Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Gangguan Mental OCD Bisa Terjadi pada Anak? Ini Penjelasan Menurut Psikolog

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Kamis, 22 Dec 2022 21:32 WIB

A Korean woman holds her daughter tightly in an embrace, the girl feeling anxious going back to school.
Ilustrasi OCD pada Anak/Foto: Getty Images/iStockphoto/interstid

Ada banyak gangguan kesehatan mental yang dapat memengaruhi seseorang, Bunda. Salah satunya adalah Obsessive Compulsive Disorder (OCD).

OCD merupakan gangguan mental yang mendorong penderitanya untuk melakukan suatu tindakan secara terus menerus. Tak hanya tindakan, penderitanya juga akan mendapatkan suatu pikiran yang terus berulang.

Menurut psikolog klinis Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog, OCD selalu dipengaruhi oleh obsesif dan kompulsif, Bunda. Jadi, para penderitanya akan memikirkan serta melakukan tindakan berulang.

"Obsesif ini terkait dengan pikiran, jadi dia terus-terusan mikirin tentang itu. Kalau kompulsif itu adalah dorongan untuk melakukan sesuatu. Jadi ada dua, berpikir dan melakukan sesuatu yang terus menerus," kata Psikolog Danang kepada HaiBunda, Selasa (20/12/2022).

Ciri-ciri OCD

Sama seperti penjelasannya, seseorang yang mengalami OCD memiliki ciri kerap berpikir dan melakukan suatu hal secara berulang-ulang. Mereka juga tidak bisa menghentikan hal ini meski tahu tindakannya salah.

"Berarti ada perilaku yang berulang-ulang, ada pikiran yang berulang-ulang, dan dia sulit sekali untuk menghentikannya meskipun dia tahu itu salah," jelas Danang.

OCD pada anak

Psikolog Danang dengan tegas mengatakan OCD juga dapat terjadi pada anak-anak, Bunda. Tak hanya itu, sebuah penelitian bahkan menunjukkan bahwa OCD dapat diturunkan.

"Bisa (terjadi pada anak). Memang beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan OCD ini diturunkan. Dan jika seseorang mempunyai stres yang sudah memiliki 'bakat', maka akan lebih mudah mengalami OCD," jelas psikolog yang berpraktik di RSJ Menur Surabaya.

"Enggak cuma karena hal tertentu terus dia OCD, enggak selalu begitu. Tapi dia ada 'bakatnya'. Ada faktor genetiknya. Jadi enggak semua anak bisa OCD," lanjutnya.

Lantas apa yang menyebabkan anak OCD ya, Bunda? Klik baca halaman berikutnya untuk mengetahui penjelasan lengkapnya.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga video benarkan tantrum gejala stres pada anak berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]



ANAK MERASA BERSALAH

A Korean woman holds her daughter tightly in an embrace, the girl feeling anxious going back to school.

Ilustrasi OCD pada Anak/Foto: iStock

Penyebab anak OCD

Menurut Psikolog Danang, ada dua hal yang menjadi penyebab utama anak mengalami OCD. Berikut ini ulasannya:

1. Anak ingin kesempurnaan

Pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna, Bunda. Namun, rasa ingin sempurna ini lah yang kemudian tumbuh dan memicu terjadinya OCD.

"Yang pertama dia ingin kesempurnaan. Kesempurnaan ini biasanya karena kecemasan yang sangat kuat dan akut," jelas Danang.

Bahaya & Efek Samping ASI Tidak Dikeluarkan

2. Mempresentasikan perasaan bersalah

OCD bisa juga menjadi gambaran perasaan bersalah seseorang. Perasaan bersalah ini biasanya terjadi akibat pengalaman-pengalaman yang tidak bisa diselesaikan. Akhirnya, anak pun menggunakan mekanisme pertahanan diri ke hal yang lain.

"Ketika nanti dia punya pengalaman yang membuatnya merasa bersalah atau dia dimarahi bapak dan ibunya lalu dia merasa bersalah, atau dia mempresentasikan dirinya tidak sempurna seperti seharusnya atau tuntutan orang tuanya, dia akan OCD," ucap Danang.

"OCD-nya enggak cuman cuci tangan ya, tapi bisa juga tutup pintu. Tapi intinya biasanya ada pemicunya. Ada stresnya," lanjutnya.

OCD bisa disembuhkan

Meskipun kerap membuat khawatir, pada kenyataannya OCD bisa disembuhkan, Bunda. Teknik penyembuhannya pun bisa dengan obat-obatan atau terapi memperkuat logika.

"Bisa disembuhkan dengan menggunakan psikofarma untuk menurunkan kecemasan dan untuk melatih otaknya. Biasanya ada di psikologi terapinya untuk menguatkan kontrol dari neokorteks, dari logikanya," tutur Danang.

Ketika otak dilatih, dorongan obsesif dan kompulsif nak bisa ditekan dan lama kelamaan akan membaik. Psikolog Danang bahkan mengatakan ada banyak kasus OCD yang berhasil sembuh.

"Kalau itu kuat, biasanya dorongan yang obsesif dan kompulsifnya itu bisa ditekan dan lama-lama bisa membaik. Banyak kok yang sudah berhasil," pungkasnya.


(mua/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda