Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Waspadai Polio, Penyakit Menular Anak yang Kembali Muncul Setelah Sempat Punah

Dr. Dian Sulistya Ekaputri, Sp.A   |   HaiBunda

Senin, 05 Dec 2022 16:50 WIB

Dokter Sisipan
Dr. Dian Sulistya Ekaputri, Sp.A
Dokter Spesialis Anak di RS Kenak Medika Gianyar Bali Berpraktik pada hari Senin-Jumat (09.00-14.00 WITA). Co-founder Klinik Vaksinasi Anak Kiddos Immunos.
Polio pada anak
Polio pada anak/ Foto: iStockphoto
Jakarta -

Penemuan kasus polio pada seorang anak berusia 7 tahun di Pidie, Aceh, mengejutkan banyak pihak. Setelah lama punah, kemunculan kasus anak yang mengalami kelumpuhan pada kaki kirinya ini tentu membawa kekhawatiran pada orang tua.

Kasus ini menjadi heboh lantaran Indonesia sudah mendapatkan sertifikat bebas polio sejak tahun 2014. Namun, sertifikat tersebut memang tidak bisa menjadi jaminan bahwa Indonesia akan bebas polio selamanya, Bunda.

Apakah itu penyakit Poliomielitis?

Poliomielitis atau polio, merupakan penyakit sangat berbahaya yang menyebabkan kelumpuhan dan kecacatan seumur hidup.

Poliomielitis disebabkan oleh virus polio yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus, yang berkembang biak di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae.

Pada tahun 1960-an kasus polio di seluruh dunia telah terkendali setelah ditemukan imunisasi Polio, Bunda.

Mengapa kasus polio muncul kembali?

Pada tahun 2020, sebanyak 80 persen kasus polio telah dieliminasi secara global (di seluruh dunia). Akan tetapi, semenjak pandemi COVID-19 banyak orangtua yang takut untuk membawa anaknya imunisasi sehingga terjadi penurunan angka cakupan imunisasi sebesar 15 persen di seluruh dunia. Hal ini ditambah dengan sanitasi yang buruk menyebabkan timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di Aceh, Indonesia.

Berdasarkan data dari Kemenkes, cakupan imunisasi polio bayi di Aceh hanya mencapai 50,9 persen di tahun 2021. Dengan cakupan imunisasi yang demikian rendah, membuat anak-anak di Aceh rentan mengalami infeksi polio. 

Siapa saja yang dapat terkena polio dan bagaimana gejalanya?

Polio dapat menyerang di usia berapa saja, polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun (balita) yang tidak memiliki riwayat imunisasi yang lengkap.

Polio pada anakPolio pada anak/ Foto: iStockphoto

Gejala polio

Gejala awal polio di antaranya berikut ini:

  1. Kemam
  2. Kelelahan
  3. Sakit kepala
  4. Muntah
  5. Kekakuan di leher
  6. Nyeri pada anggota badan.

Gejala lanjutannya adalah lumpuh layu. Istilah lumpuh layu merujuk kepada kelumpuhan yang terjadi secara akut (mendadak) pada anak usia dibawah 15 tahun.

Penyakit polio apakah bisa sembuh total?

Melansir dari CDC, apabila anak yang menderita polio sudah pulih dari keluhan demam dan nyeri otot (meskipun kelumpuhannya masih ada), mereka dapat kembali merasakan episode nyeri otot, kelemahan anggota gerak, dan kelumpuhan yang memberat saat sudah dewasa (di usia 50-60 tahun). Kondisi ini disebut dengan sindrom pasca-polio (post-polio syndrome).

Perlu Bunda tahu, dalam kasus polio yang bisa disembuhkan adalah gejala akutnya. Sedangkan untuk kelumpuhan yang ditimbulkan, hanya dapat dihentikan perkembangannya agar otot tidak semakin mengecil.

Bagaimana penularan penyakit Polio?

Polio sangatlah menular. Penyakit ini bisa menyerang anak-anak di usia berapa saja jika belum mendapatkan vaksinnya. Penularannya dapat melalui tinja terutama pada situasi lingkungan dan sanitasi yang buruk dan makanan/minuman/air yang tercemar oleh tinja penderita polio.

Terdapat juga bukti ilmiah bahwa lalat dapat memindahkan virus polio dari tinja penderita ke makanan.

Kebanyakan anak yang terinfeksi, tidak menunjukkan gejala sehingga secara "senyap" (silent) menyebarkan infeksi ke orang di sekitarnya. Virus tidak akan mudah menginfeksi jika seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio.

Alasan polio ditetapkan sebagai KLB

Mengapa dengan satu kasus polio saja, pemerintah kemudian menetapkan sebagai KLB?

Menurut Permenkes, KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Hal ini penting karena dalam hal ini, kejadian polio bagaikan fenomena gunung es, yakni setiap satu anak lumpuh karena polio, maka artinya terdapat lebih dari 200 anak yang terinfeksi namun tidak bergejala (asimtomatik).

Cara mendiagnosis polio

Pemerintah melalui program surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis), mengidentifikasi setiap kasus lumpuh layu (flaccid paralysis) yang terjadi pada anak kurang dari 15 tahun, dengan kelumpuhan yang terjadi kurang dari 14 hari (akut), serta bukan disebabkan oleh ruda paksa. Anak-anak ini kemudian akan diambil spesimen tinjanya dan diidentifikasi apakah mengandung virus polio atau tidak.

Bagaimana pengobatan polio?

Tidak ada pengobatan spesifik untuk anak yang telah terjangkit polio. Obat-obatan diberikan untuk meredakan gejala seperti:

  • Obat yang bertujuan meringankan nyeri seperti golongan sodium diklofenak, ibuprofen, ataupun asetaminofen atas saran dari dokter.
  • Obat yang diberikan untuk mengatasi infeksi paru (pneumonia) akibat komplikasi polio, yakni antibiotik melalui infus, golongan cephalosporine.
  • Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan, diberikan alat bantu napas yakni ventilator.

Obat-obatan ini harus diberikan di bawah pengawasan dokter dan tidak dapat mengobati kelumpuhan permanen yang terjadi. Tatalaksana non obat, yakni kompres hangat pada area otot yang kaku dan terapi fisik atau okupasi dapat membantu mengatasi kelemahan lengan atau tungkai yang disebabkan oleh polio. 

Perawatan ini dan dapat memberikan hasil yang lebih baik, terutama jika diintervensi di awal perjalanan penyakit.

Apakah penyakit polio bisa dicegah?

Polio dapat dicegah secara efektif dengan pemberian imunisasi. Pemerintah Indonesia sudah menjalankan program Outbreak Response Immunization (ORI), PIN, dan Sub-PIN untuk menanggulangi kasus polio.

Jadwal imunisasi polio berdasarkan rekomendasi IDAI dapat dilihat di tabel berikut:

Imunisasi polio

Keterangan:

  • bOPV merupakan bivalent Oral Polio Vaccine, terdiri dari virus tipe 1 dan 3 hidup yang dilemahkan. Diberikan melalui mulut sebanyak 2 tetes.
  • IPV merupakan Inactivated Polio Vaccine, terdiri dari virus polio 1, 2 dan 3 inaktif. Diberikan melalui suntikan.

Pola hidup cegah polio

Bunda, mari kita upayakan agar anak-anak mendapatkan imunisasi yang lengkap dan sesuai jadwal, untuk menghindari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), termasuk salah satunya adalah polio. Dibutuhkan cakupan imunisasi yang tinggi (target Renstra: 93,6 persen) untuk membentuk kekebalan komunitas (herd immunity).

Selain itu, pencegahan polio dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, yakni dengan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban, dan menggunakan masker saat sakit. Yuk bantu lengkapi imunisasi anak ya Bunda. Semoga artikel kali ini bermanfaat.

Simak juga manfaat imunisasi untuk anak seperti dijelaskan dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda