Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

9 Tanda Keluarga Toxic dan Bahayanya bagi Kesehatan Mental Anak

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Kamis, 01 Jun 2023 21:05 WIB

Frustrated mother and daughter arguing at home
9 Tanda Keluarga Toxic dan Bahayanya bagi Kesehatan Mental Anak/ Foto: iStock

Beruntung dan bersyukur apabila kita dilahirkan di keluarga yang menyayangi dan mencintai kita seutuhnya. Namun, ada beberapa yang mungkin tidak merasakan hal serupa. Mereka mungkin merasa cemas atau bahkan trauma apabila membicarakan keluarga toxic mereka, Bunda.

Bisa juga, menghadiri gathering keluarga bukannya senang, malah menangis atau memilih tidak banyak bicara. Ya, dinamika keluarga toxic dapat berdampak luas pada kehidupan seseorang dari kecil hingga dewasa.

"Orang tua toxic menunjukkan kurangnya empati yang kronis terhadap anak-anak mereka," kata Shannon Thomas, terapis trauma dan penulis Healing from Hidden Abuse, dikutip dari Oprah Daily.

"Perilaku ini dapat terwujud melalui ucapan pedas tentang penampilan, status hubungan, kesehatan mental atau fisik, kesulitan keuangan, atau tantangan karier."

Sementara itu, Fern Schumer Chapman, penulis Brothers, Sisters, Strangers: Sibling Estrangement and the Road to Reconciliation mengatakan bahwa pengasuhan narsistik bukanlah satu-satunya jenis hubungan keluarga toxic.

Kenyataannya bisa jauh lebih rumit. Chapman menambahkan bahwa biasanya, orang toxic adalah produk dari lingkungan toxic itu sendiri sehingga mereka sering tidak menyadari pola berbahaya mereka sendiri.

9 Ciri Keluarga Toxic

Ada pun ciri-ciri keluarga toxic di antaranya berikut ini, Bunda:

1. Mereka membuat komentar kritis yang kejam

Tidak ada yang mengenal anak lebih lama dari keluarganya sendiri, yang berarti mereka tahu tentang kegagalan pribadi ketika mengomentarinya. Mereka sering membuat kritik yang tumpul dan itu bisa melukai anak seperti tusukan fisik. Bahkan jika mereka bersikeras bahwa mereka hanya menggoda, komentar tersebut mungkin (bahkan secara tidak sadar) akan menghancurkan anak dengan sengaja.

"Sulit membayangkan orang tua dengan sengaja membuat komentar murahan pada anak-anak mereka, tetapi itu terjadi ketika mereka toxic," ujar Thomas.

2. Mereka memberikan silent treatment

Kata-kata mungkin bisa menyakitkan, tetapi begitu juga dengan silent treatment. Jika keluarga menolak berbicara dengan anaknya selama berjam-jam (atau bahkan berhari-hari) setelah pertengkaran, itu adalah bentuk manipulasi.

"Anggota keluarga yang toxic terkenal menggunakan silent treatment sebagai bentuk hukuman dan pengendalian emosi," kata Thomas.

3. Mereka berbohong atau menyangkal

Keluarga toxic seringkali berbohong atau menyangkal. “Mereka bahkan mungkin menutupi kebohongan dengan kebohongan lainnya. Penyangkalan juga dapat berbentuk pernyataan (yang jelas salah) seperti, "Kami tidak punya rahasia di rumah (keluarga) ini," kata Chapman.

4. Mereka menabur konflik dengan anggota keluarga lainnya

Apabila keluarga toxic sedang berkumpul, mungkin mereka langsung bertanya kepada anak mengapa ia tidak bisa lebih seperti saudara yang selalu membuatnya merasa kompetitif, atau mereka memuji kesuksesannya dengan cara yang menekankan kekurangan anak. Atau, mereka mungkin membagikan sesuatu yang anggota keluarga lain katakan tentang sang anak.

"Orang tua yang tidak sehat akan mengadu domba anak mereka satu sama lain, atau dengan anggota keluarga lainnya. Mereka membuat skenario di mana kecemburuan dan kebencian bisa berkembang," kata Thomas. "

5. Mereka menggunakan ancaman, bahasa kasar, atau kekerasan

Ini mungkin tampak seperti tanda hubungan toxic yang paling jelas. Keluarga yang amat toxic, ketiga hal tersebut selalu dinormalisasi dan sebagai bagian dari dinamika keluarganya. Tidak pernah ada situasi di mana ejekan atau intimidasi fisik dan bentuk kekerasan rumah tangga lainnya dibenarkan.

6. Mereka mengabaikan batasan

Menetapkan batasan yang sehat sangat penting dalam hubungan yang sehat. Seperti meminta anggota keluarga lainnya untuk menghormati aturan yang bisa tetapkan untuk anak-anak, misalnya tidak memberikan makanan manis-manis. Jika keinginan mereka tidak dihormati oleh seseorang yang tidak menganggap batasan berlaku untuk mereka, itu bisa membuat mereka merasa tidak dihormati dan juga tergolong toxic.

7. Percakapan selalu tentang mereka

Misalnya, baru saja melakukan panggilan telepon selama 45 menit dengan seorang anggota keluarga, mereka tidak menanyakan satu pertanyaan pun tentang hidup atau bagaimana keadaan anak. Jika dia sedang menghadapi krisis pribadi atau memiliki berita menarik, maka itu seolah menjadi satu hal yang amat penting dibicarakan. Tetapi jika ini sering terjadi setiap kali anak berbicara, maka hubungan ini bisa menjadi toxic.

8. Mereka mengendalikan anak

Dilansir Healthline, keluarga toxic membuat anak merasa dikendalikan. Anggota keluarga mungkin mencoba mengendalikan aspek utama kehidupan anak, termasuk hubungan dan keputusan karier.

Mereka mungkin menyiratkan (atau langsung mengatakan) bahwa menyelaraskan dengan harapan mereka adalah syarat dari cinta dan dukungan mereka. Bahkan, ada pula menganggap anak adalah 'investasi' keuangan orang tua di hari tua nanti.

9. Mereka gaslighting

Untuk Bunda ketahui, istilah ini terinspirasi dari film Ingrid Bergman tahun 1944 Gaslight, gaslighting adalah jenis pelecehan emosional di mana seseorang menyebabkan korban meragukan pemahamannya sendiri tentang realitas.

“Mereka menyangkal bahwa pelecehan itu benar-benar terjadi. Misalnya, ketika seorang anak menceritakan pengalaman buruknya, tapi malah diejek bahwa pengalaman buruknya itu tidak separah dengan masa lalu orang tuanya.

Bahaya Keluarga Toxic bagi Kesehatan Mental Anak

Dinamika keluarga yang toxic dapat memengaruhi seorang anak dalam beberapa cara. Mengutip Med India, efek tumbuh dalam keluarga toxic meliputi:

  • Rendahnya harga diri dan kurangnya kasih sayang terhadap orang lain
  • Kesulitan menangani figur otoritas
  • Kepekaan tinggi terhadap kritik pribadi dan cepat tanggap dengan amarah
  • Kebutuhan konstan untuk validasi dari orang lain
  • Secara tidak sadar mencari hubungan toxic yang serupa
  • Kurangnya tanggung jawab untuk menangani masalah mereka
  • Rasa bersalah untuk menunjukkan belas kasihan pada diri sendiri
  • Merasa tidak berdaya dan putus asa
  • Ketakutan irasional ditinggalkan atau ditolak dan menyebabkan ketergantungan
  • Kurangnya kepercayaan dan batasan

Tumbuh dalam keluarga yang toxic dapat memiliki dampak negatif yang luas. Oleh karena itu, pencegahan dan intervensi dini sangat penting, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda