
parenting
Mengetahui Fimosis pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
HaiBunda
Selasa, 06 Dec 2022 04:00 WIB

Fimosis pada bayi menjadi salah satu hal yang cukup umum dialami, terutama pada bayi laki-laki yang belum disunat. Apa saja gejala, penyebab, dan cara mengatasi fimosis pada bayi?
Menurut dokter spesialis bedah anak RSA Universitas Gadjah Mada, dr Eko Purnomo, PhD, SpBA, fimosis merupakan kondisi yang normal terjadi pada anak laki-laki.
Kendati demikian, fimosis perlu mendapat perhatian khusus segera jika mulai menimbulkan gangguan bagi anak. Termasuk seperti nyeri atau sulit buang air kecil.
"Fimosis adalah kondisi di mana selaput pembungkus kepala penis menutupi lubang untuk buang air kecil. Ini adalah yang hal yang normal terjadi pada bayi atau anak-anak, biasanya mulai berkurang setelah usia 5 tahun," ujar dr Eko, seperti dikutip dari situs resmi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Fimosis yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah fimosis fisiologis, yaitu kondisi pelepasan kulit yang belum sempurna. Biasanya kondisi ini akan berangsur terbuka seiring dengan bertambahnya usia anak.
Gejala fimosis pada bayi
Dikutip dari Medical News Today, fimosis sebenarnya tidak selalu menimbulkan gejala. Namun, jika kondisinya sudah berlanjut memicu peradangan, ada beberapa gejala yang dapat dialami bayi, seperti kemerahan, nyeri, atau bengkak.
Selain itu, kondisi kulup yang ketat juga dapat mengganggu aliran urine yang normal. Fimosis pun dapat menyebabkan radang penis yang disebut sebagai balanitis, atau radang kelenjar dan kulup yang disebut sebagai balanoposthitis. Kondisi ini keduanya cenderung disebabkan oleh kebersihan yang buruk.
Gejala balanitis meliputi nyeri, gatal, kemerahan, bengkak, penumpukan cairan kental dari penis, serta nyeri saat buang air kecil.
Penyebab dan faktor risiko fimosis pada bayi
Seperti disebutkan sebelumnya, fimosis termasuk normal dan umum dialami oleh bayi yang belum disunat. Ini karena kulup selaput pembungkus kepala penisnya masih menutupi lubang untuk buang air kecil.
Beberapa faktor risiko fimosis pada bayi di antaranya seperti:
- Eksim: Kondisi jangka panjang yang menyebabkan kulit menjadi gatal, merah, kering, dan pecah-pecah.
- Psoriasis: Kondisi kulit ini menyebabkan bercak kulit menjadi merah, bersisik, dan berkerak.
- Lichen planus: Ruam gatal yang dapat memengaruhi area tubuh yang berbeda.
- Lichen sclerosus: Kondisi ini menyebabkan jaringan parut pada kulup yang berisiko memicu fimosis.
Simak ulasan lanjutan tentang fimosis pada bayi di halaman selanjutnya ya, Bunda.
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Simak juga video aktivitas sederhana yang mengasah empati anak sejak dini:
CARA MENGATASI FIMOSIS PADA BAYI, PERLUKAH LANGSUNG DISUNAT?
Ilustrasi Mengetahui Fimosis pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya. Foto: iStock
Cara mengatasi fimosis pada bayi
Pilihan pengobatan untuk fimosis bergantung pada gejala yang terjadi. Sebagian besar kasus balanitis dapat diobati dengan menjaga kebersihan area kelamin, serta penggunaan obat sesuai anjuran dokter jika terjadi iritasi.
Orang tua disarankan untuk membersihkan penis bayinya setiap hari dengan air hangat. Jangan lupa keringkan dengan lembut sebelum dipakaikan popok atau celana.
Hindari penggunaan sabun berbahan keras pada area kelamin bayi, terutama jika ia memiliki riwayat masalah kesehatan kulit. Jika balanoposthitis disebabkan oleh infeksi jamur atau bakteri, krim antijamur atau antibiotik mungkin diperlukan.
Dalam kasus balanitis atau balanoposthitis yang parah atau berulang, dokter juga dapat merekomendasikan pengobatan fimosis itu sendiri. Termasuk seperti meresepkan krim steroid untuk membantu 'melembutkan' kulit kulup supaya lebih mudah ditarik kembali.
Fimosis pada bayi, perlu disunat?
Dikutip dari Healthline, dalam kasus yang lebih serius, sunat atau prosedur pembedahan serupa mungkin diperlukan. Sunat adalah tindakan pengangkatan seluruh atau sebagian kulup.
Sunat juga mungkin diperlukan jika Si Kecil mengalami balanitis berulang, infeksi saluran kemih, atau infeksi lainnya.
"Jika terjadi fimosis patologis sebaiknya segera dibawa ke dokter untuk diperiksa dan diambil tindakan," pesan dr Eko.
Demikian ulasan tentang fimosis pada bayi. Untuk mengetahui apakah Si Kecil perlu segera disunat atau tidak, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter ya, Bunda.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Kapan Waktu Tepat Usia Anak Harus Disunat Menurut Islam?

Parenting
Tips Memilih Mainan Bayi Sesuai Usia dan Kebutuhan Tumbuh Kembangnya

Parenting
Bolehkah Bayi 3 Bulan Minum Air Putih?

Parenting
6 Cara Merawat Gigi Bayi 6-12 Bulan, Bunda Perlu Tahu

Parenting
Yuk, Simak Saran Dokter Sebelum Memijat Bayi


7 Foto
Parenting
7 Potret Larissa Chou Dampingi Yusuf Disunat, Beri Pujian: Jagoan Hari Ini...
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda