Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Ajarkan Anak 9 Contoh Sikap Menghargai Keberagaman Agama & Budaya

Humidatun Nisa'   |   HaiBunda

Senin, 03 Jul 2023 21:30 WIB

Keberagaman budaya
9 Contoh Sikap Menghargai Keberagaman Agama & Budaya untuk Diajarkan ke Anak/Foto: Getty Images/FatCamera

Ajarkan anak mengenai keberagaman agama dan budaya yang ada di Indonesia, Bunda. Banyaknya suku yang tersebar di belahan pulau dengan bahasa dan adat yang berbeda-beda mengajarkan kita untuk bisa saling membiasakan hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada. 

Mengapa keberagaman ini penting diajarkan ke anak-anak sedari kecil? Tujuannya agar mereka terbiasa melihat dunia dengan kacamata yang lebih luas mengenai diversity di lingkungan sosial yang akan dilaluinya. 

Melansir dari Parentcircle, dalam masyarakat yang semakin mengglobal, penting bagi anak-anak untuk melihat dan melampaui perbedaan-perbedaan tersebut agar bisa memahami serta menghargai orang lain. 

Merupakan tanggung jawab orang tua untuk membantu anak-anak memahami, menerima, dan merayakan keragaman universal.

Yuk ketahui 9 contoh sikap menghargai keberagaman agama dan budaya untuk diajarkan ke anak. Simak sampai selesai, Bunda. 

9 Contoh sikap menghargai keberagaman agama dan budaya untuk diajarkan ke anak

Anak akan lebih mudah memahami mengenai keberagaman agama dan budaya melalui contoh nyata yang diberikan orang tuanya atau orang-orang terdekatnya. Mengenai contoh sikap saling menghargai, kali ini Bubun berkesempatan berbincang dengan Duta Internasional Dialog Antaragama, Pradana Boy ZTF, dengan rangkuman sebagai berikut:

1. Membiasakan anak dengan perbedaan sosial

Dalam pergaulan sosial, orang bisa saja memilih lingkungan. Ada yang secara sadar memilih lingkungan yang seragam. Dalam arti, memutuskan bertempat tinggal dalam satu kompleks yang penghuninya menganut agama dan atau orientasi keagamaan yang sama. Namun ada juga yang sebaliknya. Berdampingan dengan keberagaman.

"Tentu ini adalah preferensi pribadi masing-masing orang. Akan tetapi, dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, lingkungan yang homogen seperti ini menjadikan anak akan terbiasa dalam bubbling environment atau lingkungan gelembung, yang seolah-olah besar, tetapi sebenarnya membelenggu," ungkap Pradana Boy belum lama ini. 

Pria yang biasa disapa Boy ini menambahkan, pilihan tinggal pada lingkungan yang heterogen, baik secara agama, budaya, orientasi, bahkan ekonomi akan memberikan ekspose awal yang positif bagi anak untuk terbiasa dengan perbedaan. 

2. Mengajarkan anak tentang keragaman agama

Anak-anak seringkali hadir dengan pertanyaan-pertanyaan tak terduga. Dalam keluarga Muslim misalnya, jangan kaget jika anak kemudian bertanya tentang seorang atau beberapa orang temannya kok tidak salat.

Menurut Boy, ini merupakan hal wajar karena seorang anak Muslim dididik untuk menjalankan salat. Jika kemudian dalam pergaulan sosialnya, mereka melihat ada anak lain yang tidak melaksanakan salat akan muncul pertanyaan, 'Mengapa kok si A atau si B tidak salat?

Dalam kondisi seperti ini, Bunda atau ayah bisa mengajarkan tentang keberagaman agama. Bisa jadi teman anak yang bernama A dan B tidak salat karena menganut agama non Muslim. Coba jelaskan pada anak dengan kadar kemampuan mereka bahwa ada banyak agama di Indonesia, dan masing-masing orang telah memiliki agamanya itu.

3. Mengajarkan anak tentang nama-nama Hari Raya agama-agama

Indonesia menganut banyak agama dan keyakinan. Penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak-anak mengenal hari raya, baik hari rayanya sendiri maupun agama lain. Sehingga saat mereka merayakannya, anak-anak cukup mempunyai dasar untuk menghargainya. 

4. Mengajak anak-anak menghafalkan nama-nama Nabi dengan agama yang dianut

Kanak-kanak adalah usia yang sangat penting untuk menghafal sambil memberikan pemahaman akan pelajaran apapun. Hafalan sederhana yang bisa ditanamkan kepada mereka misalnya menghafal nama-nama Nabi beserta agama yang mereka anut.

Melalui cara ini, diyakini akan menjadi bekal pemahaman yang cukup bagi anak-anak untuk bisa menghargai keyakinan dan agama yang berbeda dengan diri mereka. 

5. Mengajak anak beribadah di masjid di luar faham agamanya

Ketua Bidang Riset, Inovasi dan Publikasi Tabligh Muhammadiyah Pusat ini juga menyebut bahwa dalam konteks Islam, mengajak anak beribadah di masjid juga bisa menjadi pondasi toleransi untuk anak-anak. 

"Sebagai contoh, seorang anak yang lahir dalam keluarga berfaham Muhammadiyah, tentu akan melihat praktik keberagamaan ala Muhammadiyah dari orangtuanya. Ini wajar, karena keluarga merupakan tempat pertama anak untuk belajar banyak hal. Tetapi ini bisa berpotensi menjadi fanatisme di masa dewasanya kelak, manakala anak tidak pernah diperkenalkan dengan faham keagamaan lain. Maka sesekali mengajak anak-anak dari keluarga Muhammadiyah shalat berjamaah di masjid NU, misalnya, menjadi hal yang baik," imbuh pria yang juga pernah menjabat sebagai Asisten Staf Khusus Presiden RI bidang Keagamaan Internasional ini.  

Melalui proses ini, diharapkan anak-anak bisa membandingkan perbedaan-perbedaan yang mereka temukan. Jika anak bertanya tentang apa yang mereka temukan itu, menjadi kewajiban bagi orangtua untuk menjelaskan tanpa harus memberikan penilaian negatif atas perbedaan itu.

6. Lebih dahulu mengenali budaya sendiri

Mengutip dari Unifrog, disebutkan bahwa salah satu cara terbaik untuk memahami budaya orang lain adalah dengan terlebih dahulu memahami dengan benar budaya kita sendiri. Hal ini karena sebagian besar dari kita menerima begitu saja latar belakang kita dan bahkan tidak menyadari bahwa kebiasaan dan kepercayaan kita mungkin tampak aneh bagi orang lain. 

7. Mengajarkan anak banyak bahasa

Ini juga penting, Bunda. Mengingat bahasa adalah modal sosialisasi anak dengan sekitarnya, ada baiknya Bunda membiasakan anak tidak hanya berbahasa menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Tantangannya adalah manakala sudah mengajarkan bahasa lain, anak-anak tetap tidak boleh melupakan bahasa daerahnya. 

8. Membiasakan anak membaca buku dari berbagai penulis

Membaca sejak dini mempunyai banyak manfaat untuk Si Kecil. Di antaranya memperkaya kosa kata, meningkatkan kecepatan membaca, meningkatkan pemahaman mengenai makna, struktur kata dan sebagainya. 

Melalui membaca, Si Kecil akan terbiasa dengan keragaman cerita, pesan moral yang berbeda-beda dari setiap penulis yang mereka temukan. Jika sudah terbiasa dengan pola perbedaan ini, Si Kecil lebih bisa mengambil sikap manakala hidup dengan perbedaan yang ada dalam dunia nyata. 

9. Mendorong anak agar mau berteman tanpa membedakan mereka

Keragaman kadang menjadi ketakutan tersendiri bagi anak saat dia nampak berbeda dari yang lain. Anak akan merasa lebih aman saat ia hanya bersama lingkungan yang sama seperti dirinya. Misalnya suku, bahasa, dan adatnya. Untuk itu, perlu bagi Bunda untuk mendorongnya agar mau berteman tanpa membedakan sesuai keragaman yang ada. 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda