleh perhatian medis untuk mengevaluasi dan menangani kondisi bayi dengan tepat.

Penanganan medis pada bayi yang tak menangis saat lahir

Tenaga medis yang hadir saat persalinan memiliki peran penting dalam memberikan bantuan medis atau resusitasi bayi saat lahir, terutama jika bayi tidak menangis segera setelah kelahiran. Berikut adalah penjabaran lebih lanjut mengenai pentingnya bantuan medis tersebut:

1. Evaluasi Kondisi Bayi

Tenaga medis yang terlatih memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk secara cepat dan akurat mengevaluasi kondisi bayi yang tidak menangis segera setelah lahir. Mereka akan memeriksa pernapasan bayi, denyut jantung, dan kesehatan secara keseluruhan. Dengan melakukan evaluasi ini, mereka dapat mengidentifikasi masalah yang mungkin menyebabkan kesulitan pernapasan atau kekurangan oksigen pada bayi.

2. Tindakan yang Tepat

Berdasarkan hasil evaluasi, tenaga medis akan mengambil tindakan yang sesuai untuk membantu bayi bernapas dan memulihkan fungsi organ vital yang baik. Resusitasi bayi dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik yang telah terstandarisasi, seperti memberikan rangsangan fisik, membersihkan saluran napas, dan memberikan bantuan pernapasan, termasuk ventilasi dengan bantuan alat. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan aliran oksigen ke paru-paru bayi dan memulihkan detak jantung yang normal.

3. Mencegah Komplikasi dan Kerusakan Otak

Dalam kasus-kasus di mana bayi mengalami kekurangan oksigen yang signifikan, intervensi medis yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius, seperti kerusakan otak. Kekurangan oksigen yang berkepanjangan dapat menyebabkan cedera otak permanen atau kelainan perkembangan pada bayi. Dengan memberikan resusitasi yang tepat waktu, tenaga medis berupaya untuk meminimalkan risiko kerusakan otak dan mengamankan kesehatan bayi.

4. Keselamatan dan Kesehatan Bayi

Pentingnya bantuan medis saat lahir adalah untuk memastikan keselamatan dan kesehatan bayi secara keseluruhan. Dengan melakukan resusitasi yang efektif, tenaga medis berperan dalam memberikan dukungan dan perawatan yang diperlukan untuk membantu bayi bernapas dengan baik, memperoleh oksigen yang cukup, dan memulai adaptasi yang sehat ke lingkungan baru mereka di luar rahim.

Pencegahan asfiksia bayi baru lahir

Untuk mencegah bayi mengalami asfiksia saat lahir, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh ibu hamil. Berikut ini adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko asfiksia pada bayi:

1. Pemeriksaan Kehamilan Rutin

Penting untuk menjalani pemeriksaan kehamilan secara teratur dengan dokter atau bidan yang berpengalaman. Pemeriksaan rutin ini akan memastikan bahwa perkembangan bayi berjalan dengan normal dan memberikan kesempatan untuk mendeteksi masalah yang mungkin mempengaruhi pernapasan atau kesehatan bayi.

2. Menerapkan Gaya Hidup Sehat

Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuh dan menghindari faktor risiko yang dapat memengaruhi perkembangan bayi. Ini termasuk menghindari merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang. Menerapkan pola makan seimbang dan menghindari makanan yang berpotensi membahayakan juga penting.

3. Mengelola Penyakit dan Kondisi Kesehatan

Jika ibu hamil memiliki penyakit kronis seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, penting untuk mengelolanya dengan baik. Mengikuti saran dan pengobatan yang diberikan oleh dokter sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan perkembangan bayi yang baik.

4. Pemantauan Gerakan Janin

Ibu hamil harus memperhatikan gerakan janin dan melaporkan perubahan yang signifikan atau penurunan gerakan janin kepada tenaga medis. Perubahan dalam pola gerakan janin dapat menjadi tanda adanya masalah yang mempengaruhi kesehatan bayi.

5. Persiapan Persalinan yang Baik

Mengikuti kelas persiapan persalinan dan mempelajari teknik pernapasan yang tepat dapat membantu ibu hamil mempersiapkan diri secara fisik dan emosional untuk proses kelahiran. Pengetahuan tentang tanda-tanda yang mungkin menunjukkan masalah pernapasan pada bayi, serta tindakan yang harus diambil dalam situasi darurat, dapat meningkatkan kesiapan ibu untuk menghadapi situasi tersebut.

Selalu berkonsultasi dengan tenaga medis profesional untuk mendapatkan nasihat yang tepat dan spesifik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan ibu hamil. Tindakan pencegahan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko asfiksia pada bayi dan memastikan kelahiran yang sehat.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda