PARENTING
9 Kebiasaan Ibu di Rumah yang Jadi Contoh Buruk Anak, Marah Berlebihan Salah Satunya
Asri Ediyati | HaiBunda
Jumat, 14 Apr 2023 22:01 WIBAnak-anak dari segala usia adalah peniru ulung. Pakar parenting Calgary dan penulis Judy Arnall mengatakan anak-anak belajar melalui observasi.
“Meniru adalah cara yang sangat aman untuk belajar, itu juga diperlukan untuk membantu anak-anak mempelajari perilaku mana yang dapat diterima dalam masyarakat dan budaya tempat mereka tinggal, dan mana yang tidak,” ujarnya.
Anak dalam kelompok usia prasekolah unggul dalam perilaku peniru. Kata Arnall, mereka sedang menguji batas, mereka menjadi lebih verbal dan mereka mengambil banyak hal dari dunia di sekitar mereka. Mereka belajar dengan mengulangi hampir semua yang mereka dengar dan lihat, Bunda.
“Anak-anak meniru 'perilaku orang dewasa', seperti pekerjaan, pakaian dan rias wajah, teknologi (seperti berbicara di telepon dan mengetuk tablet), dan memerankan peran, seperti menjadi bunda, guru, pemadam kebakaran, dll,” kata Arnal.
Melihat anak meniru mungkin terlihat lucu bagi orang dewasa. Tapi, kata-kata dan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan anak-anak seperti cara orang tua menunjukkan amarah, termasuk memaki atau membanting pintu, bisa saja terjadi pada anak kita, Bunda.
Dengan adanya anak-anak yang mudah dipengaruhi, Arnall menambahkan bahwa orang tua harus benar-benar menyadari semua yang akan dilakukannya. “Melakukan upaya sadar untuk mengubah apa yang kita lakukan dan katakan," kata Arnall, dikutip dari Today's Parents.
9 Kebiasaan di Rumah Jadi Contoh Buruk Anak
Kita semua berharap anak tak meniru perilaku kita yang mungkin kurang pantas. Untuk itu, sebagai orang tua, kita lah yang buang kebiasaan buruk yang dapat ditiru anak. Hindari kebiasaan buruk di rumah ini yang jadi contoh buruk anak, berikut di antaranya:
1. Gaya Hidup Tak Sehat, Jarang Olahraga
Gaya hidup tak sehat seperti konsumsi makanan dengan gizi tak seimbang, terlalu manis atau terlalu asin juga tak baik jika anak mengetahuinya. Misalnya, konsumsi makanan tinggi gula di malam hari, sering konsumsi makanan cepat saji. Selain itu, pola hidup sedenter di mana Bunda jarang olahraga juga tidak baik ditiru anak.
Sebaliknya, ketika Bunda makan dengan sehat dan berolahraga secara teratur, Bunda memberikan contoh yang baik untuk anak-anak. Plus, jika Bunda mengatur makanan sehat dan membatasi makanan cepat saji, Bunda membantu anak-anak menghindari obesitas pada masa kanak-kanak.
2. Cuek Main Handphone
Jika Bunda seperti kebanyakan orang tua, Bunda khawatir tentang jumlah waktu layar yang didapat anak setiap hari. Entah itu waktu yang dihabiskan anak-anak untuk menonton acara dan bermain game online. Tetapi, sebelum Bunda dapat mengatakan apa pun kepada anak-anak, lihatlah jumlah waktu yang Bunda habiskan di depan layar.
Atasi penggunaan teknologi Bunda terlebih dahulu, lalu coba tetapkan beberapa standar untuk anak-anak. Jangan cuek main handphone di depan anak, atau bahkan maraton film seri di depan anak.
3. Perilaku di Rumah Tidak Sesuai dengan Perkataan
Tanpa disadari, mungkin Bunda dan Ayah pernah berbohong pada anak. Walaupun itu demi kebaikan, tapi sebaiknya jangan dilakukan, ya. Misalnya, Bunda menghabiskan malamnya dengan menonton televisi, tetapi memberi tahu anak bahwa dia harus lebih banyak membaca.
Contoh lainnya, seorang ayah memberi tahu anak-anaknya bahwa mereka harus makan dengan sehat, tetapi dia menyelipkan makanan penutup setelah mereka pergi tidur.
Hindari juga untuk memberi tahu anak-anak untuk memperlakukan semua orang dengan hormat. Namun, mereka sering membuat komentar kritis tentang orang lain di belakang mereka ketika di rumah. Jadi, benar-benarlah menjadi contoh yang baik untuk anak.
4. Enggan Melibatkan Anak dalam Pekerjaan Domestik
Melibatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga atau domestik banyak manfaatnya, lho. Selain melatih disiplin, sikap ini juga akan membentuk kinerja mereka di masa depan.
Anak-anak yang tumbuh dengan melakukan pekerjaan rumah atau domestik mengambil lebih banyak tanggung jawab di tempat kerja daripada menunggu tugas diberikan kepada mereka, menurut Julie Lythcott-Haims, mantan Dekan Mahasiswa Baru di Universitas Stanford dan penulis How to Raise an Adult. Mereka juga lebih baik berkolaborasi dengan rekan kerja mereka dan dapat lebih berempati dengan orang lain di masa depan.
Terlibat dalam pekerjaan rumah tangga bahkan dapat membuat anak lebih bahagia. Itu merupakan temuan sebuah studi hibah Harvard yang mengikuti orang-orang selama lebih dari 75 tahun. "Dengan membuat mereka melakukan tugas - membuang sampah, mencuci pakaian sendiri - mereka menyadari, 'Saya harus melakukan pekerjaan hidup untuk menjadi bagian dari hidup,'" Lythcott-Haimsm dikutip dari Business Insider.
5. Menunjukkan Amarah Berlebihan, Membanting Pintu
Konflik dalam keluarga pasti selalu ada. Tapi menunjukkan amarah berlebihan seperti membanting pintu dapat merusak psikologis anak, Bunda. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konflik dapat mempengaruhi kehidupan keluarga dengan mempengaruhi cara pasangan menjadi orang tua, serta bagaimana anak memahami dan memaknai konflik tersebut.
Konflik yang merusak seperti merajuk, berjalan menjauh, membanting pintu atau menjadikan anak sebagai fokus pertengkaran dapat berdampak buruk pada perkembangan mereka. Anak-anak yang terpapar konflik semacam itu berada pada risiko yang lebih besar dari berbagai hasil negatif termasuk kesulitan sosial, emosional, dan perilaku.
6. Memendam Stres
Jumlah waktu yang dihabiskan orang tua dengan anak-anak mereka ketika mereka berusia antara 3 dan 11 tahun berdampak kecil pada kesejahteraan akademik dan emosional mereka sebagai orang dewasa. Akan tetapi kondisi mental orang tua (terutama ibu) memiliki pengaruh yang signifikan.
Sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family menemukan ketika ibu stres, kurang tidur, atau cemas, hal itu dapat menyebabkan masalah perilaku dan emosional, serta nilai tes matematika yang lebih rendah.
7. Membandingkan Anak dengan Saudaranya
Ini adalah hal yang umum dilakukan banyak orang tua. Kita tahu sulit untuk tidak membandingkan anak-anak dengan anak-anak lain pada usia yang sama, jika tidak secara verbal tetapi setidaknya secara mental.
Jika perkembangan anak-anak kita di belakang anak-anak lain pada usia yang sama, kita cenderung membandingkan mereka. Atau jika anak-anak kita tidak berperilaku seperti yang kita harapkan, kita mungkin terdorong untuk membandingkannya dengan orang lain.
Meskipun dilakukan untuk memotivasi mereka, itu justru memiliki efek sebaliknya. Mereka mungkin tidak dapat tampil sebaik anak-anak lain karena mereka tidak memiliki keterampilan atau minat dan membandingkan dapat meningkatkan stres mereka.
8. Tidak ada privasi, tidak ada batasan
Tidak menghormati privasi dan batasan anak adalah pertanda buruk lain yang perlu kita waspadai. Ketika anak-anak tumbuh, begitu pula rasa individualitas mereka.
Mereka akan membutuhkan ruang dari orang tua mereka untuk membentuk pikiran dan karakter mereka sendiri. Orang tua harus bisa mempercayai anak-anak mereka. Dan kebutuhan mereka untuk memiliki ruang dan menyendiri harus dihormati.
9. Tidak Menetapkan Aturan
Anak-anak perlu tumbuh dengan rutinitas dan aturan terstruktur untuk memahami bagaimana berperilaku dalam masyarakat. Memberi anak-anak waktu layar tanpa batas atau membiarkan mereka makan junk food tanpa batasan apa pun, akan menyebabkan kurangnya disiplin diri dalam hidup.
Oleh karena itu, menetapkan batasan yang baik dapat membantu membesarkan anak-anak yang menjadi orang dewasa yang disiplin di kemudian hari.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak juga doa-doa baik yang bisa diajarkan ke anak dalam video berikut:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Dampak Gaya Pengasuhan Intensif pada Anak, Membantu atau Justru Berbahaya?
20 Perbuatan Orang Tua yang Tanpa Disadari Menyakiti Hati Anak, Hindari ya Bun
Kini Jadi Psikolog, Caca Tengker Tak Ingin Andalkan Teori dalam Mengasuh Anak
Kunci Sukses Pola Asuh Ideal, Ini Saran Ahli
TERPOPULER
Terpisah Puluhan Tahun, Teman Sekolah Ini Kembali Dipertemukan dan Akhirnya Menikah
7 Artis Pindah ke Luar Negeri Beralih Profesi, Jadi Psikolog hingga Tukang Las
Potret Luna Maya & Maxime Bouttier Hadiri Pernikahan Sahabat di Italia
Kenali Pola Tidur Bayi 2 Bulan dan Membentuknya agar Ideal
5 Resep Bolu Pisang Kukus yang Enak, Lembut, dan Sederhana Dibuat
REKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Face Mist Terbaik untuk Lembapkan Kulit Wajah
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
5 Pilihan Tas Sekolah Anak TK-SD yang Bagus hingga Awet, Bisa Buat Perempuan & Laki-laki
Firli NabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Cleansing Oil untuk Semua Jenis Kulit dari Berminyak dan Berjerawat
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Slow Cooker Terbaik, Solusi Masak MPASI untuk Bayi
Azhar HanifahREKOMENDASI PRODUK
Review Main Virtual Sport di VS Thrillix AEON Mall Tanjung Barat, Lengkap dengan Harga Tiket
Firli NabilaTERBARU DARI HAIBUNDA
Cerita Aline Adita Akhirnya Berhasil Hamil setelah 7 Th Jalani Promil
Terpisah Puluhan Tahun, Teman Sekolah Ini Kembali Dipertemukan dan Akhirnya Menikah
7 Artis Pindah ke Luar Negeri Beralih Profesi, Jadi Psikolog hingga Tukang Las
Kenali Pola Tidur Bayi 2 Bulan dan Membentuknya agar Ideal
5 Resep Bolu Pisang Kukus yang Enak, Lembut, dan Sederhana Dibuat
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Nasib Wanita yang Tak Hapus Make Up Selama 22 Tahun, Wajahnya Berubah Jadi...
-
Beautynesia
8 Kondisi Tubuh yang Menjadi Tanda Usus Kotor dan Tidak Sehat, Perhatikan!
-
Female Daily
Mulai Menjamur, Body Mist Diprediksikan Bakal Jadi Tren di Tahun 2025!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Song Kang Digaet Jadi Pianis di Drakor Baru, Comeback Usai Pulang Wamil
-
Mommies Daily
Cara Efektif Menegur Anak dalam 1 Menit ala dr. Aisah Dahlan, Orangtua Harus Coba